Kesetiaan kepada Kristus
Apakah anda setia kepada Kristus di masa pandemi covid-19 ini? Ini adalah sebuah pertanyaan umum bagi kita semua saat ini. Tentu saja ada yang menyatakan tetap setia kepada Kristus. Ada kerinduan untuk terlibat dalam perayaan Ekaristi di Gereja bersama sesama umat yang lain. Ada yang setia mengikuti misa live streaming dengan menyiapkan altar, salib, lilin dan bunga juga buku-buku liturgi di depan televisi atau laptop dan HP. Memang mengharukan melihat umat yang memiliki kerinduan besar untuk berekaristi. Terlepas dari pro dan kontra, layak tidaknya misa live streaming, saya melihat sebuah kesetiaan iman yang besar kepada Tuhan Yesus. Ada juga yang tidak setia dan merasa covid-19 ini baik karena bisa libur misa, doa dan berdevosi. Ini memang menyedihkan karena ternyata ada banyak sekali di dalam Gereja.
Berbicara tentang kesetiaan, saya mengingat sosok Maria Magdalena yang pestanya kita rayakan pada hari ini. Ada dua Paus yang melihat sosok Maria Magdalena begitu istimewa. Pertama, Paus Gregorius Agung. Dalam kotbahnya pada tanggal 14 September 591, beliau mengidentifikasi Maria Magdalena sebagai sosok wanita pendosa yang ‘tertangkap basa’ karena berzinah (Yoh 8:3). Para Bapa Gereja seperti Agustinus, Ambrosius, Efren juga mengatakan hal yang sama. Meskipun para penginjil Sinoptik seperti Lukas mengatakan bahwa Tuhan Yesus mengusir tujuh roh jahat yang merasuki Maria Magdalena (Luk 8:2). Terlepas dari masa lalunya, Maria Magdalena adalah sosok yang setia kepada Kristus. Dia mengikuti Yesus sebagai ungkapan kasih dan syukur dengan memberi segala yang dia miliki (Luk 8:3), mengikuti Yesus dalam jalan salib (Yoh 19:25) dan menjadi orang pertama yang menyaksikan kebangkitan Kristus (Yoh 20:1-2.18). Maria sungguh menjadi model kesetiaan kepada Kristus karena ia mengikuti Yesus sampai tuntas bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun. St. Thomas Aquinas menyebut St. Maria Magdalena sebagai “Rasul dari para Rasul”, karena dialah yang pertama mewartakan kebangkitan Yesus kepada para rasul dan kemudian para rasul mewartakan kepada dunia.
Kedua, Paus Fransiskus. Dalam semangat tahun kerahiman Allah maka pada tanggal 3 Juni 2016, beliau mengumumkan bahwa perayaan liturgi bagi St. Maria Magdalena berubah dari peringatan menjadi pesta. Dalam Dekrit yang dikeluarkan Kongregasi Vatikan untuk Ibadat Ilahi dan Tata Upacara Sakramen dikatakan bahwa dengan menaikkan tingkat perayaan liturgis St. Maria Magdalena dengan menyamakan tingkat perayaan St. Maria Magdalena dengan Para rasul laki-laki. Paus Fransiskus mengatakan bahwa St. Maria Magdalena adalah sosok teladan bagi Evangelisasi sejati dan otentik; dia adalah penginjil yang mewartakan pesan sentral dari Paskah.” Sekali lagi Maria Magdalena menunjukkan dirinya sebagai sosok yang setia, mengasihi Yesus sampai tuntas. Ini memang luar biasa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita setia kepada Kristus sampai tuntas?
Santa Maria Magdalena, doakanlah kami. Amen.
P. John Laba, SDB