Komentar Injil Yohanes 6:48-58

Bacaan:

48 Akulah roti hidup. 49 Nenek moyangmu telah makan mP. John SDBanna di padang gurun dan mereka telah mati. 50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. 51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” 52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” 53 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. 54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. 58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”

Komentar:

Dengan membaca Bab VI Injil Yohanes, kita mendapat informasi bahwa Yesus berada di Galilea dan kita semua sebagai pembaca dan pendengar bacaan ini diundang untuk mengikuti sang Maestro di saat-saat yang penting sekaligus krusial dalam pelayananNya di depan umum: penyataan diri Yesus sebagai roti hidup, dilanjutkan dengan keputusan iman dari manusia untuk mengikutiNya.

Bab ini terbagi atas beberapa bagian:

  1. Yesus memperbanyak roti (6:1-15)
  2. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
  3. Yesus adalah roti hidup (6:22-59)
  1. Mencari Yesus (6:22-24)
  2. Dari karya Allah kepada iman (6:25-29)
  3. Roti surga adalah Yesus (6: 30-40)
  4. Skandal tentang asal muasal Yesus (6: 41-51a)
  5. Daging dari Anak Manusia adalah Yesus (6:51b-59)
  1. Yesus mengundang para muridNya untuk mengambil keputusan (6:60-71)
  1. Yesus mengetahui ketidakpercayaan para muridNya (6:60-66)
  2. Yesus menghendaki iman dari keduabelas Rasul (6:67-71)

Fokus perhatian kita adalah pada ayat 48-58. Bagian ini merupakan bagian yang berkaitan dengan “skandal asal muasal Yesus” dan “Daging Anak Manusia untuk dimakan.”

48-51: Akulah roti hidup. Setelah mengetahui identitas Yesus yang sebenarnya (ayat 41-47) maka pada bagian ini dibahas tentang roti hidup, iman dan hidup kekal. Ayat 48 ini menjadi tema central diskursus Yesus tentang roti hidup. Ayat 49: “Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.” Di sini Yesus berusaha mempertentangkan apa yang orang-orang Yahudi pahami tentang manna di padang gurun pada ayat 31 sebelumnya (6:31: “Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberiNya makan roti dari surga). Bagi Yesus, manna hanyalah material berupa roti sederhana yang TIDAK memberi hidup. Nyatanya orang-orang Ibrani mati di padang gurun meskipun sudah makan manna.

50-51ab: Roti hidup itu turun dari surga. Dan yang memberi HIDUP adalah Yesus sendiri. Perhatian kita pada kata ROTI bukan roti-roti! Pada ayat 48 Yesus berkata, “Akulah Roti Hidup” sedangkan pada ayat 51 dapat diartikan: “Akulah Roti pemberi kehidupan”.  Roti hidup adalah roti yang benar-benar turun dari surga dan memberi kehidupan kekal kepada siapa yang memakannya. Ini berbeda dengan manna sebagai roti yang dimakan nenek moyang mereka dan mereka telah mati. Yesus adalah Sabda Allah yang menjelma (inkarnasi), sebuah kebenaran (Truth) yang menjadi tanda kehadiran Bapa. Maka pemahaman kita akan Roti hidup yang turun dari surga adalah peristiwa INKARNASI atau penjelmaan Sabda Allah menjadi Daging dalam diri Yesus Kristus.

51c: “Roti yang akan Kuberi itu adalah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Diskursus berlanjut dengan sebuah elemen yang baru yaitu “Daging Yesus” atau “Tubuh Yesus”. Daging ini merujuk pada TUBUH YESUS yang menderita di kayu salib. Daging (sarx) dalam Kitab suci bukan daging dalam pemahaman keseharian kita tetapi yang dimaksud adalah pribadi manusia dengan realitasnya yakni tubuh yang lemah di hadapan Allah yang Mahakuasa.  Disini menunjukkan realitas manusiawi Sabda ilahi yan menjelman menjadi daging (Yoh 1:14) yang dipersembahkansebagai makanan bagi keselamatan dunia. Roti diidentifiaksi dengan Tubuh Yesus. Tentu saja di sini perlu dipahami bahwa roti bukan dalam arti metaforis sebagaimana diungkapkan Yesus (ayat 35) dna telah diberikan oleh Bapa (ayat 32: BapakKu memberi…) tetapi yang dimaksudkan adalah roti ekaristi. Roti hidup identik dengan pribadi Yesus sedangkan roti ekaristi adalah Tubuh Yesus yang akan Ia persembahkan sendiri di masa depan (akan Kuberi! Di ayat 51). Dengan wafat di kayu Salib Yesus sendiri menguduskan roti dan anggur lambing Tubuh dan DarahNya (Perjamuan malam terakhir). “Hidup dunia” artinya keselamatan yang diberikan Yesus bersifat universal dan ini dapat dipahami dalam perayaan ekaristi.

