Bersama Don Bosco, Hari ke-29

Komitmen untuk berpegang teguh pada janji

Pada hari ini, 29 Januari 2024, saya mengenang kembali sebuah peristiwa bermakna di dalam hidup saya sebagai seorang Biarawan Salesian. Saya merayakan 25 tahun mengikrarkan kaul kekal atau kaul abadi di dalam Kongregasi Salesian Don Bosco. Saya mempersiapkan kaul kekal saya di Roma pada bulan Agustus tahun 1998 dan mengikrarkannya di Bukit Sabda Bahagia, Galilea, Israel pada tanggal 29 Januari 1999. Pada saat itu kami mengakhiri retret tahunan komunitas teologan Salesian. Saya merasa begitu cepatnya waktu berlalu. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena boleh merayakan 25 tahun berkaul kekal di dalam Kongregasi Salesian Don Bosco. Kaul perdana saya tanggal 13 Juni 1991. Berkaitan dengan rasa syukur saya ini maka saya mau merenung tentang komitmen Don Bosco untuk memegang janji-janji pribadinya.

Pada zaman ini sangat sulit kita menemukan orang yang seratus persen memegang janjinya. Para suami dan istri mengucapkan janji perkawinan di hadapan Tuhan tepatnaya di depan altar namun berapa yang setia sampai tuntas? Dalam arti berapa pribadi yang sungguh-sungguh memegang janji pernikahan di hadirat Tuhan? Para imam dan mereka yang menghayati hidup bakti, berapa yang setia sampai mati dalam janji imamatnya dan kaul-kaul kebiaraannya? Mereka yang meniti profesi tertentu melakukan sumpah profesi atau sumpah jabatan, berapa yang tulus dan sampai tuntas? Kita semua adalah manusia yang tidak sempurna. Sebab itu kita tidak memiliki hak untuk menilai orang lain sebagai pribadi yang tidak tulus dan tulus, tidak setia dan setia dan lan sebagainya.

Don Bosco adalah sosok orang kudus yang sangat setia menepati janjinya. Dia sangat berkomitmen dalam janjinya. Dia belajar dari ibunya bernama Margaretha Occhiena. Nilai-nilai disiplin diri, kejujuran dan perbuatan baik ditanamkan oleh ibundanya. Yohanes Bosco menerima dan melakukannya di dalam hidupnya. Komitmennya ini menjadi harta rohani yang ditanamkannya di dalam Kongregasi Salesian Don Bosco secara turun temurun.

Berikut ini kita bisa melihat bagaimana Don Bosco dalam tutur katanya menunjukkan sikapnya yang konsisten untuk memegang semua janjinya. Saya hanya memilih delapan janji Don Bosco dalam dirinya sebagai seorang imam, Bapak, Guru dan Sahabat kaum muda:

Pertama, Saya berjanji untuk tidak akan berjalan kesana kemari tanpa ada tujuan yang jelas. Saya akan menggunakan waktu dengan sangat hati-hati.

Kedua, Ketika keselamatan jiwa-jiwa menjadi taruhannya, saya menegaskan bahwa saya selalu siap untuk bertindak, menderita, dan merendahkan diri. Semoga cinta kasih dan kelembutan Santo Fransiskus dari Sales menginspirasi setiap tindakan saya ini.

Ketiga, Saya akan selalu merasa puas dengan makanan yang dihidangkan di atas meja di hadapan saya kecuali jika makanan itu benar-benar berbahaya bagi kesehatan saya maka saya menolaknya.

Keempat, Saya akan selalu menambahkan air pada anggur dan meminumnya Kesehatan sebagai alasannya.

Kelima, Karena kerja adalah senjata yang ampuh untuk melawan musuh-musuh keselamatan saya, saya hanya akan tidur selama lima jam sehari semalam. Pada siang hari, terutama setelah makan siang, saya tidak akan beristirahat, kecuali jika saya sakit.

Keenam, Setiap hari saya akan meluangkan waktu untuk melakukan meditasi harianku dan membaca buku-buku rohani.
Ketujuh, Pada siang hari saya akan melakukan kunjungan singkat, atau setidaknya berdoa kepada Tuhan Yesus di dalam Sakramen Mahakudus.

Kedelapan, Persiapan saya untuk merayakan Misa Kudus akan berlangsung setidaknya seperempat jam sebelumnya dan begitu juga dengan ucapan syukur saya setelah merayakan misa.

Membaca kedelapan janji pribadi dari banyak janji pribadi yang dipegang teguh oleh Don Bosco sampai maut menjemput ini membuat kita merenung tentang makna hidup kita di hadirat Tuhan. Kita pun bisa setia dan berpegang pada janji kehidupan kita sampai tuntas kalau kita sungguh percaya kepada Tuhan.

Santo Yohanes Bosco, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB