Homili 19 Mei 2017

Hari Jumat, Pekan Paskah ke-V
Kis 15: 22-31
Mzm 57: 8-9.10-12.
Yoh 15:12-17

Inilah Perintah-Ku…

Banyak orang mungkin mengalami kesulitan tertentu ketika mendengar kalimat ini: “Inilah perintah-Ku”. Perintah atau komando tertentu dari seorang pimpinan dalam budaya tertentu atau dalam suatu organisasi tertentu sering diasosiasikan dengan sistem represif, atau disertai dengan aneka kekerasan verbal dan kekerasan fisik. Banyak orang  memperhatikan perilaku dari orang yang memberi perintah atau komando, apakah dia berwibawa dan patut ditaati atau bisa dilawan. Ini beberapa kondisi praktis yang sering kita alami dalam keseharian hidup kita. Mungkin anda dan saya adalah orang yang mengalaminya sebagai yang mendengar perintah untuk melaksanakannya atau yang memberi perintah kepada orang lain.

Banyak orang berpikir bahwa ketika memberi perintah atau penugasan kepada orang lain adalah hal yang mudah. Yah, kelihatannya memang mudah tetapi sebenarnya tidaklah seperti yang kebanyakan orang pikirkan. Mengapa? Sebab ketika seseorang memberi perintah maka ada kondisi seperti ini: apakah perintahnya itu dapat didengar dan ditaati sesamanya atau tidak. Banyak kali orang yang memberi perintah perlu berdoa supaya mampu membangun komunikasi yang bagus saat memberi perintah kepada orang lain. Harapannya adalah orang yang mendengar perintah itu dapat melaksanakannya dengan baik.

Tuhan Yesus dalam wejangan perpisahan-Nya berkata kepada para murid-Nya: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabat-Nya” (Yoh 15:12-13). Tuhan Yesus mengetahui kehidupan pribadi para murid-Nya. Ia sudah tinggal  bersama mereka selama tiga tahun. Ia sudah mengajar mereka banyak hal dan melakukan tanda-tanda heran di hadapan mereka. Ia mendoakan mereka dan menunjukkan teladan untuk melayani dan mengasihi bahkan memberikan nyawa-Nya bagi mereka. Sebab itu Ia memberi perintah baru kepada mereka. Perintah baru dari orang yang lebih dahulu menunjukkan teladan mengasihi. Ia memberi perintah dari apa yang dialami-Nya sendiri yakni melakukan perintah Bapa di Surga. Maka Yesus memberi perintah baru dari hidup-Nya sendiri.

Selanjutnya, Yesus menyapa para murid sebagai sahabat-sahabat bukan sebagai hamba. Ia sendiri sudah merendahkan diri-Nya sebagai hamba supaya menjadikan kita sebagai sahabat sekaligus anak-anak Allah. Kita menjadi sahabat Yesus kalau kita mampu melakukan perintah-perintah-Nya. Para murid adalah sahabat-sahabat mempelai yang selalu berbahagia disaat bahagia dan bersedih di saat duka (Mat 9:15). Para sahabat bertugas untuk melanjutkan semua karya Yesus di dunia ini. Apakah kita adalah sahabat-sahabat Yesus?

Yesus juga mengatakan bahwa tugas-Nya adalah memilih dan menetapkan orang-orang untuk menjadi para sahabat-Nya. Para sahabat mendapat perintah untuk saling mengasihi dan pergi untuk menghasilkan buah yang berlimpah yakni kasih dan sukacita sebagai anak-anak Allah. Tugas kita adalah mentaati kehendak Tuhan Yesus yang memanggil, memilih dan menetapkan untuk menjadi sahabat-sahabat-Nya.

Dalam bacaan pertama kita mendengar perintah-perintah yang berasal dari semua kesepakatan yang diambil dalam Konsili pertama di Yerusalem. Para peserta Konsili pertama di Yerusalem memilih beberapa orang yang akan diutus ke Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas. Mereka yang terpilih adalah Yudas yang disebut Barsabas dan Silas. Barsabas dan Silas adalah orang yang terpadang di antara semua saudara. Mereka mendapat perintah dari para Bapa Konsili untuk membawa surat kepada jemaat di Antiokhia, Siria, Kilikia dan bangsa-bangsa yang lain.

Inilah isi suratnya: “Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus. Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini juga kepada kamu. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat.” (Kis 15: 23-29).

Barsabas dan Silas adalah model ketaatan dalam hidup Kristiani. Mereka terpilih karena rahmat Tuhan.  Mereka membawa perintah berupa kesepakatan penting untuk dilakukan di dalam hidup kristiani. Jemaat yang mendengar isi surat ini merasa penuh sukacita karena isi surat ini sangat menghiburkan. Mereka merasa diri bukan lagi sebagai orang asing atau orang buangan. Mereka adalah manusia yang mengalami penebusan dalam diri Yesus Kristus. Barsabas dan Silas mengambil tugas penting untuk menyampaikan isi pesan Allah karena mereka juga pilihan Allah yang akan mewartakan Injil. Apakah anda juga seorang pilihan?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply