Homili 20 Oktober 2020

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXIX
Ef. 2:12-22
Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14
Luk. 12:35-38

Berani mengetuk pintu!

Frank Tyger (1929-2011) adalah seorang kartunis dan aforist berkebangsaan Amerika Serikat. Beliau pernah berkata: “Belajarlah mendengarkan sebab peluang dapat mengetuk pintu anda dengan sangat lembut.” Perkataan Tyger ini sangat sederhana tetapi kalau kita memahami maksudnya dengan baik maka kita akan merasa sangat dikuatkan. Pikirkanlah bahwa banyak kali kita juga ikut melebur dalam kebisingan sehingga membuat kita tidak memiliki waktu untuk mendengar dengan baik suara Tuhan dan sesama. Padahal, sebenarnya kita sangat membutuhkan keheningan supaya kita dapat mendengar dengan baik suara Tuhan dan sesama. Maka kita perlu belajar untuk mendengar dengan baik sebab peluang-peluang itu dapat mengetuk pintu dengan sangat lembut, sehingga kalau kita melebur dalam kebisingan maka kita tidak akan mendengar dengan baik.

Pada hari ini saya merasa sangat dikuatkan oleh perkataan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil Lukas 12:35-38. Tuhan menghendaki supaya para murid-Nya selalu siap sedia dan berjaga-jaga. Harapan Yesus adalah supaya pinggangnya tetap terikat dan pelita yang tetap menyala. Atau sama seperti orang yang menanti-nantikan kedatangan tuannya dari pesta nikah. Ketika tuan itu mengetuk pintu maka pintu akan segera dibuka baginya. Hamba-hamba yang selalu siap sedia dan berjaga akan sungguh berbahagia. Saya sangat tertarik dengan perkataan ‘Tuan itu mengetuk pintu dan para hamba yang berjaga-jaga itu segera membuka pintu baginya.’

Apakah kita berani mengetuk pintu?

Tuhan Yesus sendiri berkata dalam kobah di bukit: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Mat 7:7-8). Nada optimism yang perlu kita miliki adalah kalau kita berani mengetuk maka pintu akan dibuka. Kalau kita yang mengetuk, pintu segera dibuka, maka hal yang sama kita harus lakukan bagi Tuhan ketika Ia mengetuk pintu hati kita. Perhatikan lah perkataan Tuhan dalam Kitab Wahyu kita membaca: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Mzm 3:20). Dan mengikuti Lukas dalam Injil hari ini: “Pintu akan segera dibuka baginya” (Luk 12:36).

St. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan kita supaya berani mengetuk dan membuka pintu karena kita memiliki Yesus Kristus dalam hidup ini. Hidup lama tanpa Kristus, hidup baru bersama Kristus. Paulus berkata: “Sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.” (Ef 2:13). Mengapa demikian? Ada satu jawaban yang pasti yakni: “Kristus adalah damai sejahtera kita” (Ef 2:14). Tuhan Yesus adalah damai sejahtera kita sebab Dialah yang mempersatukan kita, tembok pemisah dirobohkan dan yang bermusuhan didamaikan. Tuhan Yesus turut bekerja dalam kehidupan kita.

Hidup kita bermakna ketika kita berani mengetuk pintu hati Tuhan melalui doa-doa kita.Tuhan tidak pernah tidur. Dia akan membuka pintu hati-Nya bagi kita yang berdoa kepada-Nya. Dia selalu siap untuk mendengar dan tidak akan membiarkan kita merana. Dalam masa pandemi covid-19 ini, kita harus semakin berani mengetuk pintu hati Tuhan untuk menyerahkan segala suka dan duka hidup kita. Kita juga harus selalu siap untuk membuka pintu hati kita, membiarkan Dia membimbing kita hingga keabadian. Maka beranilah mengetuk pintu hati Tuhan dalam doa-doamu. Biarkanlah Dia membimbingmu untuk bersatu dengan-Nya. Bunda Maria yang selalu menolong memampukan kita untuk membuka diri kepada Tuhan dan siap menerima segala rahmat-Nya.

PJ-SDB