Food For Thought: Mengampuni

Pengampunan berlimpah

Pada malam hari ini saya membaca kembali Ensiklik Paus Yohanes Paulus II yakni Dives in Misericordia (Kaya dalam kerahiman) yang ditulis pada tanggal 13 November 1980. Saya menemukan kalimat yang sangat inspiratif ini: “Masyarakat dapat menjadi “lebih manusiawi” hanya jika kita memperkenalkan ke semua relasi timbal balik mereka, yang membentuk aspek moralnya, saat-saat pengampunan, yang memuat begitu banyak intisari Injil. Pengampunan menunjukkan kehadiran kasih yang lebih kuat daripada dosa di dunia. Pengampunan juga merupakan syarat mendasar bagi suatu rekonsiliasi, bukan hanya dalam relasi Allah dengan manusia melainkan juga dalam relasi antara sesama manusia.” Pikiran saya tertuju pada perkataan “pengampunan”. Orang kudus modern ini mengatakan bahwa pengampunan menunjukkan kehadiran kasih yang lebih kuat daripada dosa di dunia. Saya merasa dikuatkan sekali karena perkataan pengampunan itu selalu hadir dalam kasih dan kasih itu lebih kuat dari dosa.

Saya merasa yakin bahwa kita semua memiliki pengalaman diampuni dan mengampuni. Pikirkanlah saat-saat ketika kita hendak mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan. Kita butuh ketenangan untuk memeriksa bathin di hadirat Tuhan. Kita mengingat-ingat kembali saat kita siap untuk mengakui dosa. Setelah mengakui dosa-dosa, kita semua mendapat pengampunan yang berlimpah dari Tuhan melalui berkat dari seorang pastor sebagai alter Christus. Perasaan batin kita setelah mengaku dosa adalah ketenangan batin. Ada ketenangan batin karena pengampunan yang berlimpah yang di dasari kasih lebih kuat dari dosa. Ketika kita diampuni maka kita merasa bebas dan bahagia.

Kita juga memiliki pengalaman mengampuni. Ketika mengampuni dengan tulus hati maka kita akan menjadi pribadi yang lebih bahagia. Kita mengampuni lebih sungguh karena Tuhan lebih dahulu mengampuni kita semua. Tuhan mengampuni karena Ia mengasihi kita apa adanya. Dia tidak menghitung dosa-dosa kita tetapi mengampuni dengan penuh kasih. Mengampuni berarti melupakan semua yang menjadi sisi gelap yang telah lewat dalam hidup kita. Mengampuni dan diampuni terjadi karena kita mampu mengubah lensa kacamata kita. Selagi anda tetap mengenakan lensa kaca mata yang sama, anda selalu mengalami kesulitan dalam mengampuni dan diampuni.

Mengakhiri hari ini kita semua sebagai sahabat-sahabat mempelai, dalam hal ini sahabat-sahabat Yesus perlu bergembira. Kita bergembira karena kita tinggal bersama Yesus dan mengalami pengampunan berlimpah. Mari kita menyadari perkataan Yesus: “Anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” Kasih dan pengampunan berlimpah bagi kita semua.

Mari kita saling mengampuni karena Tuhan lebih dahulu mengampuni kita.

PJ-SDB