Food For Thought: Saya memiliki musuh juga!

Saya memiliki musuh juga!

Apakah anda memiliki musuh? Ini adalah pertanyaan yang sederhana namun sulit untuk dijawab. Kalau orang itu jujur maka dia akan mengatakan bahwa ia memiliki musuh dan kadang sangat sulit untuk mengampuni, melupakan musuh di dalam hidupnya. Saya teringat pada seorang penulis dan Jenderal dari Tiongkok zaman doeloe namanya Sun Tzu (544 SM – 496 SM). Ia pernah berkata: “Bertempur dan menaklukkan musuh dalam peperangan bukanlah kehebatan paling tinggi; kehebatan tertinggi terjadi ketika Anda mampu menghentikan musuh tanpa perlawanan.” Mungkin kita menertawakan Sun Tzu sebab orang hebat itu biasanya menaklukan musuh dalam peperangan, tetapi bagi dia orang hebat itu menghentikan musuh tanpa perlawanan.

Perkataan Sun Tzu ini menginspirasi saya untuk merenung tentang perkataan Tuhan Yesus ketika berkotbah di bukit Sabda Bahagia: “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat 5:43-44). Orang hebat adalah orang yang ketika memiliki musuh maka ia harus memusuhi atau membenci orang atau kelompok orang itu. Kalau ia tidak bersikap demikian yakni tidak memusuhi atau membenci maka dengan sendirinya ia akan dibully oleh orang lain. Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan ajaran yang sangat berbeda dengan kebiasaan yang menunjukkan kehebatan manusiawi: “Kasihilah musuhmu, berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Orang seperti ini yang hebat di mata Tuhan. Orang yang mengasihi musuh, orang yang mendoakan para penganiaya itu yang hebat.

Ada banyak contoh di dalam Injil di mana Tuhan Yesus mengajar kita untuk mengasihi musuh. Contoh kisah seorang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37). Orang Samaria dari Kerajaan Utara atau Kerajaan Israel tidak memiliki relasi yangh bagus dengan orang-orang dari Kerajaan Yudea. Namun ketika ada seorang Yudea yang mengalami penganiayaan, hanya orang Samaria yang menjadi sesama bagi orang Yudea yang dianiaya dalam perjalanannya ini. Orang Samaria adalah gambaran diri Yesus sendiri yang mengasihi semua orang tanpa batas. Para algojo saja masih diampuni-Nya: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34).

Di masa pandemi ini kita belajar untuk menjadi saudara dan sesama bukan menjadi musuh. Masih banyak orang yang picik yang menggunakan bendera agama untuk memusuhi orang lain padahal Tuhan dalam agama-agama mengajarkan hal yang sama yakni kasih, sukacita, damai, pengampunan dan nilai-nilai universal yang lain. Tidak ada Tuhan yang mengajarkan kemurkaan atau kemarahan. Hanya manusia picik yang mengajarkan kemurkaan melalui hoax untuk memusuhi sesama yang lain. Kita hebat bukan karena kita menaklukan musuh dengan senjata tetapi menaklukan dengan kasih.

Saya mengakhiri refleksi ini denganmengutip Mahatma Gandhi (1869-1948). Politikus dari India ini pernah berkata: “Seseorang yang benar-benar tidak berdosa, mengorbankan diri demi kebaikan orang lain, termasuk musuh-musuhnya, dan menjadi tawanan dunia. Itulah cinta sempurna.” Lalu apa untungnya anda memiliki musuh?

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB