Hari Kamis, Pekan Prapaskah I
T.Est. 4:10a,10c-12,17-19
Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8
Mat. 7:7-12
Berdoa lebih baik lagi
Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang bapa. Ia mengaku memiliki sebuah program rohani yang baik pada masa prapaskah 2020 ini yakni ia mau berdoa lebih baik lagi. Sebelumnya ia sangat malas berdoa secara pribadi dan lalai ke Gereja hampir setiap hari Minggu. Namun ia sangat tersentuh ketika melihat sebuah spanduk di gereja dengan tulisan: “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Luk 11:1). Ia berusaha untuk membayangkan bahwa Tuhan Yesus sendiri menjadi Guru yang mengajarnya berdoa. Bayangan ini selalu muncul dalam pikirannya bahwa Tuhan mengajarnya berdoa. Kalimat “Tuhan, ajarlah kami berdoa” juga diucapkan perlahan-lahan namun pasti sambil ia merasakan kehadiran Tuhan Yesus sendiri dalam pengalaman rohaninya. Saya merasa senang dengan program hidup rohani seperti ini. Ada sebuah harapan bahwa dia akan berdoa lebih baik lagi dan dengan demikian hidupnya juga tentu akan berubah menjadi lebih baik pula.
Setelah mendengar sharing ini, saya merasa bahwa selama masa prapaskah ini kita semua butuh prinsip ini yakni berdoa lebih baik lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa ada tiga hal penting yang perlu kita lakukan selama masa prapaskah yakni melakukan perbuatan amal kasih, berdoa dan berpuasa. Saya mau memfokuskan perhatian kita pada aspek kedua yakni berdoa, karena merupakan sebuah aspek yang sangat penting bagi kita dalam retret agung ini. Dengan berdoa kita hendak mengangkat hati dan pikiran kita kepada Allah. Kita dapat berdoa secara pribadi, kita juga dapat berdoa sebagai satu komunitas. Baik berdoa secara pribadi maupun berdoa secara komunitas, kita tetap berpegang pada prinsip mengangkat hati dan pikiran kepada Tuhan.
Para Bapa Gereja membantu refleksi kita tentang sikap mengangkat hati dan pikiran kepada Tuhan. Bagi mereka ketika kita berdoa ada tiga tingkatan yang berbeda: pertama ada orang yang berdoa kepada Bapa. Orang yang baru belajar untuk berdoa akan merasa selalu berdoa kepada Tuhan. Tuhan begitu jauh sehingga berdoa ‘kepada’-Nya. Kedua, berdoa bersama Tuhan. Orang dituntut untuk berdoa bersama Tuhan. Tuhan adalah Imanuel, tinggal di tengah-tengah kita. Maka seharusnya kita naik kelas dari berdoa kepada menjadi berdoa bersama Tuhan. Biarkan Dia mengajar kita untuk berdoa yang benar. Ketiga, berdoa adalah kasih. Santu Yohanes mengatakan bahwa Allah adalah kasih (1Yoh 4:8). Sebab itu doa adalah meleburnya diri seorang manusia untuk bersatu dengan Allah yang kudus. Manusia berdoa di dalam Tuhan. Kita boleh bertanya, di manakah posisi kita yang sebenarnya? Apakah kita masih berdoa kepada Tuhan atau bersama Tuhan atau sudah masuk ke level tertinggi yakni berdoa adalah kasih.
Bacaan Kitab Suci pada hari ini memfokuskan perhatian kita pada sikap berdoa lebih baik lagi, dengan karakter istimewa yakni berdoa dengan tekun. Dalam bacaan pertama, kita mendengar ratu Ester yang berdoa dengan tekun kepada Tuhan Allah. Dia berdoa dengan tekun karena dalam situasi yang sulit sekalipun, ia tetap mengandalkan Tuhan Allah yang esa sebagai pelindungnya. Ia berseru meminta tolong ketika maut mendekatinya. Ia mendengar nama Tuhan Allah dari dalam keluarganya, terutama dari ayahnya. Ayahnya mengajarkan bahwa Israel adalah sebuah bangsa terpilih, segala kuasa ada di atas tangan-Nya. Israel tetap menjadi milik kepunyaan Tuhan Allah. Ratu Ester bahkan berdoa memohon keberanian untuk mengatasi para musuh dan lawan. Ratu Esther akhirnya berkata kepada Tuhan Allah: “Tetapi selamatkanlah kami ini dengan tangan-Mu, tolonglah aku yang seorang diri ini, yang tidak mempunyai seorang pun selain Engkau, ya Tuhan.” (Tamb. Ester 4:17-19).
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengajar para murid untuk berdoa dengan tekun. Ia berkata: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Mat 7:7-8). Kita berdoa dengan meminta dan Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita sukai. Permintaan kita akan diberikan Tuhan tepat pada waktunya. Kita berdoa dengan mencari dan akan menemukannya. Kalau kita tidak memiliki semangat untuk berdoa maka kita pun tidak akan mendapat apa-apa. Kita berdoa serupa dengan orang yang mengetuk pintu sehingga pintu itu dibukakan. Ketika kita mengetuk pintu hati Tuhan yang penuh kemurahan maka kita akan mendapatka kemurahan.
Tuhan akan mengabulkan doa-doa yang kita panjatkan dengan iman dan ketekunan. Dia akan memberikan dan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Kalau kita manusia yang jahat saja dapat berbagi dengan sesama, mulai dari dalam keluarga, apalagi Bapa di dalam surga. Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Doa benar-benar mengubah segala sesuatu. Ia mengubah hidup kita di hadirat Tuhan. Doa menghadirkan rahmat dan belas kasih Tuhan.
Saya menutup homili hari ini dengan doa dari Mazmur ini: “Tuhan, Rajaku dan Allahku, kabulkanlah doaku, indahkanlah keluh-kesahku, dengarkanlah suara permohonanku.” (Mzm 5:2-3).
PJ-SDB