Hari Kamis Pekan Paskah II
Kis 5: 27-33
Mzm 34: 2.9.17-18.19-20
Yoh 3:30-36
Kita harus lebih taat kepada Allah!
Kisah Rasul Petrus dan Yohanes berlanjut. Para pengawal membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada mahkamah agama. Imam besar berkata kepada mereka, “Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami”. Mendengar perkataan ini, Petrus berani menjawab imam besar, “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” Selanjutnya Petrus menegaskan kesaksian tentang peristiwa penyaliban Yesus dan bagaimana Allah membangkitkan dan meninggikanNya. Yesuslah jugalah yang mengampuni dosa dan membawa pertobatan kepada mereka semua. Tentu saja perkataan Petrus ini dirasakan sangat menusuk hati para pemimpin Yahudi dan mereka berniat mau membunuh para rasul.
Pengalaman para rasul ini membawa kita pada dua hal penting. Pertama, pokok pewartaan mereka tetap pada Paskah Yesus Kristus. Artinya, Yesus telah wafat dan bangkit. Dampak dari peristiwa Yesus ini adalah pengampunan dosa dan pertobatan. Kedua, Taat kepada Allah. Kata-kata Petrus mengundang kita untuk mentaati Allah dari pada mentaati manusia. Secara teoritis memang tidak ada masalah. Tetap dalam kehidupan praktis dapat saja terjadi pertentangan yang sulit. Menjadi orang yang taat itu tidak gampang. Di dalam hidup membiara sering ada dalil yang mengatakan bahwa para anggota biara harus mentaati pemimpin biara sebagai penafsir kehendak Allah hari demi hari. Ketaatan masih mudah dilakukan ketika orang mendengar dengan baik dan melakukannya. Ketaatan menjadi sulit ketika tidak mendengar dengan baik. Orang perlu memiliki iman supaya dapat mentaati Tuhan dan sesama.
Kisah Nikodemus juga berlanjut. Dia semakin percaya pada Yesus. Ia sungguh-sungguh bertemu dengan Terang sejati. Selanjutnya Yesus berkata kepada Nikodemus, “Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya…siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihatNya dan yang didengarNya. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadanya. Barang siapa percaya kepada Anak, Ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barang siapa tidak taat kepada Anak, Ia tidak akan melihat hidup melainkan murka Allah tetap ada di atasnya”. Sekali lagi kita diingatkan bahwa Yesus hendaknya menjadi pusat kehidupan kita. Dia datang dari atas dan kita dipanggil untuk percaya dan mentaatiNya.
Selama Yesus hidup di hadapan umum, para ahli Taurat dan Imam kepala mendiskusikan terus menerus hakikat pewahyuan dan misi Yesus. Mereka terus berdiskusi bahkan sampai setelah kebangkitanNya. Spekulasi mereka adalah sampai pada Yesus adalah pribadi yang dapat mengganggu ketenangan mereka. Para Rasul mengalami relasi secara langsung dengan Yesus, sebagaimana Dia sendiri berelasi dengan Bapa. Tuhan Allah menganugerahkan Roh Kudus tanpa memakai perhitungan tertentu. Banyak kali kita mungkin hanya membatasi diri pada debat tentang kebenaran agama. Mengapa kita tidak mau memiliki komitmen untuk mengalami Allah yang hidup? Komitmen seperti apa?
Sabda Tuhan pada hari ini sangat memperkaya kehidupan rohani kita. Kita diundang untuk mentaati Allah. Apa artinya mentaati Allah? Mentaati berarti mendengar Allah dalam hidup kita. Mentaati Allah berarti mengimaniNya dan puncaknya adalah mencintainya. Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus (Rm 10:17). Mentaati Yesus berarti dapat melihat hidup dan jauh dari murkah Allah. Selidikilah batinmu!
Pertanyaan untuk refleksi kita lebih lanjut adalah apa nilai luhur ketaatan dalam hidup kita?
PJSDB