Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXVIII
Rm. 1:1-7
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4
Luk. 11:29-32
Kamu juga milik Kristus!
Seorang Romo kepala Paroki senior pernah membagi pengalaman berpastoral di paroki. Ia mengaku bisa bertumbuh dewasa dalam iman, harapan dan kasih karena umat yang dilayaninya. Pada suatu hari ia mendapat informasi bahwa umat dua wilayah di parokinya tidak aktif lagi dalam kegiatan menggereja, tanpa alasan yang jelas. Ia dan pastor rekannya membuat kegiatan pastoral baru untuk mengunjungi setiap keluarga di kedua wilayah itu. Kedua pastor ini mendapatkan data-data yang membuka wawasan mereka untuk memiliki semangat sebagai gembala baik bersama umat. Pada akhir kunjungan umat, mereka mengadakan misa wilayah dengan tema: “Kamu juga milik Kristus”. Para pastor mengajak umat untuk percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah segalanya bagi mereka. Sejak saat itu para pastor aktif berpastoral dan mengenal umatnya, umat juga mengenal pastornya dengan baik.
Pengalaman pastoral ini dirasakan oleh banyak pastor. Umat selalu memiliki aneka persoalan hidup, secara jasmani dan rohani. Pastor bertugas untuk membawa sukacita, menjadi pendamai, membawa kekuatan baru bagi umat yang dilayaninya. Pengalaman pastor paroki ini bisa membantu kita untuk mengenal semangat hidup misionaris dari St. Paulus. Mulai hari ini kita mendengar pengalaman rohani Paulus yang dituangkannya dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Paulus mula-mula memperkenalkan dirinya sebagai hamba Kristus Yesus yang dipanggil untuk menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil. Ada tiga hal yang menarik perhatian kita: Paulus menunjukkan dirinya sebagai hamba atau abdi Tuhan. Ia dipanggil Tuhan untuk menjadi rasul atau utusan Tuhan. Ia bertugas untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan bukan pekerjaannya sendiri. Ia dikuduskan untuk memberitakan Injil. Tugas memberitakan Injil bukan hanya sekedar tugas, tetapi perlu kekudusan diri pribadi. Orang itu harus mengalami Allah supaya bisa mewartakan Injil dengan baik.
Untuk memperjelas pelayanan misionernya sebagai pewarta Injil yang kudus maka Paulus memaparkan sejarah keselamatan di mana Yesus menjadi segalanya. Injil atau khabar sukacita sudah dinubuatkan oleh para nabi dalam Kitab perjanjian Lama dan menjadi sempurna dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah keturunan Daud. Ia bertumbuh menjadi dewasa, mengalami penderitaan, wafat dan bangkit dengan mulia. Ia sungguh-sungguh anak Allah. Dialah Yesus Tuhan kita. Hanya melalui Yesus, para rasul menerima kasih karunia dan jabatan rasul supaya bisa berlaku sebagai gembala baik bagi sesama manusia. Tugas para rasul adalah membawa semua orang untuk percaya dan taat kepada Tuhan. Paulus juga meneguhkan jemaat di Roma supaya menyadari bahwa Tuhan juga memanggil mereka sebagai milik-Nya. Jemaat di Roma saat itu dikasihi oleh Allah dan dipanggil menjadi kudus. Maka Ia memohon kasih karunia Allah dan damai sejahtera untuk tetap menyertai mereka semua.
Pewartaan Paulus ini membuka wawasan kita untuk mengerti tugas perutusan seorang misionaris. Ia menjadi tanda dan pembawa kasih Allah dan Injil-Nya kepada semua orang. Seorang misionaris yang mengutamakan keagungan Yesus bukan keagungan dirinya sendiri. Seorang misionaris yang membawa semua orang kepada Tuhan Yesus bukan kepada dirinya.
Pada suatu kesempatan, orang-orang meminta tanda dari Yesus sebagai bukti bahwa Dia sungguh-sungguh Anak Allah. Yesus menganggap mereka sebagai angkatan yang jahat karena menghendaki bukti. Padahal mereka mendengar semua pengajaran-Nya di mana-mana, mereka menyaksikan tanda-tanda heran, Ia menyembuhkan sakit dan kelemahan manusiawi kita. Yesus melakukannya di hadapan mereka namun mereka seolah-olah buta dan tulis. Ia sendiri akan menderita, sengsara, wafat dan bangkit dengan mulia demi menyeamatkan kaum pendosa. Tuhan Yesus lalu mengambil figur Yunus di dalam Kitab Perjanjian Lama. Yunus dipanggil Tuhan untuk mempertobatkan Ninive yang dikuasai dosa dan kejahatan. Ia tidak taat kepada Allah sehingga tidak mengikuti jalan Tuhan sehingga ia masuk ke dalam perut ikan selama tiga hari dan tiga malam. Yesus mentaati kehendak Bapa untuk menyelamatkan manusia. Ia menyerukan pertobatan dan menghuni perut bumi selama tiga hari dan tiga malam. Yesus lebih dari Yunus karena Ia bangkit dari kematian!
Tuhan Yesus juga lebih dari Salomo. Banyak orang mengenal Salomo sebagai orang bijaksana. Ratu dari Selatan saja datang untuk mencari tahu tentang kebijaksanaan Salomo dan mengakuinya. Yesus mengatakan Ia lebih dari Salomo karena Dia sendiri adalah kebijaksanaan. Salomo dikemudian hari mengalami keruntuhan sebagai raja bijaksana tetapi Yesus selama-lamanya adalah Kebijaksanaan.
Pada hari ini pikiran kita dibuka untuk mengimani Tuhan Yesus sebagai segala-galanya. Kita juga dipanggil untuk menjadi milik Kristus. Maka tugas kita adalah selalu terbuka pada setiap rencana Tuhan. Kita hendaknya menjadi seperti Paulus yang menjadi hamba Kristus, dipanggil untuk menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Sebagai rasul masa kini, kita bertugas untuk menghadirkan Kristus bagi sesama yang lain.
PJSDB