Hari Senin, Pekan Paskah ke-VI
Kis. 16:11-15
Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b
Yoh. 15:26-16:4a
Kamu harus bersaksi!
Pada hari ini, 18 Mei 2020, kita mengenang 100 tahun kelahiran St. Yohanes Paulus II. Saya mengingat dua kutipan perkataan yang hendak saya bagikan dalam Homili harian saya ini. Pertama, belia pernah berkata: “Jika kita hanya melihat diri kita sendiri, dengan keterbatasan dan dosa kita sendiri, kita dengan cepat memberi jalan kepada kesedihan dan keputusasaan. Tetapi jika kita terus memusatkan perhatian pada Tuhan, maka hati kita dipenuhi dengan harapan, pikiran kita dibasuh dengan cahaya kebenaran, dan kita menjadi tahu kepenuhan Injil dengan segala janji dan kehidupan.” Perkataan ini sungguh mengena kehidupan pribadi kita. Di masa covid-19 ini banyak di antara kita merasa sedih dan putus asa. Mereka bahkan mempertanyakan eksistensi Tuhan. Misalnya, kalau Allah itu Mahabaik, mengapa membiarkan begitu banyak orang menjadi korban covid-19? Mungkin pertanyaan yang sama pernah kita secara pribadi mengajukannya kepada Tuhan. Kita lupa dan lalai sehingga memusatkan diri kita sebagai pokok perhatian kita, sedangkan Tuhan menjadi bukan prioritas. Kita perlu memusatkan seluruh perhatian kepada Tuhan, berusaha untuk memandang Tuhan. Kita bersaksi tentang Kristus yang menderita karena kasih bagi manusia.
Kutipan kedua, Kita berada dalam bulan Maria. Gereja mengenal St. Yohanes Paulus II sebagai sosok yang begitu dekat dan akrab dengan Bunda Maria. Semboyan kepausannya adalah Totus tuus Maria. Ia pernah berkata: “Dari Maria kita belajar untuk berserah pada kehendak Tuhan dalam segala hal. Dari Maria kita belajar untuk percaya, bahkan ketika semua harapan tampaknya hilang. Dari Maria kita belajar untuk mengasihi Kristus, Putranya dan Putra Allah!” Perkataan ini sangat inspiratif bagi kita. Ketika kita hendak bersaksi tentang Yesus Kristus, kita butuh Maria untuk menolong kita supaya bersatu dengan Yesus Puteranya. Ad Iesu per Maria, menuju kepada Yesus melalui Maria. Apakah kita beriman seperti Maria? Apakah kita mengasihi Yesus seperti Maria mengasihi-Nya? Bunda Maria menginspirasikan kita supaya menyerupainya dalam segala hal. Kita bersaksi seperti Bunda Maria sendiri.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk bertumbuh dan bersaksi tentang Tuhan Yesus Kristus dan Injil-Nya. Kesaksian kita menjadi kuat karena kuasa Roh Kudus yang dicurahkan ke dalam hati kita oleh Allah Bapa melalui Yesus Kristus Putera-Nya. Yesus tidak membiarkan kita sendirian seperti yatim piatu. Ia menjanjikan seorang Penghibur atau Paraclitus. Penghibur itu akan mengingatkan dan mengajarkan segala sesuatu yang sudah dilakukan Yesus. Dengan demikian Penghibur atau Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa akan bersaksi tentang Yesus sebagai Allah Putera. Oleh karena Roh Kebenaran itu ada di dalam diri kita dan kita berada di dalam Roh maka tugas kita adalah bersaksi bersama Roh Kebenaran tentang Yesus Kristus, Putera Allah. Kita ikut bersaksi karena kita selalu bersama dengan Yesus dalam doa, lagi pula sudah menerima sakramen Pembaptisan.
Gereja sepanjang zaman mengalami banyak penderitaan karena kesaksiannya tentang Yesus Kristus. Banyak orang kudus adalah martir. Mereka menumpahkan darahnya, dibunuh secara kejam karena cinta mereka yang begitu mendalam terhadap Yesus. Sepanjang sejarah Gereja, umat Allah sebagai Gereja dikucilkan dan banyak orang dibunuh karena imannya kepada Kristus. Orang yang melakukan kekerasan terhadap Gereja disebabkan oleh kerasnya hati mereka sebab mereka tidak mengenal Allah Bapa dan Yesus Putera-Nya. Di sini, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa untuk menjadi pengikut-Nya kita akan mengalami penolakan, tindakan kekejaman, bahkan kematian. Dalam situasi yang sulit ini kita tidak perlu takut sebab Roh Kudus akan memampukan kita untuk bersaksi.
Tuhan Yesus sendiri berkata: “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.” (Mat 10:19). Kata-kata penghiburan yang diucapkan Yesus sendiri: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:10-12). Para martir selalu bersukacita karena dapat menumpahkan darahnya bagi Kristus. Itu sebabnya Tertulianus mengatakan bahwa darah para martir adalah benih yang subur bagi iman kristiani.
Para rasul seperti St. Paulus dan rekannya Silas melakukan perjalanan misioner untuk mewartakan Injil. Mereka juga mengalami penolakan, penganiayaan di mana-mana. Sebab itu mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Paulus dan Silas meninggalkan Troas menuju ke Samotrake, Neapolis dan akhirnya tiba di Filipi. Ketika berada di Filipi mereka memberi kesaksian sehingga memikat hati Lidia. Ia setia mendengarkan semua perkataan dari Paulus. Ia dan seisi rumahnya menjadi percaya kepada Yesus melalui kesaksian para rasul. Kemurahan hati merupakan ungkapan kasih Tuhan dalam diri kita semua. Kita harus terus belajar tentang kebajikan kemurahan hati supaya dapat bersaksi bersama Roh Kudus tentang Yesus sang Mesias.
Apa yang hendak Tuhan katakan kepada kita semua?
Pertama, Sesudah dirimu diselamatkan…(silakan anda melanjutkannya dengan menggunakan kata saya). Kita atau Saya harus menjadi saksi Kristus! Mari kita memohon supaya Roh Kudus menemani kita untuk bersaksi tentang Kristus sesuai dengan cara hidup kita masing-masing. Kita menunjukkan kemartiran di dalam hidup kita karena anugerah Roh Kudus. Kita memberi kesaksian iman kita kepada Tuhan Yesus di tempat di mana kita berada. Kedua, Kita menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Roh Kudus. Sama seperti Bunda Maria sebagai mempelai Roh Kudus, terus menerus mendoakan kita, kita pun memohon Roh Kudus untuk menguduskan hidup kita. Kekudusan hidup adalah sebuah bukti nyata bahwa kita mau menjadi kudus dan bersatu dengan Tuhan. Bunda Maria, doakanlah kami anak-anakmu.
PJ-SDB