Food For Thought: Benih Radikalisme

Ada benih radikalisme

Hampir semua surat khabar yang dicetak dan yang online pasti pernah memberikan laporan tertentu tentang benih-benih radikalisme. Pada tahun 2019 yang lalu, Pos Kupang melaporkan temuan penelitian Pater Dr. Hendrik Maku, SVD, dari STFK Ledalero, Maumere, Flores, yang mengejutkan tentang paham radikalisme. Beliau mengatakan: “Penelitian yang kami lakukan pada beberapa sekolah tinggi dan perguruan tinggi di NTT menemukan 20,5 persen generasi muda kita terpapar paham radikal.”

Beberapa hari yang lalu, koran online Rakyat NTT.com melaporkan peristiwa terbaru di Maumere dengan judul beritanya: “HTI sebarkan benih-benuh radikalisme di kampus dan masjid di Sika”. Diberitakan dalam koran online ini dilaporkan bahwa Gerardus Gili mengirim surat kepada pemerintah pusat dan jajaranya dan juga pemerintah provinsi dan kabupaten dengan jajarannya tentang anaknya bernama Yohanes San Salvador Lado Gili. Pemuda ini adalah mahasiswa salah satu kampus swasta di Maumere sudah menjadi mualaf tanpa sepengetahuan orang tuanya dan berperilaku aneh terhadap benda-benda devosional di rumahnya. Tentu saja berita ini membuat masyarakat NTT yang terkenal sangat toleran dengan kultur Katolik yang cukup kental harus bermawas diri. Perasaan cemas dapat melanda keluarga dan juga masyarakat secara umum. Tatanan kerukunan yang ada perlahan dibongkar paham radikalisme. Kawan jadi lawan dan lawan jadi kawan.

Pada hari ini saya tertarik pada perumpamaan Yesus tentang Lalang dan gandum. Cobalah anda membayangkan bagaimana sang petani menaruh harapan kepada tanamannya, tiba-tiba ditemukan adanya lalang yang sedang tumbuh bersama. Hal yang menarik perhatian adalah tuan kebun tahu bahwa ada musuhnya yakni iblis yang datang untuk menabur benih ilalang. Namun dia membiarkan lalang dan gandum tumbuh bersama dan akan dipisahkan pada hari penghakiman. Gandum akan menyalurkan kasih dan kebaikan Tuhan kepada semua orang.

Tuhan tidak pernah merencanakan adanya benih kejahatan berupa radikalisme dan ditanam di dalam hati orang muda. Manusialah yang menunjukkan kesombongan di hadirat Tuhan karena dikuasai si jahat. Apakah benih-benih kejahatan ini dibiarkan saja? Saya yakin bahwa Tuhan tidak menghendakinya. Tuhan menghendaki kebaikan bukan kejahatan.

Salam dan berkat Tuhan.

PJ-SDB