Homili 7 Juli 2020

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XIV
Hos. 8:4-7,11-13
Mzm. 115:3-4,5-6,7ab-8,9-10
Mat. 9:32-38

Bersyukur sebagai pekerja

Ada seorang pemuda yang pernah bertanya kepada saya: “Pater John, apakah anda merasa bahagia sebagai seorang gembala?” Pertanyaan ini kelihatan memang sederhana sekali dan tak perlu berefleksi untuk menjawabnya. Namun pada waktu itu saya merasa yakin bahwa Tuhan sedang memakai pemuda ini untuk mengingatkan saya supaya memberi kesaksian tentang hidup saya sebagai seorang gembala di dalam Gereja Katolik. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya merasa sangat bahagia sebagai seorang gembala karena beberapa alasan berikut ini: Pertama, selama menghayati panggilan hidup ini, saya percaya bahwa Tuhan yang memanggil, memilih dan menentukan saya untuk menjadi pekerja atau pelayan. Saya tidak memanggil dan memilih Tuhan tetapi Dialah yang melakukannya dan saya berserah diri secara penuh kepada-Nya. Kedua, Saya merasa bahwa Tuhan tidak hanya memanggil, memilih dan menentukan saya, tetapi Dia selalu mengasihi saya apa adanya. Dia tidak menghitung dosa-dosaku, malah dia mengampuniku karena kasih dan kerahimannya. Ketiga, Saya merasa bangga karena saya adalah milik Tuhan. Sebab itu gereja mendoakan supaya Tuhan yang empunya tuaian mengirim pekerja untuk bekerja di ladang-Nya. Saya merasa bangga karena saya adalah salah satu dari banyak pekerja milik Tuhan. Beberapa hal ini saya sharingkan kepada pemuda itu. Dia kelihatan sangat serius memperhatikan dan menyimak ketiga jawaban ini. Pada akhirnya dia mengangguk dan sambil tersenyum dia mengatakan kepadaku: “Romo John, doakan saya supaya menjawabi panggilan Tuhan juga.”

Saya selalu mengingat pertemuan dengan pemuda ini dan saya berdoa semoga cita-citanya berhasil. Setiap panggilan baru di dalam gereja merupakan bukti bahwa Tuhan tetap mengasihi dan mendampingi Gereja. Tepat sekali perkataan Tuhan Yesus: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:20). Ia menyertai Gereja-Nya dengan mengutus para rasul-Nya supaya tinggal bersama di dalam gereja-Nya meskipun seperti dikatakan-Nya: “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.” (Luk 10:3). Para utusan Tuhan selalu tahan banting bahkan sebagaimana dikatakan Tertulianus: “Il sangue dei cristiani, dei martiri, è seme dei cristiani.” (Darah para martir adalah benih iman Kristiani). Gereja tetap berdiri kokoh karena kekuatan dari Tuhan dan pengurbanan dari para martir.

Pada hari ini kita mendengar kisah Yesus yang luar biasa. Dia tetap berkeliling dan berbuat baik. Ia menyembuhkan banyak orang sakit, bahkan Ia juga membangkitkan mereka yang sudah meninggal dunia. Kali ini Matius melaporkan dua hal penting. Pertama, Yesus menyembuhkan seorang bisu yang kerasukan setan. Pikirkanlah betapa menderitanya orang ini. Sudah bisu masih dirasuki setan juga. Tetapi Tuhan Yesus menunjukkan kuasa-Nya dengan mengusir setan yang merasukinya sehingga ia dapat leluasa berbicara. Peristiwa ini mengundang perhatian banyak orang. Ada orang yang merasa takjub dan mengatakan: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” (Mat 9:33). Hanya orang Farisi yang sakit hati karena Yesus berbuat baik. Mereka tidak percaya pada kuasa Yesus sehingga mengatakan bahwa Yesus menerima kuasa mengusir setan dari penghulu setan. Kedua, Matius melaporkan bahwa Tuhan Yesus menunjukkan kerahiman-Nya kepada semua orang yang datang kepada-Nya. Hati Yesus penuh dengan kerahiman kepada mereka sebab mereka terlantar seperti domba tanpa gembala. Melihat situas ini Yesus berkata: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat 9:37-38).

