Homili 22 November 2013

St. Sesilia, Martir

Hari Jumat, pekan Biasa XXXIII

1Mak 4:36-37.52-59

Mzm (1Taw 29:10.11d-12a.12cd)

Luk 19:45-48

 

Menguduskan Rumah Tuhan

 

P. John SDBPada hari ini seluruh Gereja merayakan Pesta St. Sesilia. Dia adalah seorang gadis, putri bagsawan Coesilia dari Roma yang berani menjadi pengikut Kristus. Sejak kecil ia berjanji untuk menghayati kemurnian hidup dengan tidak menikah. Namun orang tuanya memaksa Sesilia untuk menikah dengan Valerianus, seorang pemuda yang jujur tetapi belum menjadi pengikut Kristus. Untuk tidak mengecewakan orang tuanya, Sesilia menikah dengan Valerianus. Setelah upacara pernikahan selesai, mereka masuk ke kamar pengantin. Di sana Sesilia menjelaskan tentang hidupnya, terutama janji untuk mempertahankan kemurnian hidupnya kepada Valerianus. Sesilia mengatakan bahwa ia memiliki malaikat yang selalu menjaganya, apabila Valerianus menyentuh dirinya maka malaikat akan marah. Valerianus meminta kepada Sesilia untuk menunjukkan malaikat kepadanya. Sesilia mengatakan kalau mau melihat malaikat maka ia harus dibaptis. Valerianus kemudian bertobat dan  dibaptis oleh Paus Urbanus. Ketika Valerianus kembali ke rumah ia berjumpa dengan Sesilia sedang berdoa dan didampingi oleh dua malaikat  yang membawa dua mahkota bunga untuk Sesilia dan Valerianus. Akhir hidup Sesilia dan Valerianus tragis. Mereka meninggal sebagai martir karena iman dan cinta mereka kepada Kristus.

Kisah St. Sesilia ini sangat inspiratif bagi kita untuk memahami bacaan-bacaan liturgi pada hari ini. Sesilia sejak masih muda sudah berjanji untuk menjaga dirinya, hidup dalam kemurnian di hadirat Tuhan. Tubuhnya dipersembahkan hanya untuk Tuhan. Dia berhasil menghayati janjinya kepada Tuhan di hadapan Valerianus. Persembahan yang termurni adalah ketika ia merelakan dirinya dianiaya sampai meninggal dunia karena kesetiaannya kepada Tuhan. Orang ketika berkomitmen dengan janji setianya kepada Tuhan maka ia akan berani berkorban, bahkan nyawa pun akan diberikan untuk kemuliaan nama Tuhan. Tubuh adalah tempat tinggal Roh Kudus ( 1Kor 6:19) maka dari hari ke hari ia menguduskannya untuk Tuhan.

Pada hari ini dari bacaan pertama kita mendengar kisah dari Kitab Pertama Makabe tentang pentahiran dan pengudusan Bait Allah. Selama beberapa hari terakhir kita mendengar bahwa raja Antiokus Epifanes memberlakukan peraturan di mana banyak orang mengikuti adat istiadat bangsa lain. Mereka menjadi murtad dan tidak percaya lagi kepada Allah. Bait Allah juga dinajiskan oleh orang-orang yang murtad. Oleh karena itu muncullah Yudas Makabe dan saudara-saudaranya untuk memurnikan dan mentahbiskan Bait Allah. Mereka membuat mezbah baru untuk mempersembahkan kurban persembahan kepada Tuhan sesuai dengan aturan hukum Taurat. Mereka juga sujud menyembah kepada Tuhan serta melambungkan lagu pujian ke surga. Pada saat yang sama semua orang merasa bahwa penghinaan terhadap bait Allah telah selesai dan sekarang mereka menguduskannya dan merasa bahwa Rumah Tuhan adalam tempat yang kudus. Tuhan ada dan hadir selamanya di dalam rumah itu. Manusia mengasihinya dengan bersyukur dan menyembahnya.

Di dalam bacaan Injil, kita mendengar kisah Yesus menyucikan bait Allah di Yerusalem. Profanasi yang dibuat oleh orang-orang saat itu adalah menjadikan Bait Allah sebagai tempat untuk berdagang. Yesus berkata: “Ada tertulis, RumahKu adalah rumah doa tetapi kamu menjadikannya sebagai sarang penyamun” (Luk 19:46). Ibadah yang benar akan dilakukan di dalam diri setiap orang sebagai rumah Tuhan. Jadi ada peralihan dari rumah Allah dalam konteks bangunan fisik dan tubuh manusia sebagai tempat tinggal Roh Kudus. Kenisah sebagai tempat ibadah yang kudus maka setiap pribadi juga menguduskan diri supaya layak bagi Tuhan. Peribadatan harus menjadi kesempatan untuk mengubah diri menjadi lebih layak bagi Tuhan. Yesus menguduskan Bait Allah, Ia juga menguduskan diri kita sebagai Bait Roh Kudus.

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk menghormati kekudusan tubuh kita dan sesama. Banyak orang menggunakan busana yang melindungi bagian tubuhnya yang indah. Keindahan tubuh menjadi sempurna dalam kekudusan. Maka jaga dan rawatilah tubuhmu dengan baik. Tuhan menyertai kita semua.

Doa: Tuhan, kami bersyukur kepadaMu karena segala kebaikan yang Engkau limpahkan kepada kami. Berikanlah kami kesehatan yang baik sehingga namaMu kami muliakan kini dan selamanya. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply