Mentalitas Lalat
Dikisahkan bahwa ada segerombolan lalat sedang berpesta pora di tempat sampah. Sudah cukup lama mereka menyatu dengan habitatnya itu. Tempat sampah itu merupakan milik orang kaya. Ada seekor lalat yang mencoba habitat baru dengan mengincar ruang makan orang kaya itu. Ketika salah seorang anak keluar dari rumah itu, lalat yang sudah memiliki rencana matang itu menyelinap masuk ke dalam rumah dan tiba juga di ruang makan orang kaya. Ia mencoba menu baru dan ternyata sangat enak dan bergizi. Ia makan sampai kenyang dan lupa bahwa ia harus keluar dari dalam rumah itu. Sayang sekali sang pemilik rumah itu sudah menutup jendela kaca di ruang makan. Ia terbang, berjalan dari atas ke bawah sambil melihat teman-temannya di habitat lamanya yaitu sampah. Teman-temannya memanggilanya dan ia memang mau keluar tetapi tidak berhasil. Hingga seharian ia tidak berhasil keluar melalui jendela kaca itu. Ia menjadi lelah dan akhirnya jatuh pingsan.
Di dekat ia berbaring terdapat sarang semut. Maka dalam waktu singkat semut-semut sudah mengerumuni dia. Mereka semua menggigit dan mematikannya lalu membawanya ke dalam sarang mereka. Dalam perjalanan seekor semut muda bertanya kepada semut yang lebih tua: “Pak, lalat ini memiliki sayap. Mengapa ia pingsan dan berbaring dekat rumah kita?” Semut yang tua menjawab: “Lalatnya rakus maka ia keluar dari tempat sampah dan masuk ke dalam rumah ini. Ia lupa diri dengan makan sebanyak mungkin sehingga tidak bisa keluar dari rumah ini pada waktunya yang tepat. Ia memang sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk keluar tetapi ia tidak bisa melewati jendela kaca itu. Ia akhirnya mati lemas dan menjadi santapan lezat kita.” Semut muda masih belum puas dengan penjelasan panjang semut tua. Ia masih bertanya lagi: “Pak, lalat itu sudah berusaha seharian, mengapa ia tidak berhasil menyelamatkan diri?” Semut yang tua menjawab, “Dia memang berusaha seharian tetapi hanya dengan cara yang sama yakni terbang dan berjalan dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan”. Semut dewasa menambahkan, “Kalau anda ingin berhasil, anda tidak harus melakukan sesuatu yang berbeda tetapi melakukannya dengan cara yang berbeda”.
Kisah tentang lalat ini juga menjadi gambaran diri bagi banyak orang disekitar kita. Ada yang merasa tidak puas dengan hidup yang sekarang sedang mereka alami dan rasakan dan mau mencari yang lebih enak dan nyaman di tempat lain. Mereka harus berhijrah dari habitat lama ke habitat baru dan berpikir akan lebih baik hidup mereka. Ternyata di tempat yang baru orang juga lupa diri, terlalu merasa nyaman sehingga mati lemas. Di tempat baru dan nyaman orang juga lupa diri dan jatuh dalam dosa korupsi dan melakukan aneka kejahatan yang lain. Orang-orang seperti ini berpikir bahwa mereka berhasil dalam melakukan tugasnya. Ya, mungkin saja, tetapi dirinya juga tidak maju atau berkembang di dalam hidupnya.
Ada juga orang yang memang menghendaki tempat yang baru dan siap menerima tantangan baru dalam dunia kerja misalnya. Ini adalah pribadi yang mau maju bukan mundur. Prinsip yang berlaku umum adalah: “Kalau anda ingin berhasil janganlah melakukan sesuatu yang berbeda, tetapi lakukanlah dengan cara-cara yang berbeda terhadap hal-hal yang sedang anda alami dan rasakan.” Ini sungguh-sungguh menjadi challenge bagi kita semua. Mungkin saja kita cepat puas dengan tugas pengabdian, dengan panggilan dan perutusan tetapi kita tidak berkembang. Potensi-potensi di dalam diri kita belum dimanfaatkan dengan baik dan sempurna. Lalat sekarat itu menginspirasikan kita untuk bersemangat dalam menjawabi tanda-tanda zaman.
Mari kita memandang Yesus Kristus. Dialah sumber spiritualitas Pria Katolik. Selama berjalan bersama dengan para muridNya, Yesus mengajarkan banyak hal. Salah satunya adalah hal kejujuran. Ia berkata: “Jika ya hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak!” (Mat 5:37). Tantangannya adalah apakah kita sungguh-sungguh mau menjadi baru dengan bersikap jujur dan adil? Banyak kali orang memilih tidak jujur dan tidak adil demi kedudukan, jabatan dan popularitas diri. Orang lupa bahwa segala sesuatu di atas dunia ini akan musnah karena fana sifatnya. Mari kita hidup jujur dan adil.
Yesus juga seorang yang kreatif. Ketika memperhatikan banyak orang yang datang untuk mendengarNya, Ia berani menghadirkan tantangan baru bagi para muridNya. Ia misalnya meminta para murid untuk memberi makan kepada banyak orang di padang, padahal hanya ada dua ekor ikan dan lima potong roti. Yesus tidak kekenyangan sendirian bersama para muridnya tetapi berbagi dengan orang yang sangat membutuhkan.
Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia selalu membuka pikiran kita supaya tidak terlena dengan pola hidup gampang, penuh dengan ketamakan seperti lalat. Lalat itu suka tempat yang kotor dan bersih. Kita semua adalah anak Tuhan maka carilah tempat yang bersih. Hiduplah dengan tenang dan damai karena Tuhan pasti menyertaimu. Matikanlah kecenderungan lalatmu yang menyukai tempat kotor penuh kedagingan dan kegelapan. Anda pria katolik pasti bisa!
Doa: Tuhan, semoga hari ini kami dapat bertobat dan mengikuti Engkau dengan setia. Amen
PJSDB