Bersama Don Bosco, Hari ke-31

Don Bosco Ritorna!

Saya mengucapkan selamat merayakan pesta Santo Yohanes Bosco kepada anda sekalian. Di seluruh dunia Salesian penuh sukacita merayakan pesta Bapak, Guru dan Sahabat kaum muda. Dalam Spiritualitas Salesian, terdapat ekspresi seperti ini: “Don Bosco sebagai model kita. Tuhan telah memberikan kepada kita Don Bosco sebagai Bapa, Guru dan Sahabat. Kita belajar mengikuti jejaknya. Kita mengagumi di dalam dirinya perpaduan yang gemilang antara kodrat dan rahmat. Ia amat manusiawi, kaya dalam sifat-sifat bangsanya, terbuka pada kenyataan-kenyataan di bumi ini. Ia benar-benar seorang dari Allah, dipenuhi dengan karunia-karunia Roh Kudus dan hidup “seolah-olah sedang melihat yang tidak kelihatan” (Ibr 11:27).” (Konstitusi Salesian, artikel 21). Beato Mikhael Rua menggantikannya sebagai pimpinan Salesian yang pertama bersaksi: “Ia tidak mengambil langkah, tidak mengucapkan kata, tidak melakukan suatu tugas yang tidak menuju pada penyelamatan orang muda… Sesungguhnya, satu-satunya keprihatinan hatinya adalah bagi jiwa-jiwa”.

Selanjutnya saya ingin mengutip kajian Pater Arthur J. Lenti, SDB, berjudul: “Don Bosco’s Last Years, His Last Illness and Saintly Death From Eyewitness Accounts.” dalam “Journal of Salesian Studies, Vol. V, no. 2 tahun 1994. Pater Lenti mengutip kronik yang ditulis oleh sekretaris pribadi Don Bosco, Pater Viglietti tentang suasana di kamar Don Bosco pada tanggal 31 Januari 1888 sebagai berikut:

“Krisis baru pada Don Bosco pun terjadi. Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan kesedihan semua orang yang melihatnya di dalam kamarnya. Tuhan mengizinkan tubuh suci itu menderita sampai akhir; tetapi krisis itu berlalu, dan sedikit demi sedikit nafasnya menjadi tenang kembali, hampir normal. Sekali lagi semua orang pergi ke ruang sebelah untuk berdoa dan menunggu. Saya kembali berada di samping tempat tidur Don Bosco. Sekitar pukul 4 pagi saya menyadari bahwa napasnya sudah tidak lancer lagi, dan butiran-butiran keringat mulai muncul. Saya melangkah ke kamar sebelah dan memberi tahu semua angota dewan pimpinan umum. Ketika semua kembali berlutut di sekitar tempat tidurnya, doa-doa diucapkan dan bacaan-bacaan ditambahkan; setelah itu uskup membacakan Proficiscere (Pergilah, wahai jiwa orang Kristiani). Kemudian tanpa kami sadari, sementara kami semua terus menatap wajah yang penuh kasih itu, Don Bosco beristirahat di dalam Tuhan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 4:45 pagi, hari Selasa, 31 Januari 1888. Don Bosco meninggal dengan tenang. Kami masih terus berlutut dan menatapnya. Dia tampak seperti sedang tidur. Tetapi jiwanya telah terbang ke surga untuk menerima pahala yang telah disediakan bagi dia atas kebajikan dan kerja kerasnya. Tidak ada yang dapat menggambarkan kesedihan yang kami alami pada saat itu. Kami masih terus berlutut di sekitar tempat tidurnya sambil berdoa dan menangis. Kami tidak dapat mengalihkan pandangan kami dari wajah yang sangat kami hormati itu. Kelihatannya dia akan bangun setiap saat dan berbicara kepada kami dengan kata-kata dorongan dan nasihat tertentu. Semua orang diliputi kesedihan. Tetapi Pater Mikhakel Rua berkata: “Kita telah kehilangan Bapa yang penuh kasih [di bumi], tetapi kita telah mendapatkan seorang pelindung yang kuat di surga. Dia akan menjadi perantara di hadapan takhta Allah dan Maria yang tersuci untuk semua anak-anak yatim piatu yang dikasihinya di bumi ini. Yakinlah bahwa Don Bosco akan selalu hidup di antara kita. Marilah kita menjaga semangatnya tetap hidup dan kita tularkan kepada kaum muda kita. Jika hal ini dilakukan, Tuhan akan membuat Bapa Don Bosco hidup di antara kita sampai akhir zaman.”

Kita yang membaca kronik Pater Vigiletti yang dikutip Pater Lenti ini merasa seakan sedang berada di kamar Don Bosco saat itu. Semua Salesian dan anak-anak muda berada dalam suasana sedih sambal berdoa melihat sosok orang kudus yang menemani mereka sepanjang hidupnya. Dia yang melayani mereka sejak menjadi seorang imam muda sampai meninggal di tengah-tengah mereka. Kata-kata terakhir Don Bosco sebelum meninggal dunia yang selalu dikenang: “Semoga kehendak Tuhan terjadi dalam segala hal..Maria, Maria…berdoalah, berdoalah!”

Don Bosco sudah pergi namun dia kembali dalam inspirasi hidupnya yang luar biasa kepada kita semua. Ada sebuah syair lagu untuk menghormati Don Bosco pada peringatan 100 tahun kematiannya yakni tanggal 31 Januari 1988, bunyinya: “Don Bosco, ritorna tra i giovani ancor! Ti chiaman frementi di gioia e d’amor.”(Don Bosco, kembalilah di tengah-tengah kaum muda lagi! Mereka memanggilmu dengan penuh sukacita dan cinta).

Santo Yohanes Bosco, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB