Sahabat sejati…
Dua orang sahabat melakukan perjalanan melewati sebuah padang gurun. Dalam perjalanan penuh perjuangan dan pergumulan ini keduanya berkelahi karena masing-masing mempertahankan pendapat tentang jalan mana yang harus mereka lewati. Karena tidak dapat mengontrol diri maka salah seorang sahabat itu menampar pipi sahabatnya. Dalam rasa sakit yang dia alami, ia menulis di atas pasir berdebu itu: “Hari ini sahabat akrabku pertama kali menampari pipiku. Sakit rasanya!”
Mereka berdua melanjutkan perjalanan dan tiba di sebuah oasis yang berbentuk kolam. Mereka berdua mandi dan ternyata airnya cukup dalam sehingga sahabatnya yang tadinya ditampar nyaris tenggelam tetapi diselamatkan oleh sahabat yang tadinya menampar. Kali ini ia menulis di atas batu: “Sahabat akrabku menyelamatkan aku di kolam ini. Aku tetap hidup karena dia menolongku!”
Sahabatnya bertanya mengapa menulis di atas pasir dan batu? Dengan berani ia mengatakan, hidup kita sebagai sahabat akan bermakna ketika kita disakiti dan kita berani menulis di atas pasir berdebu. Angin maaf akan datang dan menghapus tulisan itu. Dan yang tersisa hanya pasir tanpa bekas tulisan luapan sakit hati. Pengalaman yang baik ditulis di atas batu supaya tetap diingat bahwa sahabat yang baik selalu hadir di saat kita mengalami kesulitan dalam hidup. Dia tidak hanya tertawa saat kita tertawa tetapi ikut menangis saat kita menangis. Batu itu adalah hati kita. Luar biasa penjelasan sahabat ini. Mereka berpelukan dan melanjutkan perjalanan melewati padang penuh pergumulan.
Mari kita membangun rasa empati sebagai sahabat. Mari kita menulis segala kelemahan sahabat kita di atas pasir supaya angin maaf dan ampun cepat menghapusnya. Mari kita menulis kebaikan sahabat kita di atas batu hati kita supaya kita tetap ingat sahabat sejati yang selalu hadir dalam hidup ini. Milikilah sahabat yang empati!
PJSDB