Renungan 10 April 2012

Hari Selasa Oktaf Paskah

Kis 2: 36-41 
Mzm 33:4-5.18-19.20.22
Yoh 20:11-18


“Aku telah melihat Tuhan”

(Yoh 20:18)

Maria Magdalena! Wanita yang satu ini menjadi sorotan banyak orang yang membaca atau belum membaca Kitab Injil. Dia adalah salah seorang pengikut Yesus Kristus, murid perempuan yang paling terkenal. Di dalam Injil, namanya disebut 12 kali terutama yang berhubungan dengan peristiwa penyaliban dan kebangkitan Yesus. Peran pentingnya adalah sebagai orang pertama yang bertemu Yesus setelah bangkit dari kematian, dan orang pertama yang mengabarkan tentang “Yesus yang bangkit” kepada murid-murid yang lain. Di masa lalunya, ia disembuhkan oleh Yesus dari penyakitnya, yaitu yang dicatat: “Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.” (Mrk 16: 9). “Dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat” (Luk 8: 2).

Penginjil Yohanes mengisahkan bagaimana Maria Magdalena mencari Yesus. Ia melihat makam Yesus sudah kosong. Secara emosional, ia merasa kehilangan Yesus maka ia pun menangis. Ia menjenguk ke dalam makam Yesus dan melihat dua orang malaikat yang berpakaian putih di sebelah kiri dan kanan kepala Yesus. Mereka bertanya kepada Maria Magdalena tentang alasan mengapa ia menangis. Ia menjawab: “Tuhanku telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.”  (ayat 13). Kata-kata Maria Magdalena ini merupakan ungkapan emosional, manusiawi di mana ia mencari Yesus masih pada level manusia Yesus, belum Yesus sebagai Tuhan yang mulia.

Ketika berbicara langsung dengan Yesus yang sudah bangkit mulia Maria masih mengungkapkan perasaannya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.” (ayat 16). Yesus mengenal dan merasakan pencarian Maria Magdalena dan memanggilnya “Maria”. Pada saat itu Maria Magdalena mengenal Yesus dan menyapaNya “Guruku” Maria Magdalena mendapat tugas sebagai utusan, “Pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku pergi kepada Bapaku dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu.” (ayat 17) Dengan sukacita Maria Magdalena bersaksi, “Aku telah melihat Tuhan dan Tuhan mengatakan semua hal ini.” (ayat 18).

Kita melihat proses formasi iman Maria Magdalena. Maria Magdalena sebelumnya sudah bertemu dengan Yesus. Perasaan Maria Magdalena tentang Yesus lebih didominasi oleh perasaan manusiawi. Mungkin karena ia banyak memberi sumbangan untuk komunitas Yesus dan hampir setiap hari ada bersama Yesus. Maka pengenalan akan Yesus juga sangat manusiawi. Ini diperkuat dengan proses pencariannya akan Yesus. Ungkapan diri dengan menangis, mau mengambil Yesus menunjukkan sifatnya yang posesif. Tetapi Tuhan mengantar dia sampai pada pengenal dirinya. Ketika namanya dipanggil, ia mengalami pencerahan diri. Dari situ ia siap diutus untuk memberi kesaksian. Inilah yang disebut pengalaman pemuridan.

Petrus dan para Rasul lainnya juga memiliki pengalaman yang mirip Maria Magdalena. Setelah tinggal bersama Yesus, mereka juga belum mengenal secara mendalam tentang siapa Yesus sebenarnya. Memang, Petrus pernah mengakui di suatu kesempatan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Tetapi pengakuan seperti ini belum cukup dipahami maka Ia juga masih menyangkal Yesus. Tetapi ketika dikuatkan oleh Roh Kudus pada hari Pentekosta, ia dengan berani berkata: “Seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus yang kamu salibkan itu menjadi Tuhan dan Kristus.” Pengakuan Yesus sebagai Tuhan dan Kristus menjadi pokok pewartaan atau kesaksiannya. Ini pertumbuhan iman yang menjadi iman yang matang.

Pewartaan Petrus ini menggugah hati banyak orang. Mereka menjadi percaya maka sebagai ungkapan iman, mereka dibaptis dalan nama Yesus Kristus sebagai tanda pengampunan dosa sehingga mereka juga dapat menerima Roh Kudus. Petrus juga mengajak penduduk Yerusalem: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini”. (ayat 40).

Sabda Tuhan mengundang kita untuk menyadari proses pemuridan yang kita alami sebagai orang yang dibaptis. Pengenalan akan Allah dan pertumbuhan iman hendaknya berkembang sampai pada tahap mengenal Yesus sebagai Putera Allah yang hidup, Dia yang wafat dan bangkit dengan mulia. Jadi Yesus bukan hanya sekedar orang Nazaret yang lahir di Betlehem, ibunya Maria dan bapaNya Yosef tetapi lebih dari itu Dia juga Anak Allah yang hidup! Dia yang telah wafat dan telah bangkit dengan mulia. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus bangkit dengan mulia? Atau kita hanya terpancing secara emosional dan berhenti. Iman kita kepada Yesus harus matang!

Iman yang matang akan mendorong kita untuk bersaksi. Maria Magdalena berubah dari gerakan emosional ke pengalaman iman yang matang: “Aku telah melihat Yesus dan Dia berbicara kepadaku tentang semuanya ini!” Atau seperti Petrus yang berkata: “Yesus yang kamu salibkan itu telah menjadi Tuhan dan Kristus!” (ayat 36). Iman yang matang membuat orang berani melakukan apa saja yang penting untuk pertumbuhan imannya. Mampukah kita menjadi saksi? Imanilah Kristus dan berilah kesaksian yang benar!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply