HARI RABU DALAM OKTAF PASKAH
Kis. 3:1-10
Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9
Luk. 24:13-35
Yesus mengubah hidup kita
Saya pernah menghadiri sebuah ibadat Oikumene. Hamba Tuhan yang membawakan Firman mengajak kami semua yang hadir untuk menutup mata sebentar sambil hening sejenak, mencoba membayangkan kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah kami dan dengan tangan-Nya yang kudus menjamah sekaligus mengubah hidup kami masing-masing. Banyak umat yang hadir mungkin merasa biasa-biasa saja, tetapi banyak orang yang merasa bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh menjamah dan mengubah hidupnya. Saya sendiri berusaha untuk mengikutinya dengan baik. Dan saya merasa bahwa banyak kali Tuhan menyapa diri kita melalui momen-momen tertentu seperti ini. Kadang-kadang hal yang dianggap sepeleh tetapi memiliki bobot yang tinggi dan transformatif. Namun ada sebuah harapan yang penting yakni supaya Tuhan Yesus dapat mengubah hidup kita. Apalagi dalam masa paskah ini, kita sungguh-sungguh membutuhkan Yesus untuk mentransformasi hidup kita menjadi lebih baik lagi.
Pada hari ini kita mendengar bacaan-bacaan Kitab Suci yang menunjuk sosok Tuhan Yesus Kristus yang bangkit mulia dan mengubah hidup manusia. Penginjil Lukas menghadirkan sosok Yesus yang hadir dan aktif mendampingi Kleopas dan temannya dalam perjalanan ke Emaus. Kleopas dan temannya mewakili rekan-rekannya yang merasa kecewa sebab harapan mereka tentang Yesus tidak sesuai dengan kenyataan manusiawi. Bagi mereka, Yesus adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa (Luk 24:19). Harapan mereka adalah bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel (Luk 24:21). Pandangan dan harapan ini tidak sesuai dengan kenyataan sebab imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya (Luk 24:20). Ini adalah realitas yang membuat mereka kehilangan harapan dan memutuskan untuk Kembali ke Emaus dan menjalani hidup setiap hari.
Dalam situasi seperti ini, Tuhan Yesus hadir untuk mengubah hidup mereka. Caranya adalah Dia hadir aktif dengan berjalan bersama mereka, masuk ke dalam hidup pribadi mereka sambil menjelaskan Kitab Suci yang sudah melukiskan hidup-Nya sebagai Mesias. Kleopas dan temannya merasakan hati yang berkobar-kobar ketika mendengar penjelasan tentang Mesias dalam Kitab Taurat dan para nabi. Padahal Yesus juga sempat menyindiri mereka sebagai orang bodoh dan lamban hati. Klepoas dan temannya menerima diri di hadapan Tuhan Yesus. Mereka akhirnya tiba di Emaus dan Yesus berpura-pura untuk melanjutkan perjalanan-Nya tetapi mereka menahan Dia dengan berkata: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” (Luk 24:29). Yesus masuk bersama mereka ke dalam rumah, tinggal bersama mereka. Mereka mengenal-Nya ketika Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecahkan dan membagi-bagikan kepada mereka. Kedua murid ini sadar diri ketika mengenal-Nya, mereka pun kembali ke Yerusalem untuk bersaksi tentang kebangkitan Yesus.
Transformasi apa yang terjadi di sini? Tuhan Yesus mengenal Kleopas dan temannya. Mereka sedang menunjukkan ketidakpuasannya terhadap peristiwa Yesus. Mereka meninggalkan Yerusalem sebagai kota damai, tempat Tuhan menunjukkan keselamatan umat manusia. Dalam situasi seperti ini Tuhan tidak membiarkan mereka tenggelam dalam kesedihan. Ia hadir, aktif berbicara dengan mereka dan mengubah hati mereka sehingga berubah dari hati yang sedih dan tak terarah menjadi hati yang berkobar-kobar. Hati yang terbuka kepada Yesus ditunjukkan dengan kerinduan untuk tinggal bersama Yesus. Yesus mengubah hidup mereka dari hidup dengan kesedihan menjadi hidup dengan bahagia karen hati mereka berkobar-kobar.
Bacaan Injil ini mempertegas Ekaristi sebagai perayaan yang sangat transformatif. Ada dua bagian penting dalam Ekaristi yakni Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Di bagian Sabda, Yesus berbicara dari hati ke hati dengan mereka berdua. Sabda itu laksana pelita yang menerangi Langkah kaki mereka (Mzm 119:105). Sabda itu laksana pedang bermata dua. Penulis surat kepada umat Ibrani mengatakan: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr 4:12). Maka meski Yesus mengatakan bahwa mereka bodoh dan berhati lamban, mereka menerima sebagai teguran yang mengubah hidup mereka. Di bagian Ekaristi, Kleopas dan temannya mengenal Yesus ketika memecahkan roti. Ekaristi menunjukkan kehadiran nyata Yesus Kristus. Dia bukan roti saja atau anggur saja tetapi sungguh-sungguh Yesus yang mengenalkan diri-Nya bagi mereka. Kita mengingat kembali St. Thomas Aquinas dalam lagu Adoro Te Devote, di mana terdapat kata-kata dalam syair lagu itu: “Allah yang tersamar, Dikau kusembah, sungguh tersembunyi, roti wujudnya. S’luruh hati hamba tunduk berserah. ‘Ku memandang Dikau, hampa lainnya. Pandang, raba, rasa tidaklah benar, ‘ku percaya hanya yang t’lah kudengar. S’luruh sabda dari Putera Allah sungguh tak bertara kebenarannya. Di salib tersamar keallahan-Mu, di sini tersamar keinsanan-Mu. Aku mengimani dua-duanya. Yang penyampun minta, ‘ku memintanya…” Ekaristi benar-benar mengubah hidup manusia. Kedua murid ini langsung kembali ke Yerusalem untuk mewartakan kebangkitan Yesus.
Bacaan Injil ini merupakan gambaran hidup kita. Di satu pihak kita juga sedang mengalami tekanan karena situasi seperti covid-19. Banyak orang mau lari dari kenyataan dan sulit untuk menerima kenyataan yang ada. Covid-19 telah mengubah perilaku manusia dalam segala hal termasuk relasi antar pribadi. Di saat seperti ini orang akhirnya sadar dan kembali kepada Tuhan. Dan saya percaya bahwa Tuhan Yesus mendampingi setiap kita, menunjukkan diri-Nya lewat Sabda dan kata yang membuat hati kita juga berkobar-kobar. Pengalaman Injil ini haruslah menjadi pengalaman keseharian kita. Kita juga memiliki persoalan hidup seperti Kleopas dan temannya. Kita butuh Tuhan, buta keluarga atau siapa saja yang berempati untuk mendampingi perjalanan hidup kita.
Dalam bacaan pertama kita merasakan hal yang sama. Tuhan Yesus yang diwartakan Petrus dan Yohanes berhasil mengubah hidup orang lumpuh. Orang lumpuh tanpa nama ini setiap hari berada di dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah (Kis 3:2). Petrus memandang si lumpuh yang meminta sedekah itu dan memberi hadia yang terbaik dalam perkataan ini: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (Kis 3:6). Kata-kata Petrus ini mengubah hidup si lumpuh. Dia sembuh secara fisik dan mental. Ini adalah sebuah transformasi karena Yesus yang diwartakan Petrus dan Yohanes. Transformasi juga dialami oleh semua orang yang menyaksikan peristiwa penyembuhan ini. Lukas bersaksi: “Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Allah, lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya.” (Kis 3:9-10).
Pada hari ini kita semakin dikuatkan karena cinta kasih Kristus yang bangkit. Proses transformasi juga terjadi di dalam diri kita. Kita sendiri memiliki duka dan kecemasan karena covid-19 dan dampaknya dalam bidang kehidupan yang lain. Kita juga memiliki kelumpuhan tertentu dan butuh Yesus untuk mengubah kelumpuhan menjadi kekuatan baru. Tuhan Yesus pasti melakukan semua ini karena Ia mengasihi kita tanpa batas.
P. John Laba, SDB