Beragama saja belum cukup!
Salah satu fenomena yang berkembang belakangan ini adalah perasaan sensitif dalam hidup beragama. Ada sebuah kata yang menjadi tranding topic di media sosial adalah “penistaan agama”. Sebenarnya belum ada batasan atau definisi yang tepat tentang “penistaan agama”. Reaksi orang pun berbeda-beda. Ada yang sangat rasialis, anarkis, menggunakan kekerasan verbal dan fisik.
Sebenarnya ada sebuah lelucon besar! Orang mengaku beragama, seharusnya lebih dekat dengan Tuhan yang mahabaik. Tuhan yang mencintai, mengasihi dan mengampuni manusia. Ini adalah kata-kata kunci yang menyatu dengan diri Tuhan sendiri. Kata-kata ini ikut memotivasi manusia untuk tidak hanya beragama tetapi beriman kepada-Nya.
Pilihan untuk memeluk agama tertentu adalah sebuah hak asasi. Orang tidak boleh memaksa orang lain untuk memeluk suatu agama tertentu. Artinya, setiap orang bebas untuk memeluk suatu agama di hadirat Tuhan. Orang lain diharapkan untuk menghormati sesamanya yang sudah memeluk suatu agama. Orang yang sudah memeluk agama diharapkan untuk hidup sesuai dengan ajaran agamanya. Ia tidak harus ikut mengatur kehidupan agama orang lain.
Apakah orang beragama itu beriman?
Saya berpendapat bahwa Orang yang beragama belum tentu beriman. Iman adalah anugerah istimewa dari Tuhan. Orang beriman harus menyerupai Tuhan yang mahabaik. Kekeliruan lain yang sedang terjadi saat ini adalah anggapan terhadap pemeluk agama tertentu sebagai orang kafir. Lucu! Orang kafir tetapi ia masih punya waktu untuk berdoa dan berpasrah kepada Tuhan. Orang kafir masih mempunyai hati nurani untuk menolong sesama lain. Orang tidak hanya beragama, harus beriman!
Dalai Lama, pemimpin spiritual dari Tibet pernah berkata: “Semua tradisi agama utama pada dasarnya membawa pesan yang sama yakni, cinta, kasih sayang dan pengampunan. Hal yang penting adalah hal-hal tersebut harus menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.”
Semangat selalu!
PJSDB