Dia itu sukanya menghakimi sesama
Pada suatu hari saya mendengar sekelompok ibu-ibu sedang duduk bersama di sebuah restoran. Mereka membahas banyak hal seputar kehidupan mereka di rumah dengan suara yang keras. Saya tertarik ketika seorang ibu mengatakan: “Dia itu sukanya menghakimi sesama padahal dia juga banyak kekurangan.” Pernyataan ini ditanggapi oleh seorang ibu yang lain: “Ya, dia pikir bahwa dia sempurna seperti Tuhan.” Saya kembali ke rumah sambil merenung di jalan bagaimana perilaku orang yang suka berpikiran negatif, suka menghakimi sesamanya.
Sekarang coba angkatlah tangan kananmu, pakailah jari telunjukmu untuk menunjuk seseorang atau barang. Apa yang anda lihat dari posisi jari-jarimu itu? Ternyata hanya ibu jari dan jari telunjuk yang mengarah ke depan (objek), sedangkan ujung jari tengah, ujung jari manis dan ujung jari kelingking menuju kepadamu. Dua jari menuju ke objek, tiga jari menuju kepada kita sendiri. Artinya, ketika kita menghakimi seseorang, mengatakan dia jahat, sebenarnya kita menunjukkan ketidaksempurnaan diri kita kepada orang lain. Tetapi kita tidak menyadarinya dan terus mengatakan yang jahat.
Adalah sangat mudah melihat kesalahan sesama dari pada kesalahan diri kita sendiri. Posisi kita saat itu sangat superior, tanpa cacat dan cela. Kita lupa bahwa kita juga tidak sempurna. Ada seorang suami yang berlama-lamaan di depan computer untuk bermain on line sampai lupa keluarganya tetapi suatu saat ia begitu marah karena istrinya kembali dari mall kesorean. Tuhan Yesus berkata: “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi”. (Mat 7:1).
P. John, SDB