Hari Selasa, Oktaf Paskah
Kis 2:36-41
Mzm 33:4-5.18-19.20.22
Yoh 20:11-18
Yesus adalah Tuhan dan Kristus
Saya barusan mendapat ucapan selamat paskah tahun ini dari seorang sahabat. Kemungkinan besar Dia adalah pengagum Filsuf Blaise Pascal (1588-1651) karena mengutip perkataan Pascal berikut ini: “Yesus Kristus adalah pusat dari segala sesuatu dan dasar dari segala sesuatu; barangsiapa tidak mengenal Dia, tidak tahu tentang dunia dan tidak tahu dirinya sendiri.” Perkataan Pascal ini kiranya tepat dengan perkataan Yesus sendiri: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5).
Dalam masa Paskah ini kita mendengar kesaksian-kesaksian yang diberikan oleh para saksi mata kebangkitan Kristus. Yohanes dalam suratnya menulis: “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritahukan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya Yesus Kristus” (1Yoh 1:3). Yohanes menambahkan: “Kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia” (1Yoh 4:14). Perkataan Yohanes ini bukanlah kata kosong tetapi suatu kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi dan diwariskan hingga saat ini di dalam Gereja. Tentu saja yang dimaksudkan adalah bahwa Yesus Kristus itu sungguh-sungguh Allah dan Manusia. Ia telah menderita, sengsara dan bangkit dengan mulia. Ini adalah iman yang diakui para rasul dan diakui turun-temurun di dalam Gereja.
Saya juga mengingat perkataan Paus Emeritus Benediktus XVI: “Ingatan tentang Bapa memancarkan cahaya dan identitas kemanusiaan kita yang terdalam: dari mana kita berasal, siapakah kita, dan betapa agungnya martabat kita.Tentu saja kita berasal dari orang tua kita, dan kita adalah anak-anaknya, tetapi kita juga berasal dari Allah yang telah menciptakan kita sesuai citraNya dan memanggil kita anak-anakNya. Oleh karenanya pada setiap penciptaan manusia, tak ada yang asal-asalan atau kebetulan, melainkan melulu karena kasih Allah. Hal ini diungkapkan oleh Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia. Ia tahu dari mana Ia datang, dan dari mana kita semua datang: dari kasih BapaNya dan Bapa kita.”
Dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini, kita akan mendengar kesaksian-kesaksian dari orang-orang di sekitar Yesus yang menegaskan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Kristus. Dia sungguh-sungguh bangkit dari kematianNya. St. Lukas dalam Kisah Para Rasul melaporkan pewartaan Petrus dan teman-temannya setelah hari raya Pentekosta di Yerusalem. Petrus tampil di hadapan orang-orang Yahudi di Yerusalem dan berkata: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kis 2:36). Petrus berani mengatakan demikian karena kuasa Roh Allah melingkupi dan menguatkannya. Sebelumnya Petrus juga penakut sehingga menyangkal Yesus tiga kali.
Pewartaan dan kesaksian Petrus membuka hati dan pikiran banyak orang Yahudi di Yerusalem untuk mengimani dan percaya kepada Yesus dari Nazareth. Orang-orang itu terharu dan meminta kepada Petrus syarat untuk mengikuti Yesus. Petrus mengatakan kepada mereka supaya bertobat dan memberi diri dibaptis dalam nama Yesus demi pengampunan dosa mereka sehingga mereka bisa menerima anugerah Roh Kudus. Jumlah mereka yang bertobat dan dibaptis saat itu kira-kira tiga ribu orang.
Bagi Petrus, Yesus tidak hanya bisa dipandang sebagai manusia yang berasal dari Nazareth. Dia yang dikenal kalangan umum saat itu sebagai orang Nazareth, Rabi, Tabib dan seluruh sanak keluargaNya juga mereka kenal. Dia sudah disalibkan karena kebodohan manusiawi. Kini mereka harus memandang Yesus sebagai Tuhan (Adonai/Kyrios) dan Kristus (Dia yang diurapi atau disucikan). Mengapa demikian? Karena Ia sunguguh-sungguh bangkit dari kematian.
Dalam bacaan Injil kita mendengar kesaksian Maria Magdalena. Ia menangis mencari Yesus karena di hadapannya hanya ada makam kosong. Kepada dua malaikat yang ada di dalam kubur yang bertanya kepadanya alasan mengapa ia menangis, ia menjawab: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (Yoh 20:13). Bahkan kepada Yesus yang menampakkan diriNya dan disangkanya penungguh taman, ia berkata: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” (Yoh 20:15). Ini adalah suasana bathin Maria yang sangat manusiawi dan posesif. Ketika mengenal Yesus karena disapa dengan namanya sendiri, Maria spontan mau merangkul tetapi Yesus mengatakan kepadanya untuk tidak boleh melakukannya karena Ia belum kembali kepada Bapa. Maria justru diutus untuk bersaksi kepada para murid: “Aku telah melihat Tuhan!”
Menerima Yesus bukan untuk “memegang erat” menjadi milik pribadi tetapi harus berani untuk mengatakan “Aku telah melihat Tuhan”. Ada keberanian untuk bersaksi tentang Yesus yang kita Imani di dalam hidup setiap hari bahwa Ia sungguh-sungguh bangkit. Sesudah dirimu diselamatkan, jadilah saksi Kristus.
Doa: Tuhan, utuslah Roh KudusMu untuk menguatkan kami supaya berani bersaksi tentang Kristus kepada segala makhluk. Amen
PJSDB