Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXII
Kol. 1:1-8
Mzm. 52:10,11
Luk. 4:38-44
Sebab untuk itulah Aku diutus!
Ada seorang Romo yang mendapat tugas merayakan misa hari Minggu di sebuah stasi terpencil. Jarak antara komunitasnya dengan stasi tersebut adalah sekitar 50km dan harus melewati dua buah sungai yang jembatan penyeberangannya juga sudah mulai rusak. Setibanya di stasi tersebut, Ia masih perlu menunggu lebih kurang dua jam untuk mengumpulkan umat yang rumah tinggalnya berjauhan, dan harus mengambil air di kali berjarak 5 kilometer. Perayaan misa hari Minggu berjalan dengan meriah. Kapelnya lebih banyak diisi oleh anak-anak yang masih belajar untuk menerima komuni pertama. Pada hari Minggu itu, orang yang menerima komuni kudus hanya dua orang yakni guru agama dan penjaga Kapel. Ia kembali ke komunitasnya dengan penuh kekecewaan. Ia menceritakan pengalamannya ini kepada rekan-rekan imam yang lain. Ada seorang Romo yang baru sebulan ditahbiskan mengatakan kepadanya: “Romo, untuk itulah kita dipanggil, ditahbiskan dan diutus”. Romo itu tersenyum sambil berterima kasih atas dukungan komunitasnya, lebih lagi dari seorang saudara yang masih muda dalam imamatnya.
Banyak kali anda dan saya juga mengalami hal yang sama. Banyak di antara kita benar-benar melayani dengan tulus hati, namun rasa tidak puas selalu ada dalam pelayanan. Mungkin saja kita tidak mendapat apresiasi apa pun dari pelayanan sehingga membuat banyak di antara kita yang merasa kecewa, putus asa dan memilih untuk tidak melayani lagi. Mengapa kita dapat masuk ke dalam situasi seperti itu? Satu jawaban yang pasti adalah karena kita belum menyadari betul-betul makna pelayanan kita. Kalau saja kita melayani seperti Tuhan Yesus maka tidak ada satu keluhan apa pun yang keluar dari dalam mulut kita.
Pada hari ini kita mendengar kisah Yesus dalam Injil Lukas. Penginjil Lukas melukiskan hidup Yesus di depan umum sebagai pribadi yang mengajar dengan kuasa dan wibawa sehingga banyak orang takjub kepada-Nya. Ia tentu memilih kata-kata yang sederhana, mengena dalam kehidupan praktis sehingga kata-kata itu benar-benar mengubah hidup banyak orang di Kapernaum pada masa itu.
Selanjutnya, apa yang Tuhan Yesus lakukan? Tuhan Yesus melanjutkan tugas perutusan-Nya dengan menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan-setan yang merasuki kehidupan manusia. Di kisahkan bahwa setelah keluar dari Sinagoga (rumah ibadat) di Kapernaun, orang-orang meminta Yesus untuk mampir di rumah Simon untuk menyembuhkan ibu mertuanya yang sedang sakit demam keras. Yesus melakukan penyembuhan gaya eksorsis. Ia tidak menyentuh tubuh wanita itu. Ia hanya berdiri di sampingnya dan menghardik demam yang menguasai tubuh wanita itu. Demam itu pun meninggalkannya. Ibu mertua Simon mengalami kesembuhan dan melayani mereka. Hal yang menarik perhatian kita adalah penyakit demam itu mirip dengan kuasa setan di dalam diri manusia. Sebab itu Yesus menghardik, mengusir demam dan demampun meninggalkan wanita itu. Sama saja dengan perkataan Yesus ketika mengusir setan ( Luk 4:35), Ia juga menghardik setan dan mengusirnya keluar.
Tuhan Yesus melanjutkan perutusan-Nya dengan menyembuhkan banyak orang sakit dan kerasukan setan. Ia meletakkan tangan atau memberkati mereka sehingga mereka sembuh dari sakit penyakit mereka. Orang-orang yang kerasukan setan mengalami mukjizat. Setan-setan keluar sambil mengakui keilahian Yesus: “Engkaulah Anak Allah”. Setan-setan benar-benar tunduk pada kuasa Yesus. Bahkan mereka juga mengenal Yesus sebagai Mesias. Tuhan Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa dengan melenyapkan segala penyakit dan mengusir setan-setan sebagai wujud nyata perutusan-Nya di dunia. Ia juga melakukan satu tugas yang sangat mulia dan urgent yakni mewartakan Injil Allah. Mewartakan Injil adalah alasan utama perutusan-Nya di dunia. Ia berkata: “Sebab untuk itulah Aku diutus”.
Apa yang Tuhan Yesus kehendaki bagi kita pada hari ini? Kita juga dapat berkata “Untuk itulah kita diutus” untuk mewujudkan empat point berikut ini:
Pertama, Tuhan Yesus mempertegas misi yang diberikan-Nya kepada para murid, yang juga menjadi misi Gereja sepanjang masa. Ia mengutus para murid-Nya dengan pesan: “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit, bangkitkanlah orang mati, tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan. Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma maka berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat 10:7-8). Tugas Gereja sepanjangan masa adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus ini, sebagai pekerjaan belas kasih Allah Bapa sendiri. Apakah kita sungguh-sungguh terlibat aktif dalam mewujudkan tugas perutusan Yesus di dalam Gereja masa kini? Atau apakah kita masih merupakan penonton aktif di dalam Gereja?
Kedua, Penginjil Lukas menulis: “Tuhan Yesus berangkat ke tempat yang sunyi”. Tuhan Yesus berdoa disela-sela seribu satu kesibukan-Nya untuk menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir setan-setan dan mewartakan Injil. Apakah kita memiliki waktu untuk berdoa secara pribadi atau secara komunitas atau keluarga meskipun memiliki banyak kesibukan? Atau apakah kita hanya membenarkan diri dengan alasan kesibukan semata?
Ketiga, setan-setan yang diusir oleh Tuhan Yesus mengenal-Nya sebagai Mesias. Mereka juga taat kepada-Nya. Kita mesti belajar untuk memiliki rasa malu karena banyak kali kita hanya mengakui diri sebagai orang katolik tetapi sebenarnya kita belum mengenal dengan baik Tuhan Yesus Kristus. Kita belum menjadi pengikut Kristus yang benar. Kita sulit untuk mentaati semua ajaran Tuhan Yesus. Padahal setan-setan saja mengenal dan mentaati-Nya. Mengapa kita masih sulit untuk mengenal Yesus?
Keempat, Kita menerima tongkat estafet dari Tuhan Yesus untuk terkibat aktif mewartakan Injil Kerajaan Allah. Kita tidak mewartakan dengan kata-kata saja karena kata-kata bisa menjadi kata-kata kosong. Kita mewartakan Injil dalam dunia modern ini dengan hidup kita, dengan perbuatan-perbuatan baik kita. Perbuatan-perbuatan baik dan hidup yang nyata lebih memberi kekuatan dalam pewartaan dari pada sekedar berkata-kata tentang Injil.
Pada hari ini hidup kekristenan kita diperbaharui oleh Tuhan Yesus sendiri supaya menyerupai diri-Nya. Bersama Tuhan Yesus Kristus, kita pasti mampu menjadi pewarta Injil dalam dunia miodern ini.
Doa: Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau membuka hati dan pikiranku supaya ikut mewartakan Injil dengan kehidupanku yang nyata, melalui perbuatan-perbuatan baik yang mencerminkan hidupku sebagai pengikut-Mu. Tolonglah aku untuk menjadi pengikut-Mu yang setia. Amen.
PJSDB