Homili 4 Maret 2020 – Injil Untuk DFJ

Hari Rabu, Pekan Prapaskah I
Yun. 3:1-10
Mzm. 51:3-4,12-13,18-19
Luk. 11:29-32

Lectio:

Sekali peristiwa, Yesus berbicara kepada orang banyak yang mengerumuni Dia: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”

Demikianlah Injil Tuhan kita.
Terpujilah Kristus.

Renungan:

Yesus satu-satunya tanda bagimu

Ada seorang umat yang membagi pengalamannya setelah mengikuti Jalan Salib pertama di masa Prapaskah, yakni pada hari Jumat, 28 Februari 2020. Ketika itu, ia berusaha untuk memandang wajah Yesus dalam setiap peristiwa di stasi Jalan Salib, mulai dari Stasi pertama sampai dengan Stasi yang ke empat belas. Ia mencoba untuk masuk lebih dalam lagi dalam permenungan di setiap stasi Jalan Salib. Dari situ ia menemukan dua pengalaman singkat yang dibagikan berikut ini, Pertama, Dia benar-benar merasa seperti debu di alas kaki Tuhan sebab dia orang berdosa. Yesus mencintai orang berdosa dan salib adalah tanda keselamatan. Kedua, Dia merasa terpesona karena Tuhan Yesus selalu memandangnya dengan wajah yang penuh belas kasihan. Ada tatapan dan raut wajah Yesus yang benar-benar menjadi sebuah kekuatan untuk mengubah hidup pribadinya di masa Prapaskah ini. Dia merasa yakin bahwa Yesus sungguh-sungguh menjadi tanda keselamatan Allah baginya.

Saya merasa yakin bahwa masing-masing kita memiliki pengalaman iman yang luar biasa setiap kali mengikuti Jalan Salib. Setiap stasi dalam Jalan Salib seakan menjadi tanda yang dapat mengubah kehidupan kita untuk memiliki relasi kasih yang terbaik dengan Tuhan Yesus sendiri dan dengan sesama manusia di sekitar kita. Pada umumnya Salib yang kita renungkan itu bukan hanya sekedar sebuah kayu yang kasar sebagai tempat Tubuh Yesus disalibkan, salib adalah tanda keselamatan. In Cruce Salus. Pada Salib ada keselamatan karena Yesus yang tersalib menyelamatkan kita dengan kasih-Nya. St. Paulus mengatakan: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” (1Kor 1:18). Di bagian selanjutnya, santu Paulus mengatakan: “Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.” (1Kor 1:23). Salib bagi kita adalah tanda keselamatan dan merupakan kekuatan dari Allah.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Yesus dalam Injil Lukas. Setelah seorang perempuan memuji Ibu Yesus dengan berkata: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (Luk 11:27) maka Yesus menjawabnya: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Luk 11:28). Perkataan Yesus ini mengagetkan banyak orang yang mengerumuni Dia sebab mereka memang mendengar firman Allah tetapi belum memeliharanya di dalam hati mereka. Mereka belum memiliki kebahagiaan sejati karena kuasa perkataan-perkataan Yesus yang mereka dengar sendiri. Mereka malah meminta tanda yang membuktikan bahwa Yesus sungguh-sungguh memiliki kuasa dalam setiap perkataan dan tindakan-Nya. Sebab itu Yesus dengan keras mengatakan: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.” (Luk 11:29). Sikap sekerumunan orang ini sangat tepat sebagaimana nabi Yehezkiel pernah nubuatkan seperti ini: “Hai anak manusia, engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat dan mempunyai telinga untuk mendengar, tetapi tidak mendengar, sebab mereka adalah kaum pemberontak.” (Yeh 12:2).

Tuhan Yesus membangkitkan pikiran mereka untuk menyadari dan mengimani-Nya melalui tanda-tanda yang mereka kenal di dalam Kitab Perjanjian Lama yakni tanda nabi Yunus. Nabi Yunus (יוֹנָה (Yonah) berarti ‘merpati’ diutus oleh Tuhan ke kota Niniwe, ibu kota Kerajaan Asyur. Namun Yunus tidak mau pergi ke kota Niniwe ini untuk menyerukan perintah Tuhan sebab ia merasa yakin bahwa apabila orang Niniwe berhenti berbuat dosa maka Tuhan tidak akan menjalankan rencana-Nya untuk menghancurkannya. Dia lalu dilemparkan ke dalam laut dan berada di dalam perut ikan besar selama tiga hari. Pada akhirnya dia mentaati perintah Tuhan dan pergi untuk menyerukan pertobatan kepada seluruh kota Niniwe. Mereka bertobat dan Tuhan menunjukkan belas kasih-Nya kepada mereka. Kisah ini sangat dikenal oleh kerumunan orang ini.

Yesus mengambil pengalaman Yunus untuk menerangkan jati diri-Nya sebagai satu-satunya tanda yang tepat yang dapat masuk dalam kategori pemikiran mereka. Tugas perutusan Yunus adalah menyerukan pertobatan bagi orang-orang di kota Niniwe dan mereka semua bertobat. Yesus sendiri datang ke dunia dan pewartaan-Nya yang paling awal adalah menyeruhkan seruan tobat: “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15). Yesus tidak hanya sekedar menyerukan tobat tetapi Dia lebih dari pada Yunus sebab Dia mengurbankan diri-Nya, wafat di kayu salib dan bangkit dengan mulia pada hari yang ketiga. Yesus lebih dari Salomo karena banyak orang menganggap dirinya pintar dan bijaksana padahal semuanya datang dari Tuhan.

Apa yang harus kita lakukan?

Pada masa prapaskah ini, iman kita semakin dikuatkan sebab Tuhan Yesus sendiri menunjukkan diri sebagai satu-satunya ‘tanda’ keselamatan kita. Dialah Mesias yang menyelamatkan kita semua dari dosa dan kematian. Nabi Simeon sendiri mengatakannya di depan Maria dan Yusuf: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35). Hal konkret yang harus kita lakukan adalah bertobat dan membaharui diri kita di hadapan Tuhan sendiri. Tuhan Yesus juga menghendaki agar kita berpegang teguh pada Sabda-Nya sebagai tanda. Orang yang berbahagia adalah mereka yang mendengar Sabda dan memeliharanya sehingga menghasilkan buah. Hal konkret yang dapat kita lakukan adalah aktif menghadiri pertemuan APP di Komunitas Basis atau lingkungan supaya menyatu dan akrab dengan Sabda Tuhan. Dengan demikian Yesus sungguh menjadi tanda belas kasih Allah bagi kita.

Doa: Tuhan Yesus, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau selalu berbelas kasih kepada kami orang-orang berdosa. Bantulah kami untuk bertobat dan percaya kepada Injil-Mu. Semoga kami juga percaya bahwa pada salib-Mu ada keselamatan kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply