Food For Thought: Belajar dari St. Lukas

Hanya Lukas yang tinggal dengan aku

Selamat siang bagimu. Hari ini kita mengenang Santo Lukas, Pengarang Injil, sang pelukis hidup Yesus. Beliau lahir dan tinggal di kota Antiokhia, wilayah Siria kuno. Ia dikenal sebagai seorang dokter atau lebih tepat seorang ahli dalam bidang pengobatan. Lukas merupakan rekan kerja Paulus. Ia mengikuti dan terlibat aktif dalam perjalanan misioner santo Paulus ke daerah-daerah seperti Macedonia, Yerusalem dan Roma. Ia menjadi salah seorang murid Paulus yang paling setia. Kesetiaannya ditunjukkan dengan mengunjungi Paulus yang saat itu ditahan di Yerusaem. Mungkin saja kebersamaan mereka ini menjadi kesempatan baginya mengumpulkan bahan-bahan untuk menulis Injilnya dan Kisah para Rasul.

Injil Lukas menyapa semua orang khususnya kaum tertindas dan para pendosa. Maka tepat sekali Injil Lukas sering disebut sebagai Injil Misericordia, Injil Kerahiman atau Injil kasih Allah. Kita dapat membaca sebuah contoh yang khas dari injil Lukas yaitu kisah orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37) dan penderita kusta yang tahu berterima kasih (Luk 17:11-19. Konon ia meninggal dalam usia 84 tahun sebagai martir di Boeotia, Yunani. Injil karangan dilambangkan dengan seekor lembu yang bersayap sebab Injil yang ditulisnya ini dimulai dengan mengisahkan kurban persembahan di Bait Allah.

Kita juga mengenal Lukas berdasarkan penuturan Santo Paulus. Dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, ia menggambarkan sosok Lukas yang setia kepadanya. Ia mengatakan kepada Timotius: “Hanya Lukas yang tinggal dengan aku.” (2Tim 2:11). Perkataan ini sangat menarik perhatian kita. Mengapa? Karena Paulus mengakui kesetiaan Lukas kepadanya. Lukas terlibat aktif dalam karya misioner Gereja bersama Paulus dan rekan-rekan kerja Paulus yang lainnya. Apapun kesulitannya ia selalu hadir bersama Paulus. Di tempat lain Paulus mengakui profesi Lukas dengan menulis: “Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih” (Kol 4:14). Dia juga menjadi teman sekerja Paulus (Fil 1:23). Di sini kita semua semakin mengenal Lukas sebagai tabib, kesayangan dan rekan sekerja Paulus.

Lukas adalah sosok yang inspiratif bagi kita semua. Pertama, Dari Lukas kita belajar untuk mengasihi Tuhan Yesus Kristus sampai tuntas. Dia sendiri tidak mengasihi Kristus setengah-setengah tetapi total hanya bagi Yesus. Ini kita dapat membacanya dalam Injil dan Kisah Para Rasul. Kedua, kita dipanggil untuk melakukan dan menceritakan kerahiman Allah kepada semua orang. Tuhan Yesus menampakkan wajah kerahiman Allah maka kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama yang dilakukan Lukas dalam hidup kita setiap hari. Ketiga, kita belajar untuk menghayati semangat misioner yang dimiliki Lukas dengan berusaha untuk menjadi saksi-saksi Kristus dalam segala situasi. Ingatlah bahwa Yesus mengutus kita seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Di sini dibutuhkan kesetiaan dan dedikasi sampai tuntas. Keempat, kita dipanggil untuk membawa damai dan mendamaikan mereka yang sedang berkonflik dalam hidupnya.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena memberikan santo Lukas sebagai sosok inspiratif bagi kita semua. Semoga sama seperti santo Lukas kita semakin mencintai, semakin terlibat dan semakin menjadi berkat bagi sesama kita. St. Lukas, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB