Food For Thought: Dari Kekosongan menuju Kepenuhan

Dari Kekosongan menuju Kepenuhan

Pada sore hari ini saya berbicara dengan seorang pemuda. Ia mengaku memiliki banyak persoalan dalam hidupnya di dalam keluarga dan di tempat kerjanya. Banyak kali ia merasa kosong, nyaris kehilangan harapan. Namun dalam suasana yang sulit ini ia selalu ingat bahwa Tuhan ada dan akan memperhatikannya. Dan ia percaya bahwa benar, Tuhan turut bekerja untuk memulihkan kekosongan di dalam hidupnya. Ia kemudian mengatakan Tuhan selalu menyelamatkannya di saat-saat yang sulit. Saya mendengar dan menyimak semua sharingnya ini. Saya hanya mengatakan kepadanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa. Semoga Tuhan memberi yang terbaik dalam hidupnya.

Masing-masing orang memiliki pengalaman. Kekosongan dalam hati, kekosongan di dalam hidup selalu ada. Dari kekosongan menuju kesepian dan dapat menghancurkan hidup pribadi dan hidup orang lain. Mengapa merasa kesepian? Bagi saya, orang merasa kesepian bukan karena tidak bersama orang lain, tetapi karena kita tidak sedang bersama diri kita sendiri. Ini adalah sebuah kelemahan yang ada di dalam hidup kita.

Saya tertarik dengan pengalaman pemuda yang saya sharingkan di atas. Ia mengakui bahwa Tuhan menyelamatkannya di saat-saat yang sulit. Nabi Yesaya pernah berkata: “Tuhan Allah sendiri akan datang untuk menyelamatkan kita” (Yes 35:4d). Dia tidak akan membiarkan kita mengembara dalam kekosongan hingga kesepian yang acute. Dia akan mengutus seseorang untuk memberikan penghiburan dan keselamatan.

Masa Adventus menjadi kesempatan bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan merasakan keselamatan. Adventus berarti kedatangan. Ya, benarlah perkataan nabi Yesaya bahwa Allah sendiri datang menyelamatkan kita. Kita butuh persiapan diri untuk menyambut kedatangan-Nya.

Apa yang harus kita lakukan?

Kita butuh sebuah kesadaran baru bahwa kita ini adalah orang berdosa. Perasaan sebagai orang berdosa harus kita miliki. Hanya dengan kesadaran diri seperti ini akan membuka jalan bagi pertobatan. Kita tidak dapat bertobat sendiri. Kita butuh sesama untuk mengantar kita kepada pertobatan yang radikal. Kita butuh dan mau mengengar perkataan Tuhan Yesus: “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.” (Luk 5:20). Sebuah perkataan yang sangat menguatkan karena cinta. Ia tetap mencintai orang berdosa dan siap untuk menghancurkan dosa manusia. Hanya kepada-Nya patutlah kita berkata: “Terima kasih Tuhan Yesus, atas pengampunan-Mu. Terima kasih telah mengisi kekosongan hidup ini dengan kasih-Mu yang penuh dengan kerahiman.”

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply