Hari Sabtu Pekan Adven II
Sir 48:1-4.9-11
Mzm 80:2ac.3b.15-16.18-19
Mat 17:10-13
Buatlah WajahMu Bersinar Supaya Kami Selamat!
Pada suatu ketika saya bertanya kepada para pre-novis Salesian Don Bosco di Tigaraksa , Tangerang tentang bagaimana mereka mengetahui orang tuanya memarahi mereka saat masih berada di rumah. Banyak jawaban diberikan oleh mereka misalnya, kedengaran dari nada suaranya, biasanya tinggi disertai teriakan dan banyak kali cacian. Ada yang mengatakan dilihat dari wajahnya, ada kerutan di dahi dan wajahnya kemerah-merahan. Ada yang menjawab dapat dilihat dari sorot mata yang tajam dan menakutkan. Dan masih banyak deskripsi pengalaman dimarahi orang tua. Semua jawaban ini memang benar misalnya suara dan wajah sangat cepat menandakan bahwa orang sedang marah.
Mazmur antar bacaan hari ini memiliki antifon yang bagus: “Ya Allah, pulihkanlah kami. Buatlah wajahMu bersinar, maka selamatlah kami.” Wajah Tuhan menerangi dan menyelamatkan kita. Kita ingat ucapan berkat imam kepada Israel di dalam Kitab bilangan: “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia. Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera” (Bil 6:24-26). Dalam masa adventus ini kita semua memiliki kerinduan untuk melihat wajah Tuhan yang penuh kasih, yang datang untuk menyelamatkan kita. Dia adalah Terang yang datang menerangi kegelapan hidup kita. Kisah-kisah kelahiran Yesus di dalam Injil dihiasi dengan kisah tentang terang atau cahaya (Mat 2:2; Luk 2:9.32; Yoh 1:4-5).
Dalam bacaan pertama, penulis Kitab Putra Sirakh melukiskan kehidupan nabi Elia. Nabi Elia bagaikan api. Perkataannya membakar bagaikan obor. Ketika ia berdoa, langit bisa dikunci oleh Tuhan, api diturunkan ke bumi. Tak seorang pun pada zaman itu dapat menandingi Elia. Ia bahkan diangkat ke surga dalam olak angin berapi. Pada akhirnya penulis dalam perikop ini mengatakan, “Berbahagialah orang yang telah melihat engkau dan yang meninggal dalam kasih” Elia adalah nabi yang bernubuat di Kerajaan Utara sekitar abad IX sebelum Yesus lahir. Kehebatan Elia adalah kuasa doa yang ia panjatkan kepada Tuhan. Tiga kali Tuhan menurunkan api dari langit untuk membakar kesombongan nabi-nabi baal. Anak yang mati didoakan dan bangkit dan ia sendiri diangkat ke surga.
Penginjil Matius melihat kehadiran Yohanes Pembaptis sebagai Elia yang baru. Murid-murid Yesus sebagai orang Yahudi tulen percaya bahwa Elia akan kembali untuk membaharui segala sesuatu. Yesus mengingatkan mereka bahwa Elia sudah datang tetapi orang-orang tidak mengenal dia. Mereka memperlakukannya menurut kehendak mereka. Yohanes Pembaptis datang menyiapkan jalan untuk Tuhan, mereka pun tidak percaya bahkan membunuhnya. Demikian akan terjadi dengan diri Yesus sendiri.
Bagaimana figur-figur ini hidup di dalam gereja saat ini? Banyak kali para pemimpin gereja diperlakukan seperti orang memperlakukan Elia, Yohanes Pembaptis dan Yesus sendiri. Apakah ada orang yang pernah merasa bersalah ketika membicarakan kekurangan para gembalanya, menggosipi, memecah belah persekutuan para gembala? Mereka merayakan ekaristi dan pribadi yang berdosa melawan gembalanya menerima Tubuh Kristus dari tangannya. Betapa sulit dibayangkan apakah masih ada hati nuraninya? Tentu saja bukan berarti para gembala kebal salah! Hanya Paus alam ajarannya kebal salah. Tetapi mereka adalah pilihan Tuhan dan membaktikan diri untuk gereja atau umat Allah.
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk membuka hati kepada Tuhan dan menerima berkatNya yang berlimpah. Berkat terbesar adalah Yesus PuteraNya yang diutusNya menjadi satu-satunya penyelamat kita. Wajah Tuhan yang kudus menerangi hidup kita yang gelap dan menguduskan kita untuk menyerupaiNya.
Doa: Tuhan, sinarilah kami dengan wajahMu yang kudus. Amen
PJSDB