52: Orang-orang Yahudi bereaksi secara negative terhadap sabda Yesus: “bagaimana Ia dapat memberi dagingNya untuk dimakan”. Ini ungkapan ketidak percayaan orang-orang Yahudi pada Yesus.

53: Yesus mempertegas pengajaranNya. Kali ini bukan hanya tentang “Daging  untuk dimakan” tetapi ia menambahkan “Darah untuk diminum”. Ini betul-betul sakrilegi bagi orang-orang Yahudi. Mereka tahu bahwa menyentuh sesuatu yang berdarah itu najis karena darah itu mengandung kehidupan (Kej 9:4; Im 3:17; Ul 12:16.23-25). Yesus merujuk pada peristiwa sengsara dan wafatNya dan dikaitkan dengan liturgi sacramental. “Kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” artinya: ketika kita menerima Tubuh dan darah Kristus dalam liturgy Ekaristi, kita mengantisipasi pengalaman hidup kekal dalam Yesus.

54: “Siapa yang makan dagingKu (mengunya) dan minum DarahKu akan mempunya hidup kekal” Jadi Hidup kekal itu dimulai saat ini berhubungan dengan kebangkitan Kristus! (ada beda rasa antara ayat 53: makan dagingKu dan ayat 54 mengunya dagingKu).

55: “Karena dagingKu adalah makanan yang benar” Ini adalah penegasan perikop ekaristi (ayat 51c-58) untuk mendorong kita menyambut Ekaristi Kudus. Jadi makanan dan minuman yang benar adalah Tubuh dan Darah Kristus yang memberi hidup kekal berlawanan dengan manna yang dimakan dan mati dikemudian hari.

56-57: “Siapa yang mengunya dagingKu…tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”.  Ini adalah ekspresi imanensi Yesus bagi umat beriman (Yoh 14:20; 15:4dst; 17:20 dst).  Kehidupan Yesus diidentifikasi dengan Bapa di Surga. Maka umat beriman juga dipanggil untuk berpartisipasi dalam kehidupan intim Bapa dan Putera melalui Ekaristi yang mempersatukan Tubuh Yesus yang rohani dan mulia di surga. Yesus hidup dari Bapa dan untuk Bapa. MakananNya adalah melakukan kehendak Bapa. Maka siapa yang makan Tubuh Kristus yang dikurbankan, dengan sendirinya masuk dalam persekutuan dengan Yesus dan Bapa di Surga.

58: “Inilah roti yang telah turun dari Surga…” Ayat ini hanya mempertegas diskursus yang sedang terjadi. Kasih Allah menjadi sempurna dalam diri Yesus yang dikurbankan. Dia menjadi roti hidup, roti ekaristi (memorial) yang memberi kehidupan kekal kepada orang yang menerima dan memakanNya.

Pemahaman

Diskursus ini dilakukan Yesus di Galilea untuk menyadarkan pedengarNya tentang identitas diriNya dan pengurbanan diriNya sebagai makanan rohani dalam Ekaristi. Di sini Yesus berusaha menjelaskan diriNya sebagai Sabda yang menjadi Daging (Inkanasi) dan kurban kekalnya di Salib untuk keselamatan manusia serta memorial yakni kenangan kurban Kristus dalam Ekaristi hingga saat ini dalam Gereja.

Perlu diketahui bahwa Injil bukan sebuah catatan kronologis. Oleh karena itu apa yang ditulis di sini memiliki dua aspek penting: Pertama, Sabda Yesus itu diucapkan sebagai pengajaran di Galilea. Jadi ini ucapan asli Yesus tetapi bukan secara kronologis (kita masih di bab 6). Kedua, Komunitas Yohanes yang menulis dan merenungkan Injil ini memahami konteks ucapan Yesus secara menyeluruh dari peristiwa Inkarnasi sampai Gereja yang hidup hingga saat ini melalukan memorial. Jadi sabda Yesus tetap menjadi Sabda hidup hingga saat ini.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply