Ketakutan yang berlebihan
Apakah anda seorang penakut? Jawaban anda bisa ya, bisa juga tidak. Jawaban seperti ini benar-benar merupakan jawaban yang diplomatis. Nah, kalau anda menjawab bahwa anda penakut bisa jadi anda segera dibully atau mendapat kekerasan verbal. Kalau anda menjawab bahwa anda pemberani maka orang mengharapkan pembuktian langsung. Itulah indahnya hidup bersama sebagai saudara dan sesama.
Saya mengingat salah satu kisah raja Ahas dan seluruh rakyat Yehuda. Pada suatu saat ada informasi bahwa dalam waktu singkat akan ada penyerangan dari pasukan raja Razin dari Aram dan raja Pekah bin Remalya dari Israel. Apa yang terjadi pada Ahas ketika mendengar berita ini? Ia merasa cemas dan menyampaikan ancaman ini kepada seluruh rakyat Yehuda. Mereka hidup dalam ketakutan bahkan ketakutan mereka digambarkan begini: “Ahas dan rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang-goyang ditiup angin.” (Yes 7:2). Tuhan Allah mengingatkan nabi Yesaya untuk menenangkan raja Ahas dan orang-orang Yuhuda dengan berkata: “Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.”
Perasaan takut yang berlebihan selalu terjadi dalam hidup kita. Pikirkanlah pada masa covid ini, ada begitu banyak orang yang parno. Ada yang mengatakan bahwa Italia yang dekat dengan Vatikan saja banyak orang meninggal karena covid-19 bahkan ada di antara mereka uskup, pastor, bruder dan suster. Mereka ini orangnya Tuhan meninggal karena covid, apalagi kita orang biasa. Mungkin anda termasuk parno seperti ‘pohon-pohon hutan bergoyang-goyang ditiup angin’. Sebenarnya tak perlu parno begitu. Berdoa dan berserah diri kepada Tuhan, ikutilah protocol kesehatan yang dianjurkan dan selamatlah anda! Jadi kuncinya adalah pada keberanian hati untuk hidup sehat dan selamat.
Maka jangan takut! Covid-19 atau wabah lainnya merupakan bagian dari siklus kehidupan kita. Maksud saya, masih ada wabah-wabah lain yang akan menyerang kita maka kuncinya adalah jangan takut. Do not be afraid! Tuhan membekali potensi imun di dalam tubuh kita untuk menguasai penyakit bukan penyakit menguasai kita. Penyakit-penyakut itu berasal dari pikiran kita bukan pikiran orang lain. Pikiran itu yang menularkannya ke dalam tubuh yang fana ini. Maka yang paling baik bagi kita bukanlah parno tetapi ‘saya pasti bisa!’ Saya tidak takut sebab saya lebih dari pemenang! Tuhan menyertaiku! Pikiran-pikiran positifi inilah yang akan menyembuhkan dan menyelamatkan kita.
Tuhan memberkati dan melindungimu.
P. John Laba, SDB