Homili 20 Juli 2020

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XVI
Mi. 6:1-4,6-8
Mzm. 50:5-6,8-9,16bc-17,21,23
Mat. 12:38-42

Butuh Pertobatan Radikal

Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang pemuda. Ia mengatakan: “Saya mau bertobat dari dosa-dosa saya yang banyak ini Romo.” Selanjutnya ia menjelaskan semua pengalamannya, bagaimana ia berkali-kali jatuh dalam dosa yang sama, berjanji dalam dirinya untuk bertobat tetapi kemudian jatuh lagi dengan mengulangi dosa yang sama. Ia pernah merasa sampai ke tingkat jenuh karena melakukan dosa yang sama. Saya mendengar setiap perkataannya dengan penuh perhatian supaya bisa memberikan solusi yang tepat kepadanya. Setelah selesai menceritakan pergumulan hidupnya ini, saya mengingatkannya bahwa Tuhan turut bekerja dalam dirinya dan menghendaki sebuah pertobatan yang radikal di dalam dirinya. Maka yang perlu dilakukannya adalah terus menerus menyadari bahwa dia adalah orang berdosa dengan tekun memeriksa batinnya. Banyak orang sudah tidak merasa diri sebagai orang berdosa. Saya menyarankan dia untuk tekun berdoa dan bersembah sujud kepada Tuhan sambil memohon pengampunan yang berlimpah. Selalu focus pada sosok Tuhan Allah yang berbelas kasih. Pengalaman ini selalu saya ingat karena menjadi momen yang baik baginya untuk berbenah diri supaya harapan untuk pertobatannya sungguh terjadi.

Kita mendengar kelanjutan kisah Yesus dalam Injil. St. Matius melaporkan bahwa pada suatu ketika Yesus mendapat kunjungan beberapa ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka memiliki hidden agenda, sehingga tanpa malu-malu mereka meminta suatu tanda dari Yesus. Hidden agendanya hanya mau membuktikan kira-kira kuasa Yesus itu berasal dari mana. Dengan kuasa siapa Dia dapat mengusir setan? Mereka bertanya: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” (Mat 12: 38). Tuhan Yesus mengetahui pikiran mereka sehingga dengan keras Ia berkata: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Mat 12:39-40). Bertobat dengan tidak mencobai Tuhan dan meminta tanda apapun.

Sebuah pertobatan yang radikal mesti kita lakukan dengan tulus hati sebab Tuhan Yesus sendiri menunjukkan tanda yaitu pengurbanan diri-Nya. Dia mengambil contoh Yunus hanya sebagai jembatan untuk memahami peran Yesus sebagai satu-satunya Penyelamat dunia. Dia lebih dari Yunus yang mereka kenal dalam dunia perjanjian lama. Yunus pernah tinggal di dalam perut ikan yang kotor, bau sebagai simbol kedosaan setiap manusia. Pada akhirnya sesuai rencana Tuhan, Yunus keluar dari perut ikan yang kotor dan bau itu untuk melihat cahaya baru dalam hidupnya. Ini merupakan pengalaman pertobatan pribadi Yunus. Dia menjadi baru karena kuasa Tuhan. Tuhan Yesus lebih dari Yunus. Ia mempersembahkan diri-Nya secara total kepada Bapa untuk menyelamatkan manusia. Ia tinggal di dalam perut bumi, tiga hari dan tiga malam, penuh kedinginan dan kegelapan dan pada akhirnya mengalahkan kedinginan dan kegelapan dengan kabangkitan-Nya yang mulia. Kebangkitan Kristus menjadi kebangkitan kita semua dan kita hidup banyak bagi Tuhan.

Tuhan Yesus mengambil contoh-contoh lain dalan Kitab Perjanjian Lama misalnya pewartaan Yunus tentang pertobatan (Yun 3) dan Ratu dari selatan yang datang untuk menyaksikan kebijaksanaan Salomo (1Raj 10:1-10). Kisah-kisah ini ikut menbangkitkan semangat pertobatan yang radikal bukan hanya bagi orang-orang Yahudi tetapi juga orang-orang yang bukan Yahudi. Dan sungguh terjadi, sekitar tahun 80 setelah Kristus, banyak orang bertobat dan mengikuti Yesus dari Nazaret. Mereka menerima Yesus sebagai Penyelamat.

Apa yang harus kita lakukan untuk mewujudkan pertobatan kita?

Nabi Mikha dalam bacaan pertama mengingatkan kita untuk bertobat, dengan kembali kepada Tuhan, berlaku baik, adil dan setia. Kita juga diingatkan untuk selalu rendah hati di hadapan Tuhan. Inilah perkataan Tuhan yang menguatkan kita: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mi 6:8). Pada hari ini marilah kita mewujudkan pertobatan kita. Bertobatlah mulai dasri hal-hal kecil, dari kebiasaan-kebiasaan yang kadang kita merasa bukan dosa padahal itu dosa. Dengan demikian kita sungguh berkenan kepada Tuhan.

PJ-SDB