22 Februari 2024 – Pesta Takhta St. Petrus
1Ptr. 5:1-4
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6
Mat. 16:13-19
Tu es Petrus
Kita merayakan Pesta Takhta Santo Petrus. Ada sebuah pertanyaan, mengapa kita merayakan pesta Takhta St. Petrus? Menurut cerita lisan yang beredar, Tuhan Yesus memberi kuasa kepada Petrus untuk memimpin Gereja dengan mendirikan dua buah tahkta keuskupan. Yang pertama didirikan di Antiokhia, di tengah-tengah kaum Yahudi dan orang orang kafir pada tahun 35. Disana Petrus memimpin jemaatnya selama tujuh tahun. Kedua, Roma. Setelah dua kali mengunjungi Roma, maka pada tahun 65 ia menetap disana sebagai Uskup pertama. Maka maksud dari pesta Tahkta suci Santo Petrus adalah untuk menghormati Petrus sebagai Wakil Kristus dan gembala tertinggi gereja yang mempunyai kuasa rohani atas segenap anggota gereja dan semua gereja setempat. Kuasa Petrus ini yang lazim disebut Primat Petrus – diberikan langsung oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga (Yoh 21:15-19).
Dengan merayakan Pesta Takhta Santo Petrus berarti kita merayakan Martabat Kepausan. Takhta biasa disebut cathedra, tempat duduk bagi Uskup untuk melayani, mempersatukan dan mengajar umat Allah di keusukupannya. Itu sebabnya kita mengenal Gereja katedral yakni bangunan Gereja di mana terdapat kursi atau Takhta dari uskup setempat. Uskup sebagai pemersatu dan pelindung seluruh gereja lokal atau keuskupannya. Paus adalah Uskup di Roma. Ketika ia duduk di Takhtanya, ia juga melayani, mengajar dan mempersatukan seluruh Gereja universal. Paus adalah servus servorum Dei (hamba dari para hamba Allah).
Sosok Petrus menjadi sangat penting hari ini. Dialah sosok yang mengakui Yesus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat 16:16). Tuhan Yesus sendiri menyerahkan kuasa-Nya kepada Petrus untuk menjadi gembala. Tuhan Yesus berkata: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18). Kunci Kerajaan Surga dan kuasa pengampunan juga diberikan kepadanya. Petrus dalam bacaan pertama mengingatkan para penatua, khususnya pengganti rasul-rasul untuk menggembalakan kawanan domba Allah yang telah dipercayakan kepada mereka, bukan dengan terpaksa tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, bukan untuk mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian diri (1Ptr 5:2). Pesan Petrus bagi para penatua masih aktual hingga saat ini. Sebuah pesan yang sangat menantang bagi para gembala. Artinya bahwa dalam menjalankan tugas kegembalaan, para gembala haruslah menjalaninya dengan sukarela sesuai kehendak Allah dan tidak mencari keuntungan, popularitas dan lain sebagainya. Para gembala membawa umat Allah kepada Kristus bukan bagi dirinya sendiri.
Doa: Ya santo Petrus, doakanlah kami untuk memiliki rasa mencintai Gereja serta mencintai dan mematuhi para gembala kami di dalam Gereja. Amen.
P. John Laba, SDB