Hari Senin, Pekan Biasa ke-XVII
Peringatan Wajib Yoakim dan Ana, Orangtua SP Maria
Sir. 44:1.10-15;
Mzm. 132:11.13-14.17-18;
Mat. 13:16-17
Terima kasih Ayah dan Ibuku
Seperti biasanya ada seorang sahabat yang rajin mengirim kepadaku link lagu untuk direnungkan setiap pagi. Pagi ini ia mengirim link lagu berjudul: “S’perti Bapa sayang anaknya” yang dinyanyikan oleh Jeffri S. Tjandra beberapa tahun yang lalu. Saya mendengarnya beberapa kali sambil merenung. Kata-kata yang mengesankan saya: “S’perti Bapa sayang anakNya. Demikianlah Engkau mengasihiku. Kau jadikan biji mataMu. Kau berikan s’mua yang ada padaMu.” Saya sangat bersyukur dan mengakui bahwa di dalam hidup ini memang ada banyak pergumulan dan perjuangan di dalam hidup untuk mewujudkan panggilan hidup ini. Saya sebagai seorang imam dan biarawan memiliki kesulitan tersendiri. Para orang tua di dalam keluarga, anak-anak muda dan remaja masing-masing memiliki kesulitan tersendiri. Hal yang lebih nyata, kita semua di masa pandemi ini mengalami banyak kesulitan yang sangat menantang kita semua. Namun kita sebagai orang beriman tetap memiliki seorang Allah yang kita sebagai Bapa. Dia adalah Allah yang senantiasa mengasihi kita semua. Dia selalu menyayangi kita semua sebagai anak-anak-Nya.
Lirik lagu yang indah ini bersumber pada Kitab Mazmur 103. Raja Daud menaikan puji dan syukurnya kepada Tuhan karena kasih dan kebaikan yang dirasakannya. Ia memuji dan meluhurkan Tuhan dengan segenap hati. Ia sadar akan kasih setia Tuhan dan mengatakan dengan tulus kepada Tuhan: “Seperti bapa sayang e kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm 103:13). Tuhan Yesus sang Anak Daud mengingatkan kita di dalam Injil: “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Mat 7: 9-11). Tuhan tidak hanya disapa sebagai Allah sebagai Bapa yang baik. Dia juga Maharahim dan tidak melupakan kita semua. Melalui nabi Yesaya, Tuhan berkata: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yes 49:15). Tuhan menunjukkan sifat-Nya yang khas sebagai ayah dan ibu yang mengasihi dan tidak melupakan kita semua.
Pada hari ini kita mengenang dua sosok pribadi yang ikut berpartisipasi dalam sejarah keselamatan manusia. Mereka adalah oma dan opa Yesus atau yang kita kenal dengan nama Santa Ana dan Santo Yoakim. Nama Yoakim berarti “Persiapan bagi Tuhan”, sedangkan Anna berarti “Rahmat atau Karunia”. Dari arti namanya ini kita dapat mengerti maksud Tuhan Allah bagi keselamatan kita. Santa Ana dan Santo Yoakim adalah orang Yahudi tulen yang berasal dari keturunan raja Daud. Mereka dikenal sangat setia menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya serta dengan ikhlas mengasihi dan mengabdi Allah dan sesamanya. Maka keduanya layak di hadapan Allah untuk turut serta dalam karya keselamatan Allah. Dari pohon kita dapat mengenal buahnya. Dari Santa Ana dan Santo Yoakim, kita mengenal Bunda Maria dan Yesus Puteranya.
Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini seakan memberikan apresiasi kepada oma dan opanya karena melahirkan dan membesarkan ibu-Nya Maria. Ana dan Yoakim mungkin pernah merenung tentang keselamatan bagi manusia dalam diri cucu mereka Yesus, namun mata mereka tidak kesampaian untuk melihat-Nya. Yesus berkata: “Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Mat 13:17). Ana dan Yoakim adalah orang benar yang ingin melihat Yesus sang Penebus tetapi tidak melihat-Nya. Mereka ingin mendengar perkataan-Nya sebagai Mesias sebagaimana dikatakan dalam Torah tetapi ternyata tidak. Namun demikian sosok kedua orang tua ini tetaplah penting karena mereka memberikan Maria bagi Yesus. Sebab itu Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk berbahagia: “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.” (Mat 13:16). Mereka sudah sedang melihat Yesus yang tidak sempat dilihat oleh Ana dan Yoakim.
Apakah anda pernah merasa bahagia karena percaya dan mengikuti Yesus? Apakah anda pernah memiliki hati yang berkobar-kobar karena mendengar Yesus di dalam hidupmu? Apakah anda pernah merasa berubah karena mendengar Sabda, merenungkan dan melakukannya di dalam hidup? Banyak kali kita mirip dengan para murid yang melihat tetapi seakan tidak melihat, mendengar tetapi seakan tidak mendengar seperti dikatakan di dalam Kitab Mazmur: “mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat” (Mzm 115:5). Mengapa demikian? Karena kita sering memberontak kepada Tuhan seperti dikatakan dalam Kitab nabi Yehezkiel: “Hai anak manusia, engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat dan mempunyai telinga untuk mendengar, tetapi tidak mendengar, sebab mereka adalah kaum pemberontak.” (Yeh 12:2).
Mari kita berubah! Kita berubah menjadi anak yang terbaik dari orang tua dan Tuhan sendiri. Sikap positif yang perlu kita bangun adalah seperti yang dikatakan dalam Kitab Putra Sirakh: “Dan sekarang kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para nenek moyang kita menurut urut-urutannya.” (Sir 44:1). Kita memuji dan mengenang mereka karena merekalah yang meletakkan dasar iman kepada Tuhan bagi kita sepanjang zaman. Seluruh hidup, kasih dan kebaikan mereka akan tetap diceritakan sepanjang zaman. Tepatlah sebagaimana peribahasa ini: “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.” Kita akan tetap mengenang kasih dan kebaikan para orang tua yang terbaik bagi hidup kita.
Sambil kita mengenang sosok santa Ana dan Santo Yoakim, marilah kita mendoakan para orang tua, ibu dan ayah, nenek dan kakek yang dengan caranya sendiri sudah memberi yang terbaik bagi hidup kita. Kita tidak perenah memilih siapa yang menjadi orang tua kita. Tuhan yang memberi mereka kepada kita dan kita perlu dan harus menerima dan mengasihi mereka apa adanya, bukan ada apanya. Pesan Tuhan bagi kita hari ini adalah hormatilah ayah dan ibumu (Kel 20:12). Katakanlah juga: “Terima kasih ayah dan ibuku”.
St. Ana dan Santo Yoakim, doakanlah kami semua. Amen
P. John Laba, SDB