Homili Hari Minggu Paskah ke-VI – 2020

HARI MINGGU PASKAH VI/A
Kis. 8:5-8,14-17
Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a,16,20
1Ptr. 3:15-18
Yoh. 14:15-21

Roh Kudus turut bekerja

Pada hari ini kita memasuki Hari Minggu Paskah ke-VI/A. Tuhan membimbing kita melalui Sabda-Nya, di mana perlahan-lahan kita bersama-sama menuju kepada puncak keabadian. Pada Hari Minggu Paskah ke-V/A yang lalu, Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dan bagi-Nya, siapa yang menuju kepada Bapa, harus melewati satu-satunya Jalan kepada Bapa yaitu diri-Nya sendiri. Tidak ada Jalan lain, hanya Yesus saja satu-satunya Jalan keselamatan kita. Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup mengantar kita kepada Bapa yang satu dan sama. Dialah Allah yang selalu mencipta, tak kenal lelah bagi kita semua yang mencari keselamatan. Dan Keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus. Lukas di dalam Kisah Para Rasul menulis: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12).

Pada hari Minggu Paskah ke-VI/A ini, Tuhan Allah mengungkapkan diri-Nya dalam Pribadi ilahi Roh Kudus. Saya mengingat Paus Fransiskus pernah mengungkapkan imannya kepada Roh Kudus pada Hari Raya Pentekosta 14 Mei 2016 yang lalu seperti ini: “Meskipun dosa memisahkan manusia dari Allah, Roh Kudus akan tetap mempersatukannya lagi sebagai anak Allah. Tujuan utama misi Yesus memuncak dalam karya Roh Kudus yang memperbarui hubungan manusia dengan Allah Bapa akibat dosa. Berkat Roh Kudus, kita tak akan ditinggalkan sebagai anak yatim. Sebaliknya sebagai anak Allah, kita berdamai dengan-Nya dan kita ada di dalam-Nya. Roh yang diberikan kepada kita akan membawa kita kembali kepada Bapa.” Roh Kudus memiliki peran yang sangat kuat dalam keselamatan kita. Sebab itu Dia menginspirasi, dan turut bekerja untuk mempersatukan setiap pribadi.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengungkapkan kebenaran bahwa Ia akan pergi kepada Bapa: “Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.”(Yoh 14: 19-20). Yesus sudah menyelesaikan tugas-Nya sebagai ‘sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia’, dan kini kembali kepada Bapa supaya bersatu di dalam Roh. Pesan Yesus ini bukan hanya dialamatkan kepada para rasul tetapi juga kepada Gereja sepanjang zaman. Artinya, Yesus tidak membiarkan kita hidup tanpa arah yang jelas, tidak menjadi yatim dan piatu. Maka Ia berjanji untuk datang kembali kepada kita semua. Kita percaya bahwa Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati.

Apa yang Tuhan janjikan bagi kita semua? Ia pertama-tama mengharapkan kita semua untuk mengasihi-Nya karena Ia lebih dahulu mengasihi kita. Tanda kasih yang sejati adalah menuruti segala perintah-Nya, dan kita tahu bahwa perintah-Nya adalah cinta kasih. Dia menghendaki supaya kita mengasihi Tuhan, demikian juga saling mengasihi sebagai saudara. Dengan relasi kasih yang mendalam ini maka Ia akan meminta kepada Bapa supaya memberikan kepada kita seorang Penolong yang lain. Penolong itu berperan untuk menyertai. Dialah Roh Kebenaran atau Roh Kudus sendiri. Roh Kudus yang kita terima dalam Sakramen Pembaptisan ini akan tinggal di dalam kita dan kita pun tinggal di dalam-Nya. Roh Kudus sebagai Penghibur, Roh cinta kasih berperan untuk mengajar dan mengingatkan semua ajaran cinta kasih Yesus di dalam Injil. Roh Kudus turut bekerja di dalam Gereja, tetap bekerja di dalam Gereja sehingga cinta kasih sebagai buah Roh ini sungguh mengilhami Gereja sepanjang masa.

Roh Kudus yang satu dan sama mengilhami Diakon Filipus untuk mewartakan Injil di tanah Samaria. Kita mengetahui relasi sosial daerah Yudea dan Samaria itu tidaklah baik. Tetapi Tuhan menghendaki Filipus untuk menjadi misionaris di sana. Buah dari pelayanannya adalah banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan, terjadi mukjizat dalam nama Yesus dan merekapun dibaptis. Saya sekali karena Filipus membaptis dalam nama Yesus sehingga Gereja di Yerusalem mengutus Petrus dan Yohanes untuk menghadirkan Pentekosta baru di Samaria. Petrus dan Yohanes berdoa supaya semua orang Samaria beroleh Roh Kudus. Petrus dan Yohanes juga menumpangkan tangan di atas orang-orang percaya dan mereka menerima Roh Kudus. Ada Pentekosta baru. Roh Kudus turut bekerja di dalam komunitas Gereja perdana, dan berlangsung sepanjang zaman.

Kebiasaan baik di dalam Gereja katolik ini yakni menumpangkan tangan untuk pencurahan Roh Kudus berlangsung turun temurun. Para imam dan diakon di dalam Gereja Katolik ditahbiskan oleh Uskup dengan menumpangkan tangannya sebagai tanda memohon kepada Allah untuk mencurahkan Roh Kudus kepada Diakon atau Imam yang akan ditahbiskan. Para imam juga menumpangkan tangan dalam melayani sakramen-sakramen tertentu, memberkati sesuatu untuk keperluan Gereja. Gereja percaya bahwa Roh Kudus turut bekerja untuk membaharui dan menguduskannya. Roh Kudus yang satu dan sama juga membangkitkan Yesus Kristus dari kematian-Nya (1Ptr 3:18).

Apa yang harus kita lakukan sepanjang pekan ke-VI Paskah ini?

Pertama, menyiapkan diri, membuka hati untuk menanti kedatangan Roh Kudus. Kita berdoa: “Veni, Sancte Spiritus, reple tuorum corda fidelium, et tui amoris in eis ignem accende.” (Datanglah ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu, dan nyalakanlah api cinta-Mu di dalam hati kami). Biarkan Roh Kudus turut bekerja di dalam hidup kita, menyalahkan api cinta kasih di dalam hati kita semua. Biarkan buah-buah Roh menjadi berkembang di dalam hidup kita. Buah-buah Roh menandakan bahwa kita sungguh percaya dan mewartakan Kristus kepada sesama manusia hingga akhir zaman.

Kedua, Bertahan dalam derita. St. Petrus dalam bacaan kedua mengajak kita untuk bertahan dalam penderitaan sebagai wujud kasih kepada Tuhan dan sesama. Ini adalah tanda bahwa kita mau menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan kita. Maka satu prinsip penting yang harus kita lakukan adalah: “Lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.” (1Ptr 3:17). Kita harus belajar untuk malu atau memiliki perasaan malu ketika kita lebih memilih menderita karena berbuat jahat bukan berbuat baik.

Kita memohon perantaraan Bunda Maria Penolong Umat Kristiani, sang mempelai Roh Kudus, supaya meneguhkan kita semua agar bertumbuh dalam kasih. Kasih adalah segalanya! Selamat Hari Minggu Paskah ke-VI/A.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply