Rosario dan pertobatan
Saya sangat mengagumi seorang sahabat yang mengaku bertobat karena mendoakan doa Rosario. Pengalaman pertobaannya sederhana. Ia memiliki kebiasaan membicarakan kehidupan pribadi orang lain. Sebagai sebuah kebiasaan maka membicarakan kehidupan pribadi orang lain itu tidak dapat dibendung. Namun pada suatu kesempatan ia merasa ditegur oleh Tuhan. Teguran ini sangat sepele dan kebetulan saja. Ketika itu seorang rekannya mengatakan: “Kawan, dari pada anda membiasakan diri membicarakan kehidupan pribadi orang lain, cobalah membicarakan kehidupan pribadi Tuhan melalui Bunda Maria dalam Rosario.” Sejak saat itu ia seperti dibangunkan dari tidur imannya. Ia berusaha untuk memulai dan memulai doa Rosario secara pribadi dan mukjizat itu nyata. Ia berubah dan mengubah kehidupan orang lain. Relasi sosialnya menjadi lebih positif dibandingkan dengan masa lalunya.
Pengalaman pertobatan ini memang sederhana tetapi memiliki makna yang indah. Sebuah pertobatan yang tidak muluk-muluk. Ini hanya sebuah pertobatan sederhana tetapi mengubah hidupnya dan hidup orang lain. Pengalaman pertobatan ini patut kita alami secara pribadi. Kalau orang lain dapat bertobat karena pengalaman-pengalaman sederhana, kita juga pasti bisa. Dalam bulan Rosario ini kita pasti bisa bertobat.
Bunda Maria ketika menampakan diri di Fatima, memberi pesan ini: ”Berdoalah Rosario setiap hari. Berdoalah, berdoalah sesering mungkin dan persembahkanlah silih bagi para pendosa. Akulah Ratu Rosario. Pada akhirnya Hatiku yang Tak Bernoda akan menang.” Pesan pertobatan dari Bunda Maria ini bisa menjadi kekuatan bagi kita untuk bertobat dan membaharui diri kita. Doa Rosario mengubah hidup orang berdosa ketika dipersembahkan kepada Tuhan dengan tulus. Pertobatan membuat kita menyerupainya sebagai orang kudus dan tak bercacat di hadapan Tuhan.
Tuhan memberkati, Bunda mendoakan kita semua. Ave Maria, Ratu Rosario. Amen.
P. John Laba, SDB