Hari Rabu, Pekan Biasa XXVIII
Gal 5:18-25
Mzm 1:1-2.3.4.6
Luk 11:42-46
Hidup dalam pimpinan Roh Kudus
Beberapa hari yang lalu, saya dijemput oleh seorang driver untuk merayakan misa disebuah persekutuan. Dalam perjalanan yang cukup jauh itu saya merasa terhibur karena mendengar lagu ini: “Roh Kudus Kau hadir di sini, Roh Kudus ku mengasihiMu, Kau lembut, Kau manis, Kaulah penghiburku, Penolongku diutus Bapaku. Ku buka hati untuk RohMu Tuhan, ku buka hati menyembahMu Yesus, jamahlah kami, penuhi kami, dengan kuasa Allah Mahatinggi.” Kata-kata dalam lagu penyembahan kepada Roh Kudus ini memang sangatlah sederhana tetapi membuka hati kita untuk merasakan kehadiran Roh Tuhan di dalam hidup kita setiap saat.
Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Paracletos. Dalam amanat perpisahanNya Ia mengatakan kepada para muridNya bahwa Paracletos itu bertugas untuk mengajarkan, mengingatkan dan bersaksi tentang diriNya. Inilah perkataan Yesus: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh 14:26; 15:26). Perkataan Yesus bukan hanya berlaku bagi para muridNya saat itu tetapi perkataan ini juga diwariskan sebagai harta rohani di dalam Gereja. Setiap orang yang dibaptis haruslah menyadari kehadiran dan peran Roh Kudus di dalam hidupnya. Sakramen pembaptisan menjadi saat pertama kita mengalami kehadiran Roh Kudus dan kekudusan hidup karena karya Roh Kudus ada di dalam diri kita. St. Paulus berkata: “Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor 3:16).Mungkin masalah yang dihadapi manusia adalah kesadaran bahwa Roh Allah menyertai seluruh hidupnya. Kalau saja manusia menyadari kehadiranNya maka ia akan malu untuk berbuat dosa atau mengulangi dosa yang sama.
St. Agustinus pernah berkata: “Di mana ada cinta kasih, di situ ada Allah Tritunggal: Pencinta, yang dicinta dan sumber cinta kasih.” Nah, ketika ada kesadaran bahawa Allah sungguh-sungguh ada di dalam diri kita maka kita tentu bersatu dengan RohNya. Roh PutraNya diutus ke dalam hati kita (Gal 4:6) sehingga Ia dapat memenuhi hati kita. Di dalam Roh Kudus, kita dapat menemukan kebahagiaan, kedamaian hati dan kemerdekaan sejati. St. Paulus mengingatkan kita semua: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15).
St. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Galatia membuka wawasan kita untuk menyadari bahwa pengalaman hidup setiap hari menunjukkan bahwa kita adalah manusia yang lemah sekaligus kuat. Manusia yang lemah karena masih memiliki kuasa daging yang membawa kepada dosa dan manusia kuat karena kuasa Roh Allah yang ada di dalam diri kita. Kuasa daging hanya akan menghalangi manusia untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Paulus membuat klasifikasi kedagingan manusiawi kita: “Percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” (Gal 5: 19-21). Ia tegas mengatakan bahwa barangsiapa melakukan perbuatan daging ini maka berada di luar Kerajaan Allah. Ia juga mengatakan bahwa barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. (Gal 5: 24).
Sebagai lawan dari hidup menurut daging, Paulus mengklasifikasikan buah-buah Roh Kudus yang harus dimiliki dan dialami oleh orang-orang yang dibaptis. Buah-buah Roh adalah: “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23). Buah-buah Roh Kudus ini yang harus kita rasakan di dalam hidup setiap hari sebagai pengikut Kristus. Paulus juga mengatakan bahwa jika kita hidup dalam Roh maka hendaknya kita juga dipimpin oleh Roh.
Ada seorang muda yang mengikuti Seminar Hidup Baru di dalam Roh (SHBDR). Setelah mengikuti seminar itu, ia merasa kecewa karena apa yang diharapkannya tidak tercapai. Sebelum SHBDR, ia bercita-cita bisa mendapatkan anugerah bahasa Roh ternyata ia tidak mendapatkannya. Padahal para pengajar sudah berapi-api mengatakan tentang bahasa Roh dengan mengulangi berkali-kali kata “Aleluia”. Saya mendengar sharingnya ini dan mengatakan kepadaNya bahwa Bahasa Roh itu diberikan oleh Tuhan bukan dipelajari oleh manusia.
St. Lukas bersaksi: “Para rasul yang umumnya berasal dari Galilea penuh dengan Roh Kudus sehingga bisa berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” (Kis 2:4). Roh Kudus juga dicurahkan kepada bangsa lain sehingga orang-orang bisa berkata-kata dalam bahasa Roh dan memuliakan Allah (Kis 10:46). Ketika Paulus menumpangan tangan maka Roh Tuhan juga turun sehingga orang bisa berbahasa Roh (Kis 19:6).
St. Paulus dengan jelas mengatakan bahwa bahasa Roh itu diberikan dengan cuma-cuma oleh Roh Kudus sendiri (1Kor 12:10). Orang-orang yang bisa berbahasa Roh itu ditetapkan oleh Tuhan Allah sendiri (1Kor12:28) bukan atas kemauan manusia semata-mata. Tuhanlah yang punya kuasa untuk memberikannya kepada orang yang membutuhkannya. St. Paulus juga mengatakan bahwa orang-orang yang berkata-kata dalam bahasa Roh tidaklah berkata-kata kepada manusia tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya. Oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia (1Kor 14:2). Berbahasa roh itu bertujuan untuk membangun diri sendiri (1Kor 14:4).
Banyak di antara kita mungkin punya pengalaman seperti anak muda yang berniat untuk bisa berbahasa Roh dan lupa bahwa Roh Kudus juga memberikan karunia-karunia istimewa kepada kita yakni: karunia takut akan Tuhan, keperkasaan, kesalehan, nasihat, pengenalan, pengertian dan kebijaksanaan (Yes 11:1-3) dan juga buah-buah Roh sebagaimana dikatakan oleh St. Paulus di dalam perikop kita hari ini.
St. Paulus mengingatkan kita pada hari ini untuk tetap fokus pada hidup sebagai orang yang dikuduskan melalui sakramen pembaptisan. Kita semua menjauhkan kedagingan dan hidup dalam Roh dengan membiarkan diri kita dibimbing oleh Roh Kudus.
Doa: Tuhan, utuslah Roh KudusMu untuk membantu aku lebih mengimani Engkau. Semoga saya juga mampu mematikan semangat kedagingan di dalam hidupku. Amen
PJSDB