Hari Minggu Biasa XXVII/B
Kej. 2:18-24
Mzm. 128:1-2,3,4-5,6
Ibr. 2:9-11
Mrk. 10:2-16
Mereka bukan lagi dua melainkan satu daging!
Pada pagi hari ini saya menerima pesan singkat dari seorang sahabat berupa kutipan-kutipan perkataan Paus Fransiskus tentang keluarga. Pertama, pada kesempatan memberi refleksi setelah mendaraskan doa Angelus tanggal 26 Juli 2013, Paus Fransiskus berkata kepada kaum muda di Rio de Janeiro: “Betapa berharganya sebuah keluarga sebagai tempat istimewa untuk menumbuhkan iman”. Kedua, dalam sebuah wawancara radio Catedral Rio de Janiero tanggal 27 Juli 2013, Paus Fransiskus berkata: “Keluarga adalah tempat yang penting bagi karya evangelisasi baru dalam dunia saat ini. Keluarga adalah tempat yang sangat penting, dan tempat yang harus ada, supaya manusia bisa bertahan hidup. Tanpa keluarga, budaya manusia bertahan hidup akan berada dalam resiko tertentu. Keluarga adalah dasar yang kuat bagi kehidupan umat manusia.” Saya membaca kutipan ini beberapa kali dan menyadari bahwa keluarga itu sangat istimewa dan penting untuk kehidupan manusia. Tuhan memiliki rencana untuk membentuk keluarga manusia, supaya setiap pribadi bertumbuh dalam iman, harapan dan kasih.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini memfokuskan perhatian kita pada sebuah panggilan istimewa yaitu keluarga. Dalam bacaan pertama kita membaca perikop tentang rencana Tuhan bagi masa depan manusia. Tuhan menciptakan dunia dan isinya baik adanya. Namun ketika berhadapan dengan manusia sebagai mahkota segala ciptaannya, Tuhan berkata: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja! Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kej 2:18). Tuhan mula-mula membentuk dari tanah segala binatang di hutan dan segala burung di udara. Semuanya dibawa oleh Tuhan kepada manusia supaya manusia bisa memberi nama kepada mereka. Ia hanya bisa memberi nama kepada makluk ciptaan Tuhan ini tetapi tidak ada yang sepadan, dan menjadi penolong baginya.
Tuhan mengerti kebutuhan manusia pertama. Ia lalu membuatnya tidur lelap, mengambil salah satu tulang rusuk dan menutupinya dengan daging. Dari tulang rusuk itu Tuhan menciptakan manusia baru, seorang perempuan yang dinamainya Hawa. Hawa berarti ibu dari semua makhluk. Hawa diciptakan Tuhan dari tulang rusuk manusia pertama supaya menjadi sepadan atau cocok dengan Adam. Adam menyadari bahwa manusia baru di hadapannya adalah bagian dari hidupnya. Ia berkata: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” (Kej 2:23). Konsekuensinya adalah “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej 2:24).
Saya mengingat tulisan pada sebuah pembatas buku berbunyi: “There is a MALE in FEMALE, MR in every MRS, He in each SHE. Which prove that MAN cannot live without WOMAN.” Kiranya tulisan ini menginspirasikan kita untuk memahami betapa agung dan indahnya rencana Tuhan untuk mempersatukan pria dan wanita. Keduanya harus saling meninggalkan supaya bisa bersatu dengan unik yakni menjadi satu daging. Laksana kata-kata pada pembatas buku di atas, demikian harus menjadi suatu kenyataan bahwa cinta kasih menjadi sempurna ketika pria dan wanita menjadi satu daging karena kuasa Tuhan sendiri.
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menyadarkan manusia yang selalu tegar hati dan berusaha untuk membenarkan dirinya sendiri. Ketika itu ada orang Farisi yang mencobai-Nya dengan bertanya, “Bolehkah seorang suami menceraikan istrinya karena alasan apa saja?” Mereka bisa bertanya kepada Yesus seperti itu karena mereka tahu bahwa Musa pernah mengeluarkan surat cerai supaya mereka bisa menceraikan istrinya. Yesus dengan tegas mengatakan kepada mereka: “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.” (Mrk 10:5). Orang-orang yang memiliki hati yang keras, dan suka mencari pembenaran diri maka muncul surat cerai pada zaman Musa. Padahal Tuhan sendiri memiliki rencana yang indah bagi pria dan wanita. Ia mempersatukan pria dan wanita sebagai satu daging, tidak bisa diceraikan oleh manusia.
Para murid yang mendengar debat antara Yesus dan kaum Farisi lalu bertanya kepada-Nya maksud perkataan itu. Ia menjelaskan: “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah.” (Mrk 10:11-12).
Pada hari ini pikiran kita dibuka untuk mengerti rencana Tuhan. Sejak awal mula Tuhan memiliki rencana yang indah, dengan menciptakan pria dan wanita. Hanya manusia yang keras hati yang bisa mengacaukan rencana Tuhan yang baik ini. Manusia yang egois juga turut menghancurkan kekudusan setiap keluarga. Mari kita mendoakan setiap keluarga kita masing-masing untuk selalu setia dalam untung dan malang, memiliki hati yang lembut supaya mengasihi seperti Tuhan sendiri.
PJSDB