Tidak ada yang abadi

Tidak ada yang abadi

Pada tahun 2004 yang lalu dunia musik Indonesia diramaikan dengan sebuah lagu dari Ariel (Peter Pan) berjudul: “Tak ada yang abadi”. Inilah sebagian lirik dari lagu tersebut: “Takkan selamanya. Tanganku mendekapmu. Takkan selamanya. Raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantungku. Tak bertahan melawan waktu. Dan semua keindahan yang memudar. Atau cinta yang telah hilang. Tak ada yang abadi. Tak ada yang abadi. Tak ada yang abadi. Tak ada yang abadi…” Takkan selamanya… itulah pengalaman hidup kita setiap hari. Ada saat di mana kita merasakan sebuah kepuasaan jasmani dan rohani, ada saat di mana kita merasakan kehampaan dalam hidup ini. Tak ada yang abadi dalam hidup ini. Hanya Tuhanlah yang abadi!

Pada hari ini saya membaca kembali beberapa pokok pemikiran Steve Jobs. Saya menemukan sebuah kalimat yang menakjubkan ini: “Menjadi manusia paling kaya di pemakaman bukanlah persoalan untukku. Pergi tidur di malam hari sambil berkata kita telah melakukan sesuatu yang menakjubkan. Itulah yang jadi persoalan untukku.” Saya tersenyum membayangkan beberapa saat pelayanan saya sebagai imam di rumah duka. Seorang imam Misionaris yang sudah bekerja di Timor Leste selama lebih kurang 60 tahun, ketika meninggal dunia saya memperhatikan isi peti jenasahnya. Ia hanya menggunakan alba, kasula dan stola yang bukan baru dan memegang rosario sederhana. Sebelumnya opa Romo ini menggunakan Iphone dan pakaiannya bermerk. Tetapi saya tidak menemukan semua itu di dalam peti jenasahnya. Memang tak ada yang abadi, takkan selamanya! Maka benar Steve Jobs mengatakan bukanlah suatu persoalan baginya ketika orang menjadi kaya raya di pemakaman. Hal yang terpenting bagi Jobs adalah setiap hari kita harus melakukan sesuatu yang menakjubkan diri kita dan banyak orang.

Apakah hari ini anda sudah melakukan sesuatu yang menakjubkan dirimu dan banyak orang? Santo Petrus di dalam Kisah para Rasul melakukan suatu hal yang menakjubkan yaitu menyembuhkan seorang lumpuh di Gerbang Indah dengan berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (Kis 3:6). Yang abadi hanya Tuhan Yesus Kristus. Emas dan perak bukanlah segalanya di dalam hidup ini karena tidak ada yang abadi.

Apakah anda pernah berpikir bahwa hari ini adalah hari yang terakhir bagimu? Kalau saja hari ini merupakan hari yang terakhir bagimu maka anda harus siap secara jasmani dan rohani untuk menyambut Tuhan di dalam hidupmu. Kalau saja hari ini adalah hari terakhir, apakah anda masih bisa menyambut Tuhan di dalam hidupmu? Sekali lagi, tidak ada yang abadi, hanya Tuhan yang abadi.

Saya menutup refleksi ini dengan mengutip perkataan ini dari Henry van Dyke (1852-1933). Beliau adalah penulis dan pendidik berkebangsaan Amerika Serikat pernah berkata: “Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi yang bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi, waktu adalah keabadian.”

Kita tetap mendoakan saudari dan saudara kita di Lembata, NTT khususnya di kecamatan Ile Ape. Pada malam ini, gunung yang meletus bulan November 2020 lalu kembali menyemburkan laharnya. Sementara di kaki gunung itu korban ‘Siklon Tropis Seroja’ masih banyak yang belum ditemukan. Tidak ada yang abadi… dan selalu ada ujian dalam hidup ini.

P. John Laba, SDB