Memberitakan Injil Allah
Permenungan kita pada hari ini berjudul: “Memberitakan Injil Allah”. Sumber inspirasinya adalah pada pengalaman hidup St. Paulus dan rekan-rekannya ketika merasul di Tesalonika. Ia mengaku bekerja siang dan malam untuk memberitakan Injil Allah kepada jemaat di Tesalonika. Mereka yang menjadi saksi pewartaan Injil adalah Tuhan Allah sendiri dan jemaat di Tesalonika. Paulus dan rekan-rekannya juga bersyukur karena mereka mewartakan Injil dengan semangat kekudusan. Ia berkata: “Betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kalian yang telah menjadi percaya.” (1Tes 2:10).
Sebagai seorang pewarta Injil, ia tidak hanya “omdo” tentang Sabda Tuhan. Ia menunjukkan Sabda yang nyata di dalam hidupnya. Inilah sikap hidup Paulus dan rekan-rekannya kepada jemaat di Tesalonika: sifat kebapaannya kepada para jemaat. Sifat kebapaan ini ditunjukkan dalam berelasi satu sama lain, dengan memberi arahan dan nasihat yang baik supaya jemaat hidup sesuai dengan Kehendak Tuhan bukan kehendak mereka sendiri.
Dari pengalaman Paulus ini, kita bisa mengambil kebajikan-kebajikan tertentu yang harus dimiliki oleh seorang misionaris:
Pertama, semangat untuk mewartakan Injil. Paulus tidak putus asa dalam mewartakan Injil, meskipun dia sebenarnya ia mengalami banyak penderitaan dan kemalangan.
Kedua, Paulus menunjukkan kekudusan Allah kepada jemaat. Ia tidak hanya mewartakan sabda tetapi mewartakan kekudusan Allah di dalam dirinya.
Ketiga, Paulus meyakinkan jemaat bahwa mereka juga dipanggil untuk menikmati kemuliaan Allah.
Keempat, Paulus tidak mewartakan popularitasnya, tetapi komitmen untuk mewartakan Injil dan menunjukkan wajah Allah yang berbelas kasih kepada manusia yang berdosa, munafik dan durjana. Pengampunan-Nya berlimpah!
PJSDB