Hari Rabu, Pekan Biasa VIII
1Ptr 1:18-25
Mzm 147: 12-13.14-15.19-20
Mrk 10:32-45
Bersyukur atas Penebusan Berlimpah
Saya pernah diundang untuk merayakan misa syukur bersama sebuah keluarga. Selama setahun keluarga ini silih berganti mengalami musibah tertentu. Ada yang sakit, ada yang mengalami PHK, ada yang gagal dalam pendidikan. Pada suatu hari mereka semua berkumpul sebagai satu keluarga. Sang ayah sebagai kepala keluarga mengatakan bahwa keluarga mereka sedang jatuh maka mereka semua harus berusaha bersama-sama untuk bangun kembali dari kejatuhan ini. Mereka mulai membangun relasi yang baik sebagai suami dan istri, juga bersama anak-anak. Mereka menciptakan rasa saling percaya dan saling mendukung. Mereka semua memiliki satu semboyan dalam keluarga: “Bersama Tuhan, kita semua pasti mampu”. Ini adalah kekuatan yang perlahan-lahan dan pasti mengubah kehidupan mereka. Pada suatu saat mereka sadar bahwa mereka sudah bangkit dari keterpurukan dan berjalan bersama sehingga mereka mau bersyukur kepada Tuhan. Tema perayaan yang mereka pilih adalah “Bersyukur atas penebusan berlimpah dari Tuhan”.
Saya merasa kagum dengan keluarga ini. Di saat-saat yang sulit mereka masih percaya kepada Tuhan, sang Penebus. Mereka masih percaya bahwa hanya Tuhan saja yang sanggup mengubah kehidupan mereka dari kejatuhan, keterpurukan kepada hidup dalam rahmat dan kasih karunia. Bagaimana pun juga kita harus mengakui bahwa kita tidak mampu berbuat apa-apa dengan kekuatan manusiawi kita. Kita membutuhkan Tuhan untuk menebus kita, dan membaharui hidup kita hari demi hari. Banyak orang mudah sekali merasa putus asa dan menjauhkan diri dari Tuhan. Mereka berpikir bahwa Tuhan sudah lupa. Tuhan kita tidak seperti itu. Salib dan kematian menanti-Nya supaya kita memperoleh hidup kekal. Dia tidak pernah lupa!
Penginjil Markus mengisahkan sisi lain dari kehidupan Yesus bersama para murid-Nya pada hari ini. Yesus sedang berjalan menuju ke Yerusalem. Menuju ke Yerusalem berarti menuju ke titik puncak keselamatan manusia, puncak penebusan yang berlimpah karena Yesus akan menderita, wafat dan bangkit dari kematian-Nya. Ia sedang berjalan di depan menuju ke Yerusalem, tetapi yang merasa cemas dan takut justru para murid dan orang-orang yang mengikuti-Nya dari belakang. Cemas dan takut menunjukkan sikap manusiawi setiap pribadi di hadapan Tuhan, padahal yang berkurban adalah Tuhan sendiri. Bapa mengurbankan Anak-Nya yang tunggal!
Yesus mengetahui suasana bathin para murid-Nya yakni rasa cemas dan takut. Maka Ia menyadarkan mereka untuk mengerti makna sebuah penebusan yang berlimpah. Penebusan berlimpah itu bebas dari perasaan cemas dan takut karena kasih. Segala penderitaan yang dialami semata-mata karena kasih dan akan berubah karena kasih. Ia berkata: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Ia diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit” (Mrk 10:33-34).
Hal yang menarik perhatian kita adalah disposisi batin manusia di hadapan Allah. Tuhan Yesus sedang memberi penjelasan tentang perjalanan ke Yerusalem, penderitaan yang akan dialami, kematian hingga kebangkitan-Nya. Semua ini dikatakan Yesus dengan terus terang. Namun di pihak manusia yakni para murid, mereka justru berpikir secara manusiawi. Penderitaan Yesus dikonfrontir dengan nafsu manusia untuk berkuasa, mencari popularitas, kemuliaan manusiawi dan menomorduakan Tuhan. Para murid ternyata memiliki ambisi untuk berkuasa bukan untuk melayani, dan ini berbeda dengan cita-cita Yesus yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Anak-anak Zebedeus yakni Yakobus dan Yohanes adalah dua orang bersaudara yang memiliki ambisi tertentu untuk ikut memerintah bersama Yesus dalam kerajaan-Nya. Mereka berpikir tentang kerajaan manusiawi, sementara Yesus menghadirkan Kerajaan Allah yang bukan dari dunia ini.
Yesus tidak bersikap frontal terhadap ambisi kedua bersaudara ini. Ia membuka wawasan semua murid-Nya sekaligus mengoreksi mereka dengan cara yang hebat. Ia menanyakan kesediaan mereka untuk meminum cawan yang harus diminum dan baptisan yang mereka terima. Kedua bersaudara bersedia namun Yesus mengatakan bahwa hal duduk di sebelah kiri dan kanan untuk memerintah bukanlah kehendak Yesus melainkan kehendak Bapa. Semua murid-Nya mendengar dan mengamininya. Bagi Allah yang terpenting bukanlah memerintah melainkan melayani. Tuhan Yesus saja datang bukan untuk memerintah, Dia adalah pelayan sejati. Tuhan Yesus menebus kita dengan penebusan berlimpah karena Ia adalah hamba. Dia adalah Tuhan yang merendahkan diri-Nya untuk melayani.
Apa yang harus kita lakukan?
St. Petrus hari ini mengajar kita untuk bersyukur kepada Tuhan atas Penebusan berlimpah yang kita telah terima sejak pembaptisan. Bagi Petrus, kita harus bersyukur karena kita semua tahu bahwa kita telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia warisan nenek moyang kita bukan dengan barang fana, bukan juga dengan emas dan perak. Kita bersyukur karena ditebus oleh darah yang mahal yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. (1Ptr 1:18-19). Banyak kali kita lupa bersyukur atas penebusan berlimpah yang dilimpahkan kepada kita melalui Yesus Kristus. Kita berpikir bahwa semuanya biasa-biasa saja, semuanya gratis sehingga membuat kita tidak tahu bersyukur kepada Tuhan.
Tuhan Yesus dipilih sebelum dunia dijadikan untuk menjadi satu-satunya penebus karena kita adalah manusia yang lemah. Perjalanan menuju Ke Yerusalem dan karya penebusan yang dilakukan-Nya mendorong kita untuk bersatu dengan Bapa di surga. Iman dan pengharapan kita menjadi sempurna dalam Tuhan. Maka kita hendaknya hidup sebagai saudara karena kita dilahirkan kembali, kita memperoleh hidup baru dari Firman Allah. Hidup baru itu tercermin dalam ketaatan kepada kebenaran, mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, sungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hati.
Di tahun kerahiman Allah ini, marilah kita semua memohon kasih karunia dari Tuhan supaya mampu memperoleh hidup baru, kelahiran baru di dalam Tuhan. Penebusan berlimpah kita semua terima karena kerahiman Allah sendiri.
PJSDB