Menghibur dan membahagiakan
Selamat pagi. Kita memulai hari baru ini dengan memaknai kedua kata ini: menghibur dan membahagiakan. Menghibur adalah sebuah kata kerja yang berarti usaha untuk menyenangkan dan menyejukkan hati yang susah atau melipur. Artinya bahwa ada sesama yang sedang mengalami kesusahan dan kita siap untuk hadir dalam hidupnya, menyenangkan dan menyejukkan. Sikap seperti ini memang sangatlah manusiawi namun sangat bermakna. Saling menghibur adalah sebuah bentuk dukungan kemanusiaan kepada sesama supaya hidupnya lebih bermakna. Membahagiakan juga merupakan kata kerja yang berarti menjadikan atau mendatangkan bahagia. Membahagiakan juga merupakan sebuah sikap yang menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh manusia. Kita memiliki tanggung jawab moral untuk membahagiakan diri dan sesama. Kiranya sanbgat tepat Mark Twain (1835-1910) ketika mengatakan: “Cara terbaik untuk menghibur dan membahagiakan diri adalah dengan mencoba untuk menghibur dan membahagiakan orang lain.”
Salah satu ciri khas masa Adventus adalah munculnya dua kata bermakna yakni menghibur dan membahagiakan. Pikiran kita langusung tertujuh pada Tuhan yang selalu menghibur dan membahagiakan umat-Nya. Ekspresi yang kita tangkap dari Kitab Suci terutama pewartaan para nabi adalah manusia dalam dunia Perjanjian Lama yang merasa sendirian, jauh dari Tuhan akibat dosa dan salah mereka. Sebab itu Tuhan tidak tinggal diam. Ia mengutus para nabi untuk menghibur dan membahagiakan mereka. Perhatikan kutipan perkataan Tuhan melalui nabi Yesaya ini: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya.” (Yes 40:1-2). Perhatikanlah bahwa janji Tuhan dalam nubuat Yesaya ini begitu indah. Tuhan sendiri yang menghilangkan penderitaan sebagai hamba, dosa dan salahnya diampuni. Tuhan menghibur dan membahagiakan karena Ia tidak menghitung dosa-dosa manusia.
Penghiburan terbesar yang diberikan Tuhan adalah mengutus Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal untuk datang, mencari dan menyelamatkan orang berdosa. Laksana domba yang tersesat, demikian hidup manusia di hadirat Tuhan. Ia tidak akan membiarkan manusia tersesat dan hancur dalam dosa. Sebaliknya Ia mencari yang tersesat, menemukan dan membawanya kembali. Ini adalah cara Tuhan menghibur dan membahagiakan manusia dengan pengampunan yang berlimpah. Perkataan Yesus ini sangat bermakna: “Bapamu yang di surga tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini Hilang” (Mat 18:14).
Apa yang harus kita lakukan?
Masa Adventus menjadi kesempatan bagi kita untuk bertobat. Wujud nyata pertobatan kita adalah kita beralih dari kecenderungan untuk menjadi manusia egois menjadi manusia sosial. Kita harusa merasa dipanggil untuk menjadi nabi masa kini yang berperan untuk membaharui dunia dengan hidup kita yang suka menghibur dan membahagiakan. Artinya, semua tutur kata, sikap hidup, cara pikir dan cara pandang, menunjukkan apakah kita menghibur dan membahagiakan sesama manusia atau tidak. Kita perlu memiliki semangat gembala baik seperti Yesus sendiri yang mencari dan menemukan sesama yang masih tersesat untuk kembali ke jalan yang benar. Maranatha…
P. John Laba, SDB