Senin Pekan Biasa VIII
1 Ptr 1:3-9
Mzm 111:1-2.5-6.9.10ad;
Mrk 10:17-27
Mengikuti Yesus secara radikal
Pada hari ini kita kembali ke masa biasa dalam tahun liturgi. Bacaan-bacaan harian dalam perayaan Ekaristi akan diambil dari bacaan tahun kedua dan Injilnya adalah Injil Markus. Selama masa khusus yaitu masa pra paskah dan masa paskah permenungan kita adalah pada pribadi Yesus. Ia telah menderita, wafat, bangkit dan naik ke Surga. Ia juga telah mengutus Roh Kudus yang keluar dari Bapa untuk menghibur dan membela kita. Roh Kudus mengajar kita kebenaran dan akan hal-hal yang akan datang.
Bacaan-bacaan suci pada hari ini mau membangkitkan semangat kita untuk mengikuti Yesus secara radikal. Kepada para baptisan dewasa di Asia kecil (Turki dan sekitarnya) Petrus mengajak mereka untuk bertumbuh dalam semangat hidup baru karena jasa Yesus Kristus yang telah bangkit dari alam maut. Hidup baru adalah sebuah harapan dan dapat dicapai dengan pengorbanan diri dan penderitaan seperti Kristus sendiri. Tentu saja ini membutuhkan iman yang besar untuk menerima pengalaman dukacita dalam hidup. Semua yang dilakukan dengan pengorbanan karena iman yang murni dan harapan yang kuat akan membuat orang mampu mengasihi Tuhan. Tentang hal ini Petrus berkata, “Sekali pun kalian belum pernah melihat Dia, namun kalian mengasihiNya. Kalian percaya kepada Dia sekalipun sekarang kalian tidak melihat Dia.” Petrus juga meyakinkan kita supaya percaya bahwa dengan sakramen pembaptisan kita mencapai keselamatan jiwa.
Mencapai keselamatan jiwa merupakan cita-cita dan harapan semua orang. Dalam pemahaman Markus, keselamatan jiwa adalah hidup kekal. Ada seorang yang sudah dewasa datang kepada Yesus. Sambil menyembahNya, Ia bertanya syarat untuk mencapai hidup kekal. Dia menyapa Yesus sebagai Guru yang baik, tetapi Yesus menepis dengan mengatakan Yang Baik hanya Allah sendiri. Kemudian Yesus mengingatkan dia tentang sepuluh perintah Allah mulai dari perintah untuk menghargai hidup sesama (jangan membunuh) sampai kepada perintah untuk mengormati mereka yang ikut dalam memberi kehidupan (hormati ayah dan ibu). Orang itu mengatakan, semua perintah Tuhan ini sudah dijalankan sejak masa mudanya. Dengan jawaban seperti itu, Yesus mencari titik lemah yang lain. Sambil memandangnya dengan penuh kasih Yesus berkata, “Ada satu lagi yang masih kurang. Pergilah, jualah semua harta kekayaanmu, bagilah kepada kaum miskin supaya anda memperoleh harta di surga, kemudian datanglah dan ikutlah Aku!” Orang itu tidak memliki sikap lepas bebas. Ia memiliki banyak harta, sangat terikat pada harta duniawi sehingga tidak layak mengikuti Yesus.
Dalam hidup setiap hari, banyak di antara kita bercita-cita untuk mengikuti Yesus secara radikal. Banyak janji diikrarkan untuk setia menyerupaiNya. Tetapi kita juga tahu kata-kata Yesus ini: “Barangsiapa mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri dan memikul salib.” Ia harus berani menderita demi kebahagiaan banyak orang. Barang siapa mencintai Yesus yang tidak kelihatan harus mampu menguasai dirinya dari harta kekayaan yang dimilikinya.
Yesus tentu tidak bermaksud untuk mempersalahkan orang-orang kaya. Semua yang kita miliki adalah pemberian Tuhan. Maka kita tidak harus terikat pada harta kekayaan dan melupakan Tuhan sebagai pemiliknya yang mutlak. Tugas kita adalah berbagi dengan sesama terutama yang paling miskin. Yesus berkata, “Pergilah, jualah segala yang kau miliki, bagilah kepada kaum miskin, setelah itu datanglah, dan ikutlah Aku!” Di tempat lain Yesus berkata, “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk saudaraKu yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku” (Mt 25:40).
Yesus berkata, “Hanya Allah Yang Baik”. Allah baik karena ia menciptakan segala sesuatu untuk manusia. Allah baik karena Ia rela menjadi manusia, mengosongkan diriNya, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi miskin supaya kita menjadi kaya (Flp 2: 5-8; 2Kor 8:9). Dalam sejarah gereja kita menjumpai orang kudus seperti St. Fransiskus dari Asisi. Dia memiliki banyak harta tetapi rela menjadi miskin supaya dapat menyerupai Yesus.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita tetap khawatir dengan hidup? Apakah kita takut menjadi miskin? Yesus berkata, “Pandanglah burung-burung di langit yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung namun diberi makan oleh BapaMu yang di Surga. Perhatikanlah bunga bakung di ladang yang tumbuh tanpa bekerja, dan tanpa memintal. (Mt 6: 26.28). Tuhan tetap menyediakan segalanya bagi kita maka berbagilah dengan saudara-saudara yang berkekurangan.
Doa: Tuhan, kami berterima kasih kepadaMu karena Engkau menghendaki sikap lepas bebas dalam diri kami. Baharuilah kami dalam mengikuti jejakMu. Amen.
PJSDB