Hari Sabtu, Pekan Paskah ke-V
Kis 16:1-10
Mzm 100:1-2.3.5
Yoh 15:18-21
Mengikuti Jejak Kristus
Banyak di antara kita mungkin pernah mengenal dan membaca sebuah buku rohani berjudul: “De Imitatione Christi” (Mengikuti jejak Kristus). Buku ini ditulis oleh Thomas A Kempis dalam bahasa Latin pada tahun 1418-1427. Buku ini juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan sangat populer sebagai buku pegangan untuk memajukan kehidupan rohani. Ada empat bagian penting dalam buku ini yakni buku pertama mengenai kehidupan rohani di dalam biara, buku kedua dan ketiga tentang kehidupan batin dan kerohanian Kristen dan buku keempat tentang perjamuan kudus. Buku yang super laris pada abad pertengahan ini membantu kita untuk mengikuti jejak Kristus dengan mawas diri, rendah hati, berdisiplin dan mempercayakan diri kita kepada Tuhan Allah.
Saya tidak bermaksud untuk membahas buku “De Imitatio Christi” dalam homili hari ini. Tetapi saya memilih judul buku ini untuk menginspirasi perjalanan rohani kita hari ini, yakni mengikuti jejak Kristus. Sebagai orang yang dibaptis, kita mengakui diri sebagai orang Kristen atau pengikuti Kristus. Kata Kristen berarti Kristus kecil. Maka orang Kristen berarti orang yang hidupnya serupa dengan Kristus kecil yang sedang berada di dunia saat ini. Artinya, hidup orang kristen haruslah menyerupai hidup Tuhan Yesus Kristus sendir. Singkatnya, kita harus mengikuti jejak kaki Kristus. Yesus berkata: “Mari dan lihatlah” (Yoh 1:47). Seperti para rasul perdana, kita juga datang dan melihat di mana Yesus berada dan tinggal bersama-Nya. Sakramen pembaptisan yang sudah kita terima membuka pintu keselamatan bagi kita untuk datang dan tinggal bersama-Nya. Sebab itu hidup kita dari hari ke hari hendaknya semakin menyerupai hidup Tuhan Yesus Kristus.
Tuhan Yesus dalam wejangan perpisahan-Nya berkata: “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku. Sekiranya kamu dari dunia, tentu dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, sebab Aku telah memilih kamu dari dunia; maka dunia membenci kamu”. Yesus membuka wawasan kita untuk mengerti dua daerah yang berbeda satu sama lain. Pertama, bersatu dengan Tuhan berarti mendiami daerahnya Tuhan yakni surga yang terang, penuh kasih, damai dan sukacita. Kedua, mendiami daerah bumi berarti daerah yang penuh dosa, kegelapan, kedagingan, kemalangan bahkan kematian. Kita berusaha untuk mencari tempat tinggalnya Tuhan karena kita milik Tuhan.
Selanjutnya Tuhan Yesus sekali lagi mengingatkan kita untuk sadar diri sebagai sahabat-Nya. Ia menyapa kita sebagai sahabat bukan sebagai hamba. Seorang hamba tidaklah lebuh tinggi daripada tuannya. Karena Yesus adalah sahabat maka pengalaman-Nya adalah pengalaman kita juga. Sebab itu Ia mengatakan bahwa jikalah orang menganiaya Dia maka kita sebagai pengikut-Nya juga akan mengalami hal yang sama. Jika mereka menuruti firman Tuhan Yesus maka pewartaan kita sebagai pengikut-Nya juga akan mereka ikuti. Kalau mereka tidak mengenal Allah Bapa yang telah mengutus Yesus Kristus maka mereka juga akan menganiaya para pengikut-Nya. Hal ini sudah dikatakan sendiri oleh Yesus begini, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Mat 5:11-12).
Bacaan Injil hari ini sangat inspiratif karena membuka pikiran kita untuk mengikuti jejak Kristus. Kita semakin hari haruslah semakin dekat dengan hidup Yesus Kristus sendiri. Dia menderita untuk kebaikan banyak orang, kita pun demikian hendaknya. Penderitaan yang kita alami setiap hari berguna untuk melengkapi penderitaan Kristus yang masih kurang yakni Gereja-Nya sendiri.
Dalam bacaan pertama kita mendengar perjumpaan antara Paulus dan Timotius. Timotius dikenal sebagai orang baik dan dari keluarga yang baik-baik di Listra dan Ikonium. Pelayanan lain yang dilakukan Paulus dan Silas pasca konsili di Yerusalem adalah mensosialisasikan hasil kesepakatan konsili Yerusalem kepada segenap jemaat. Mereka mengharapkan supaya jemaat mendengar dan melakukan hasil konsili dan juga semoga iman mereka semakin diteguhkan. Perjalan Paulus dan Silas selalu mengikuti gerakan Roh Kudus. Mereka tidak bisa pergi sesuka hati mereka namun mereka harus taat pada kuasa Roh Kudus.
Dikisahkan juga bahwa pada malam harinya Paulus mendapat penglihatan bahwa ada seorang Makedonia yang berkata kepada-Nya: “Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!” (Kis 16:9). Paulus menyadari bahwa Tuhan Allah memanggilnya untuk ikut mewartakan Injil di Makedonia. Paulus dan Silas mengikuti jejak Kristus yang berkeliling dan berbuat baik. Hal yang penting di sini adalah kesiapan untuk mentaati kehendak Allah melalui Yesus Putera-Nya dalam Roh Kudus. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mengikuti kehendak Allah dan menjadi serupa dengan Yesus Kristus sendiri?
PJSDB