Renungan 25 Pebruari 2012

Yes 58:9b-14; Mzm 86:1-6; Luk 5:27-32

Dia memanggil orang berdosa…

Seorang Bapa setelah selesai mengaku dosa menyatakan suka citanya kepadaku. “Aku merasa sangat bahagia hari ini karena aku boleh berkata jujur kepada Tuhan dalam pengakuan dosa kali ini” katanya kepada saya. “O ya. Mengapa demikian?” saya bertanya. “Selama ini kadang saya tidak jujur dalam pengakuan dosa-dosaku. Tetapi hari ini saya jujur mengakuinya dan merasa legah karena Tuhan mengampuniku” katanya kepadaku.

Tuhan Yesus senantiasa berjalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Ketika berjumpa dengan Lewi sang pemungut cukai, Ia memanggilnya: “Ikutlah Aku” dan Lewi meninggalkan semua pekerjaannya, berdiri dan mengikuti Yesus. Sebagai jawaban atas panggilan Tuhan padanya, Lewi melakukan perjamuan besar untuk Yesus dan yang turut makan dalam perjamuan itu adalah para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Sungguh perasaan Lewi adalah suka cita karena “Pengampunan yang Kau beri Pulihkanku…” Namun demikian orang-orang Farisi tidak melihat perbuatan baik yang dilakukan Yesus yang berani memanggil orang berdosa untuk bertobat tetapi melihat situasi nyata Yesus yang makan bersama kaum pendosa.

Perjumpaan dengan Yesus secara pribadi dapat mengubah seluruh hidup kita. Lewi mengalaminya. Ia berubah dari Lewi menjadi Matius, dari pemungut cukai menjadi penulis Injil. Itulah rencana Tuhan bagi setiap pribadi. Kerendahan hati Matius dan kesiapannya untuk bertobat dan menerima Yesus itulah yang membuatnya menjadi baru. Perjumpaan pribadi dengan Yesus bisa dialami dalam saat kita berekaristi dan mengakui dosa-dosa kita. Pada saat itu kerahiman Tuhan kita alami karena Ia juga membagi diriNya untuk kita.

Pengikut Kristus yang setia tidak akan merasa tergoda dengan kaum pendosa dan perbuatannya. Kita memang tidak menyukai perbuatan dosanya tetapi pribadinya sebagai manusia tetaplah menjadi sesama kita. Apabila dia berada dalam kesulitan maka tugas kita adalah menolongnya, mengentasnya dari pergumulannya. Terkadang kita memang hanya memandang perbuatan dosanya dan denan demikian langsung menolak pribadi orang tersebut. Yesus sendiri tidak takut bergaul dengan kaum pendosa. Ia justru mengubah hidup mereka dengan kehadiranNya.  

Apa yang harus kita lakukan? Pertama, Jangan pernah berlaku sebagai orang Farisi modern yang hanya melihat kesalahan orang tanpa berani mengoreksi diri sendiri. Adalah lebih mudah melihat kesalahan orang lain dari pada melihat dan mengoreksi diri sendiri. Kedua, Lakukanlah perbuatan amal kasih kepada kaum miskin dan papa dan Tuhan akan membalasnya kepadamu. Perbuatan kasih itu laksana terang yang menerangi orang lain dalam kemiskinan dan kegelapan akibat dosa. Jangan pernah berhenti berbuat baik dan mengasihi.

Doa kita: Tuhan ajarilah kami jalan-jalanMu!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply