Bertanya sambil mencobai Yesus!
Seorang sahabat pernah menceritakan pengalaman rohaninya bersama Yesus. Ia mengaku dibaptis ketika masih bayi, mendapat pembinaan keagamaan yang cukup baik di dalam keluarga dan sekolah. Namun ia sempat mengalami krisis iman berupa keraguannya akan adanya Tuhan. Ia juga mengaku pernah mencobai Tuhan Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan bernuansa keraguan imannya. Semua ini berlangsung cukup lama. Namun pada suatu hari ia merasakan suatu pengalaman yang aneh. Ia diajak temannya untuk mengikuti Persekutuan Doa Karismatik Katolik di sebuah Gereja Paroki. Demi persahabat ia pun setuju untuk mengikuti PD di Gereja. Romo yang membawakan Sabda menjelaskan tentang kisah Anak yang hilang dalam Injil Lukas. Ini menjadi momen kesadaran baginya untuk kembali kepada Tuhan. Ia merasa bahwa anak yang hilang adalah dirinya sedang Tuhan selalu menjadi Bapa yang baik, yang siap menerimanya. Ia kemudian mengakui dosa-dosanya, dan merasa sungguh-sungguh diperbaharui Tuhan.
Banyak di antara kita mungkin memiliki pengalaman yang mirip dengan pemuda di atas. Kita mengaku mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi. Kita sudah mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Namun keraguan tentang Tuhan mudah menguasai hidup kita. Pikirkanlah, berapa kali anda dan saya bertanya untuk mencobai Tuhan Yesus dengan pertanyaan yang aneh-aneh tentang eksistensi-Nya di dalam diri kita. Kita memang mengakui percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi di saat yang sama kita mencobai-Nya dengan pertanyaan yang menunjukkan keraguan iman kita kepada-Nya. Orang Farisi yang memahami hukum Taurat hanya bertanya satu kali tentang hukum yang pertama dan terutama untuk mencoba Yesus, tetapi kita sudah lebih dari satu kali bertanya untuk mencobai Tuhan Yesus sekaligus menunjukkan keraguan iman kita kepada-Nya.
Umat Israel dalam Kitab Perjanjian Lama mencobai Tuhan Allah dengan ketidakpercayaan mereka. Sebab itu Musa pernah bertanya kepada mereka: “Mengapa kamu mencobai Tuhan?” (Kel 17:2). Umat Israel bahkan secara terang-terangan meragukan Tuhan dengan bertanya: “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?” (Kel 17:7). Tuhan Allah melihat situasi umat Israel yang jatuh dalam ketidakpercayaan mereka kepada-Nya sehingga mencobai Dia. Ia sendiri berkata: “Jangan kamu mencobai Tuhan Allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa” (Ul 6: 16). Tuhan Yesus pernah dicobai iblis di padang gurun. Ketika itu Tuhan Yesus mengatakan kepada iblis: “Jangan mencobai Tuhan Allahmu” (Mat 4:7; Luk 4:12). St. Paulus mengatakan: “Janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular” (1Kor 10:9).
Bagaimana dengan kita saat ini. Kita mengaku mengasihi Tuhan dan sesama tetapi bertanya dan mencobai Tuhan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan berlanjut terus. Sampai kapan kita dapat berubah dan kembali kepada Tuhan dan Penebus kita?
PJSDB