Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXV
Pkh. 1:2-11
Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17
Luk. 9:7-9
Siapakah gerangan orang ini?
Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang pemuda. Perbincangan kami perlahan-lahan lebih berfokus pada sosok fenomenal di kampung halamannya. Sosok fenomenal itu memang bukan berasal dari keluarga yang baik-baik dan hebat, tetapi ia menjadi tenar karena karya-karya sosial yang dilakukannya di era pandemi ini. Banyak orang mendapatkan pertolongan karena kasih dan kebaikannya. Sosok fenomenal ini memang sederhana hidupnya, tetapi memiliki harapan yang kuat untuk menolong sesama yang sangat membutuhkan. Banyak orang bahkan bertanya-tanya: “Siapakah gerangan orang ini sehingga begitu peduli dengan orang-orang miskin dan mereka yang sangat membutuhkan di era pandemi ini?” Pertanyaan ini membuat banyak orang mencari jejak digital tentang sosok ini dan jawabannya tetap sama bahwa sosok ini tidak banyak dikenal, meskipun ia sudah menolong banyak orang. Ia tidak banyak bicara tetapi nyata dalam karyanya.
Siapakah gerangan orang ini? Pertanyaan ini juga selalu kita alami dalam usaha untuk membangun relasi sosial antara kita dengan orang lain. Pertanyaan ini sekaligus menjadi pertanyaan acuan bagi orang-orang untuk mempertanyakan eksistensi orang lain. Nah, sekarang coba ingat kembali saat-saat di mana kita berhadapan dengan seseorang yang belum dikenal. Banyak kali kita begitu mudah mempertanyakan dan menilai orang secara subjektif berdasarkan apa yang kita dengar dan lihat. Banyak kali kita selalu memiliki bias-bias tertentu dalam pikiran tentang orang lain yang belum tentu sesuai dan benar. Pada hal semuanya ini belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Pada hari ini Penginjil Lukas mengisahkan tentang sosok Herodes dan Yesus. Herodes sebagai pimpinan wilayah Galilea mendengar segala sesuatu tentang sosok Yesus.Pada saat itu ia juga masih belum membedakan Yohanes Pembaptis dan Yesus. Padahal Yohanes bertugas untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan Yesus, bahkan menunduk dan membuka tali sepatu Yesus saja Yohanes merasa tidak layak. Herodes merasa hatinya cemas mendengar nama Yesus yang dianggapnya sebagai Yohanes Pembaptis. Namun dalam hatinya selalu muncul perkataan ini: “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapakah gerangan Dia ini, yang khabarnya melakukan hal-hal besar itu?” Herodes bahkan ingin bertemu dengan Yesus. Pertemuan itu terwujud dalam kisah sengsara Yesus.
Pada hari ini pikiran kita dibuka untuk selalu mencari hal terbaik dalam hidup kita dan sesama. Kita pasti akan bertanya: “Siapakah gerangan Dia ini (Yesus) bagi saya masa kini?” Mari kita berusaha untuk menjawab pertanyaan ini secara pribadi dan merenungkannya secara mendalam. Kita juga akan bertanya tentang sesama kita: “Siapakah gerangan ini?” dan orang lain juga akan melakukan hal yang sama: Siapakah gerangan ini?”
P. John Laba, SDB