Rm 1:16-25
Injil adalah kekuatan Allah
Ada seorang sahabat yang membagikan pengalamannya ketika terjadi kerusuhan di Indonesia tahun 1998. Ia mengatakan bahwa dalam suasana yang sulit itu, ia tetap berpegang teguh pada doa dan membaca Kitab Suci. Melalui doa ia merasa begitu dekat dengan Tuhan dan doa yang favorite baginya adalah doa Rosario. Melalui Kitab Suci, ia merasa semakin akrab dan dekat dengan Tuhan Yesus sebagai Injil hidup. Saya senang dan terus mengingat pengalaman sahabat ini. Ia menguatkan saya untuk hidup sebagai gembala yang bersahabat dengan doa dan Injil yakni Yesus sendiri.
Pada hari ini kita bertemu dengan sosok santo Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, ia memberi kekuatan yang luar biasa kepada mereka. Paulus tidak hanya sekedar berbicara tetapi ia mengungkapkan pengalamannya sendiri. Ia memiliki keyakinan yang kokoh di dalam Injil sebab baginya Ini adalah kekuatan dari Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, baik orang Yahudi maupun orang Yunani. Mengapa Injil adalah begitu penting? Bagi Paulus, kebenaran Allah menjadi nyata di dalam Injil. Kebenaran itu berasal dari iman menuju kepada iman.
Perkataan Paulus ini sekaligus mengoreksi mindset dari jemat di Roma. Ternyata di antara jemaat ada juga yang hidup seolah-olah belum mengenal Allah. Itu sebabnya ia mengatakan: “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau pun mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh dan gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat tetapi nyatanya mereka telah menjadi bodoh.” (Rm 1:21-22). Bagi Paulus berbagai kebodohan yang dimiliki jemaat saat itu adalah dosa menyembah berhala kepada segala buatan tangan manusia. Mereka benar-benar dikuasai oleh nafsu kecemaran dan tentu semua ini berlawanan dengan kekudusan Tuhan.
Pada hari ini Paulus tidak hanya berbicara dan mengoreksi jemaat di Roma. Ia juga mengoreksi kita yang mengikuti Kristus dan mengakui-Nya sebagai Tuhan kita. Banyak di antara kita yang belum berpegang teguh pada Injil sebagai kekuatan dari Allah. Banyak di antara kita yang mengaku mengikuti Tuhan Yesus dan mengimani-Nya namun masih hidup dalam berhala-berhala. Berhala mereka adalah harta, uang, kekuasaan dan kepuasan lahiria. Mereka berpikir bahwa mereka dekat dengan Tuhan padahal sesungguhnya mereka begitu jauh dari Tuhan. Mungkin saja anda adalah salah satu yang mirip dengan jemaat di Roma yang mendapat kritikan dari Paulus.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Mari kita kembali berdoa dan tekun membaca kitab Suci. Hanya dengan demikian kita dapat bertumbuh dan mengenal Allah dalam diri Yesus Kristus. Kita juga berusaha untuk menjauhkan diri dari berhala-berhala yang sifatnya fana. Tuhan Allah orang hidup adalah baik dan kekal abadi kasih setia-Nya.
P. John Laba, SDB