Perkataan Yesus ini membuat saya bersyukur dan mengingat kembali perjumpaan dengan orang muda yang saya kisahkan pada awal homili ini. Saya bersyukur dan merasa bangga karena Gereja selalu mendoakan panggilan-panggilan di dalam gereja dan gereja berdoa memohon ketekunan panggilan bagi para pekerja di dalam Gereja. Ladang Tuhan itu luas dan panenan melimpah rua. Tuhan selalu siap mengirim para pekerja-Nya untuk melayani. Itu sebabnya panggilan di dalam gereja memang berkurang tetapi tidak akan hilang karena Tuhanlah yang memiliki pekerja yang siap untuk bekerja. Saya bersyukur sebab saya adalah pekerja Tuhan yang sedang melayani Gereja sebagai gembala umat.

Pada saat merayakan pesta perak membiara saya mengingat kembali perjalan panggilan. Pada saat memulai perjalanan panggilan yakni tahun 1989, kami lebih dari tiga puluh orang calon. Tetapi yang diterima masih di novisiat hanya 13 orang. Pada saat mengikrarkan kaul pertama 13 Juni 1991, kami hanya Sembilan orang. Pada saat pesta perak hingga tahun ini kami tinggal tiga bertiga yang melayani. Saya menyadari bahwa saya adalah ‘limited edition’ edisi yang terbatas. Mengapa? Yesus berkata: “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” (Mat 22:14). Tuhan memanggil dan memilih mereka yang tidak sempurna untuk menyempurnakannya dan yang lemah untuk dikuatkan. Terima kasih Tuhan untuk rahmat panggilan ini.

Apa sajakah tantangan yang dihadapi para pilihan Tuhan yang terbatas ini?

Bacaan pertama menghadirkan tantangan besar bagi gereja khususnya para pilihan Tuhan yakni ‘berhala’. Orang-orang di Samaria jatuh ke dalam dosa karena menyembah berhala. Tuhan mengirim nabi Hosea untuk mengoreksi cara hidup mereka yang sesat ini supaya setia kepada Allah yang benar. Mereka telah menabur angin dan memanen putting beliung. Tantangan ini juga terjadi dalam diri para pekerja Tuhan di dalam Gereja. Ada berhala-berhala yang membuat kualitas pelayanan para imam, biarawan dan biarawati menurun dan nyaris hilang. Berhala-berhala yang dimaksud adalah uang, harta, kedudukan, orang, gadget dan lainnya. Kualitas pelayanan menurun karena hati para pekerja melekat pada hal-hal ini. Akibatnya para pekerja menjadi borjuis, hedonis dan konsumeris. Menyedihkan dan sudah menjadi putting beliun di dalam gereja saat ini. Berbagai persoalan misalnya korupsi yang dilakukan di dalam gereja dan biara, masalah pedofilia yang seakan sedang menghancurkan gereja dari dalam. Berhala-berhala bisa hilang karena Tuhan ada!

Tantangan lain disebutkan dalam injil. Ada perilaku tiak bersyukur dan berbangga sebagai abdi atau pekerja Tuhan. Sifat Farisi masih menguasai banyak pekerja di kebun anggur. Mereka tidak menyukai kebaikan yang dilakukan oleh konfrater atau teman-teman di dalam komunitas. Mereka suka menghitung-hitung kesalahan dan menaruh curiga kepada sesama di dalam komunitas. Pekerja sedikit tetapi kadang bisa hilang karena sifat-sifat manusiawi ini. Menyedihkan karena tidak ada hati yang berbelas kasih di dalam komunitas. Akibatnya, tidak ada hati yang berbelas kasih dalam pelayanan. Kalau seperti ini lalu kita menghancurkan gereja dari dalam.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini sangat kaya dan bermakna bagi kita. Mari kita mendoakan Gereja kita supaya tetap mengikuti jejak Kristus. Mohon doa Gereja untuk kami para gembala dan orang-orang yang sudah dipanggil supaya tekun san setia melayani, dan yang akan dipanggil supaya siap mengikuti Tuhan dari dekat.

PJ-SDB