Food For Thought: Kita kawanan sewarga

Kita kawanan sewarga

Pada malam hari ini saya kembali membaca tulisan St. Paulus kepada Jemaat di Efesus. Saya menemukan perkataan yang mengesankan hati dan saya bagikan Sekarang ini yakni: “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.” (Ef 2:19-21). Satu hal yang membanggakan saya sebagai orang Katolik adalah persekutuan sebagai satu Gereja. Tentu saja hal ini sejalan dengan sifat khas Gereja Katolik yakni satu, kudus, katolik dan apostolik. Bagi Paulus, kita adalah orang Katolik yang merupakan satu kawan sewarga dari orang-orang kudus, anggota keluarga Allah yang bersatu dalam Kristus sang batu penjuru.

Selama masa Paskah ini, kita mendengar kisah-kisah menakjubkan dari para Rasul. Kita bertemu dengan dua kolabrator dan misionaris besar yakni Barnabas dan Paulus. Kedua sosok ini sangat menginspirasi Gereja kita sebagai sebuah Gereja Katolik yang terbuka pada Tuhan dan sesama untuk keselamatan abadi. Lukas mengisahkan di dalam Kisah Para Rasul bagaimana Gereja perdana berkembang dan berbagai tantangan yang dihadapinya. Antiokia di Siria merupakan salah satu pusat penyebaran Gereja. Tuhan hadir dan mengembangkan Gereja di tanah ini melalui kehadiran dua sosok penting yaitu Barnabas dan Paulus.

Pada waktu itu Gereja di Siria menata dirinya. Ternyata tidaklah mudah untuk menata diri karena pasti ada tantangan dari luar. Ada saja orang tertentu yang memiliki pandangan untuk menjadikan Gereja di Antiokia sebagai Gereja eksklusif atau tertutup. Inilah perkataan orang yang sangat mempengaruhi komunitas di Antiokia: “Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” (Kis 15:1). Tentu saja perkataan ini membuat Gereja sangat tertutup untuk kalangan sendiri yakni mereka yang bersunat (eksklusif). Komunitas sangat tanggap maka mereka bahu membahu mencari jalan penyelesaian yang terbaik. Barnabas dan Paulus diutus ke Yerusalem untuk meminta pendapat para rasul dan penatua. Dalam perjalanan, kedua murid ini menggunakan kesempatan untuk mempertobatkan banyak orang. Mereka berdua menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah karena pewartaan mereka. Harapan yang benar adalah supaya gereja Katolik sungguh-sungguh Katolik. Sebuah Gereja yang inklusif atau terbuka kepada semua orang.

Kita harus jujur dengan diri sendiri karena banyak kali kita masih bersikap sebagai pribadi yang eksklusif terhadap orang-orang lain. Kita tidak terbuka atau bersikap eksklusif terhadap sesama karena masih memandang sesama berdasarkan suku, agama dan ras. Seharusnya kita berubah kalau menyadari diri sebagai orang katolik. Katolik artinya umum dan terbuka kepada semua orang. Kita berpikir dengan kategori status quo bukan dengan kategori sebagai sesama manusia. Kita semua berasal dari satu pokok anggur yang sama yaitu Yesus Kristus. Maka kita juga merupakan pribadi-pribadi yang selalu berprinsip sebagai satu kawanan dengan satu gembala yang sama. Kita bangga sebagai orang Katolik!

Tuhan memberkati kita semua,

P. John Laba, SDB