Renungan 20 April 2012

Hari Jumat Pekan II Paskah
Kis 5:34-42
Mzm 27: 1.4.13-14
Yoh 6:1-15

Menimbang Kebijaksanaan Gamaliel!

Fr. JohnKisah para Rasul berlanjut. Mereka sedang berada di hadapan Mahkamah agama Yahudi untuk diadili. Gamaliel seorang Farisi dan ahli Taurat membuat discernimentterhadap kegiatan para rasul ini. Dia meminta sidang diskors dan menyuruh para rasul untuk meninggalkan ruang sidang.

Kesempatan ini digunakan Gamaliel untuk menjelaskan pemikirannya kepada sidang dengan berpatok pada peristiwa masa lalu dan peran Allah dalam peristiwa-peristiwa itu. Pertama, tentang pengalaman masa lalu. Gamaliel memberi contoh dua gerakan yang pernah muncul dibawah pimpinan Teudas dan Yudas orang Galilea. Masing-masing mereka dan para pengikutnya memberontak. Semua kegiatan mereka ini lenyap karena hanya mengandalkan kekuatan manusia saja. Kedua, dengan bijaksana ia menasehati sidang bahwa sebaiknya para rasul dilepaskan saja. Gamaliel berkata, “Apabila semua maksud dan perbuatan yang dilakukan para rasul karena rencana manusia maka akan lenyap, tetapi kalau maksud dan perbuatan yang mereka lakukan berasal dari Allah maka mereka tidak dapat dilenyapkan bahkan kamu sendiri yang akan melawan Allah”. Konsekuensi pemikiran Gamaliel adalah para rasul dibebaskan. Mereka bergembira karena layak menderita demi nama Yesus. Mereka melanjutkan pewartaan Injil bahwa Yesus adalah Mesias.

Pandangan bijaksana Gamaliel ini patut direnungkan. Semua pekerjaan yang berasal dari kuasa dan napsu manusia akan lenyap begitu saja. Semua pekerjaan yang berasal dari Tuhan Allah akan tetap bertahan, mampu melewati segala rintangan dan pertentangan-pertentangan tertentu yang berasal dari manusia. Pemikiran yang bijaksana dari Gamaliel ini membuat sidang mahkamah agama mengikutinya. Sekarang pikirkan dan pandanglah hidup pribadi masing-masing. Banyak kali semua pemikiran dan pekerjaan kita lebih mengadalkan kekuatan diri. Ada prinsip: I can do it dan lupa bahwa semua pekerjaan itu hendaknya dimulai bersama Tuhan, disertai oleh Tuhan dan diakhiri bersama Tuhan dan bahwa sesama manusia juga memiliki andil untuk kita.

Penginjil Yohanes telah membantu kita memahami relasi persahabatan Yesus dan Nikodemus. Sekarang ia membantu kita untuk mengenal Yesus sebagaia makanan rohani. Yesus melakukan pengajaran dan mukjizat-mukjizat penyembuhan. Banyak orang takjub dan mengikuti Dia. Yesus mencobai para murid supaya mereka berpikir tentang pelayanan dan sikap berbagi di dalam hidup mereka. Misalnya, Yesus bertanya tentang bagaimana memberi makan kepada orang-orang yang berbondong-bondong mengikuti mereka. Para rasul hanya punya uang dua ratus dinar dan 2 ekor ikan dan 5 potong roti. Dari jumlah ikan dan roti ini, Yesus mengucap syukur dan berhasil memberi makan 5000 orang laki-laki. Para rasul dengan kekuatan “ekaristi” diajarkan Yesus untuk saling berbagi sehingga semua orang puas bahkan masih ada sisa 12 bakul penuh denga roti. Setelah membuat mukjizat ini, Yesus menyingkir karena orang-orang pada waktu itu mau membuatNya menjadi raja.

Mukjizat penggandaan roti dan ikan ini menjadi penting bukan hanya sebagai mukjizat sebagaimana adanya tetapi menunjukkan betapa para rasul diajarkan oleh Yesus untuk memberi dari kekurangan atau sedikit yang mereka miliki supaya sesama lain bisa hidup dalam kelimpahan. Pesan lain dari mukjizat ini adalah bahwa Yesus mau membagi diriNya sampai tuntas bagi manusia. Ia “mengambil roti, mengucap syukur dan membagi-bagi”. Ini yang selalu dikenang juga dalam perjamuan Ekaristi.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk memahami dua hal ini. Pertama, keberanian untuk terus menerus mewartakan Injil kepada segala makhluk meskipun ada banyak rintangan. Apabila pelayanan dan pertusan ini berasal dari Allah maka akan berhasil sebaliknya kalau hanya semata-mata dari manusia maka akan mendapatkan kegagalan. Maka andalkanlah Tuhan dan lupakanlah dirimu karena anda juga hanya seorang pelayan. Kedua, Yesus Kristus tetaplah menjadi pusat hidup kita. Dia menjadi pokok pewartaan para rasul bahwa Yesus sudah bangit dan Dia juga yang membagi diriNya untuk memuaskan kita dalam perjamuan Ekaristi.

Kita pun belajar untuk berbagi dari kekurangan atau sedikit yang kita miliki supaya sesama dapat memiliki kelimpahan hidup. Pertanyaan untuk refleksi lebih lanjut: Apakah anda juga rela menderita demi nama Yesus? Apa makna berbagi bagi anda?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply