Mengampuni itu indah
Adalah Dalai Lama XIV. Pemimpin spiritual dari Tibet ini pernah berkata: “Semua tradisi agama utama pada dasarnya membawa pesan yang sama, yaitu cinta, kasih sayang, dan pengampunan. Hal yang penting adalah hal-hal tersebut harus menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.” Orang yang benar-benar beriman akan sepakat dengan Dalai Lama. Nilai-nilai universal yang diajarkan agama adalah cinta, kasih sayang dan pengampunan yang berlimpah. Tidak ada agama apapun yang dapat mengklaim dirinya sebagai yang paling benar dan berkenan bagi Tuhan. Beragama itu urusan hati dan pikiran yang dapat menjadikan manusia sungguh manusia.
Paus Fransiskus memiliki concern tersendiri bagi keluarga-keluarga katolik. Ia pernah berkata: “Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orang tua yang sempurna. Kita tidak menikah dengan orang yang sempurna atau punya anak yang sempurna. Kita saling mengeluh tentang satu dan lainnya. Kita saling membuat kecewa. Pengampunan itu sangat penting bagi kesehatan emosi, ketahanan jiwa, dan spritualitas kita. Tanpa pengampunan keluarga akan menjadi arena konflik dan tempat bagi semua hati yang terluka. Tanpa pengampunan, keluarga akan sakit. Pengampunan adalah pelindung jiwa, pembersih pikiran dan pembebasan hati.”
Kedua kutipan ini berbicara tentang keindahan dari sebuah pengampunan. Memang pengampunan itu indah bila pengampunan itu betul-betul berasal dari dalam hati dan pikiran kita yang jernih. Tuhan senantiasa memberi kesempatan bagi kita untuk memohon pengampunan dan rela untuk mengampuni. Dalam Injil, Tuhan Yesus sendiri berkata: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:14-15).
Benarlah bahwa mengampuni berarti melupakan. Tanpa keberanian untuk melupakan maka kita juga tetap akan hidup dalam kegelisahaan. Kita tetap memikirkan orang yang berbuat salah kepada kita dan lupa bahwa kita harus tetap berjuang untuk menjadi lebih baik lagi dan melupakan perbuatan orang itu.
Mengampuni berarti melupakan. Tanpa ada usaha untuk melupakan kesalahan yang sudah dilakukan kepada kita, tanpa ada usaha untuk melupakan segala kejahatan fisik dan verbal yang dilakukan kepada kita maka kita tetap tidak akan berubah. Hidup kita bermakna ketika kita berusaha untuk hidup sesuai kehendak Tuhan dengan memiliki kemampuan untuk mengampuni. Kita butuh waktu yang tepat untuk berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan ketika kita mampu mengampuni. Kita juga memohon keselamatan bagi diri sendiri dan bagi sesama.
Mari kita berusaha untuk hidup sebagai anak Tuhan yang mau mengampuni seperti Tuhan sendiri mengampuni kita semua.
Tuhan melindungi dan memberkati.
PJ-SDB