Da Mihi Animas Cetera Tolle

Buah permenungan filsafat, teologi dan psikologi, juga berisi homili harian berdasarkan bacaan harian Liturgi Gereja Katolik

  • Home
  • Renungan
  • Bible
  • Teologi
  • Filsafat
  • Psikologi
  • Don Bosco
  • Spiritualitas Pria Katolik
  • Saint a Day

Archives for October 2012

Renungan 26 Oktober 2012

26/10/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Jumat, Pekan Biasa XXIX

Ef 4:2-3

Mzm. 24:1-2.3-4ab.5-6

Luk: 12:54-59

Hiduplah sepadan dengan Panggilanmu!

Seorang Bapa dalam sharing keluarga, mengungkapkan bahwa ia merasa sebagai Bapa untuk anak-anak dan sebagai suami yang sukses. Ia merasa sukses karena selalu melihat hal-hal yang terbaik dalam diri istri dan anak-anaknya dan berusaha melupakan kelemahan dan kesalahan mereka. Dia bahkan berjanji untuk setia dalam panggilan sebagai seorang bapa di dalam keluarga. Seorang ibu juga mengakui diri sebagai istri yang bahagia karena selalu terbuka dan berkomunikasi baik dengan suaminya. Dia juga mendidik anak-anak untuk bertumbuh dalam kasih. Seorang Romo juga merasa bahagia dengan panggilannya. Meskipun banyak kesulitan dalam hidup dan pelayanan sebagai imam namun ia tetap merasakan kasih Tuhan yang tiada habis-habisnya. Dari situ ia berjanji untuk menjadi Romo yang baik untuk umat dan Tuhan.


Beberapa kesaksian di atas membuka wawasan kita untuk memahami panggilan sebagai anugerah yang indah dan berharga dari Tuhan. Oleh karena itu rasa syukur atas panggilan hidup perlu dimiliki oleh setiap orang. Kadang-kadang orang lupa bersyukur untuk menjadi bapa, ibu, anak atau syukur atas jabatan tertentu dalam berkarya. Mungkin orang lebih suka menunggu manakala ada kesulitan baru mendekatkan diri pada Tuhan. Padahal, dalam situasi apa saja orang harus setia dalam panggilannya.


Santo Paulus menunjukkan teladan yang baik. Dari dalam penjara Paulus mengingatkan jemaat di Efesus untuk tidak menyia-nyiakan pewartaannya. Dia telah bekerja keras menghadirkan Injil maka kiranya jemaat Efesus hidup mereka sepadan dengan panggilan mereka sebagai pengikut Kristus. Orang kristiani berarti orang yang hidup dalam jalan Tuhan. Hari demi hari Yesus adalah segalanya bagi mereka.


Lebih jelas Paulus menulis: “Hendaklah kalian selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera. Satu tubuh, satu Roh, sebagaimana kalian telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu”. Kebajikan-kebajikan kristiani seperti rendah hati, lemah lembut dan sabar adalah kebajikan dasar yang kalau dihayati dengan baik akan membuat semua orang menjadi satu. Pikirkanlah, apakah anda orang yang rendah hati? Apakah anda orang yang lemah lembut? Apakah anda juga orang yang sabar? Apakah anda juga orang yang mampu mengasihi?


Persekutuan sebagai umat Tuhan dapat berjalan dengan baik kalau orang rendah hati, lemah lembu dan sabar. Seringkali kebajikan-kebajikan kristiani ini disepelekan. Bagaimana jemaat dapat berkembang dan membangun persekutuan kalau orang hidupnya jauh dari ajaran Tuhan? Paulus juga mengingatkan mereka bahwa Roh Kudus berkarya dan mempersatukan mereka. Persekutuan dalam Roh akan membuat mereka merasakan sebuah persaudaraan yang penuh kedamaian dan kasih. Dengan semangat ini, mereka juga akan merasakan kehadiran Tuhan yang esa, yang selalu mencintai mereka.


Menjadi pertanyaan kita adalah apa yang harus kita lakukan? Di dalam bacaan Injil, Yesus memberi satu rumusan: “Kita harus pandai membaca tanda-tanda zaman!” Di dalam  peredaran waktu, semua orang perlu merasakan kehadiran Tuhan. Dia yang menciptakan alam semesta, Dia juga hadir dan menunjukkan diriNya lewat ciptaanNya. Maka hiduplah sepadan dengan panggilanmu.


Doa: Tuhan bantulah kami untuk menjadi saudara! Amen


PJSDB

Renungan 25 Oktober 2012

25/10/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Kamis, Pekan Biasa XXIX

Ef 3:14-21

Mzm 33:1-2.4-5.11-12.18-19

Luk 12:49-53

Bukan damai melainkan pertentangan!


Pada hari-hari ini Yesus berbicara tentang akhir zaman di mana Ia sendiri akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Harapan Yesus adalah setiap orang yang mengimaniNya memiliki sikap berjaga-jaga, selalu siap siaga menanti kedatanganNya. Sikap sebagai abdi atau hamba yang setia kiranya menginspirasikan kita semua untuk siap dengan hati yang murni menyambut kedatanganNya kembali. Pertanyaan mendasar bagi kita adalah, apakah kita memiliki hati yang terarah hanya kepada Yesus? Apakah kita memiliki kerinduan yang mendalam terhadap Tuhan Yesus? Sebagai orang percaya, Yesus hendaknya menjadi satu-satunya sahabat yang terbaik bagi kita.


Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengatakan suatu hal yang sangat mengherankan kita semua. Kalau sebelumnya Ia mengingatkan kita supaya berjaga-jaga maka rasanya kita bisa melakukannya dengan mudah. Tetapi dalam perikop Injil kita, Ia berkata, “Aku datang untuk membawa api ke atas bumi dan betapa Aku harapkan agar api itu menyala”. Apa yang anda pikirkan tentang Api? Mungkin banyak di antara kita langsung berpikir tentang Api sebagai simbol cinta kasih, injil atau karunia Roh Kudus. Yesus tidak bermaksud mengatakan Api dalam arti seperti ini. Ia justru mau mengatakan tentang Api yang berfungsi untuk memurnikan, membakar semua yang lapuk, memberi kehangatan dan  menunjang kehidupan. Ini adalah Api pengadilan ilahi yang dapat menghancurkan semua orang yang tidak mau menyerahkan diri kepadaNya. Api yang dapat membantu manusia untuk mengambil keputusan yang tepat untuk mengikuti Yesus atau tidak mengikutiNya.


Api menjadi simbol ilahi untuk memurnikan umat manusia (Yes 66:15-16; Yeh 38:22; Yer 5:14 dan Sir 48:1). Api memurnikan orang-orang benar sedangkan orang-orang jahat dihancurkan (Mal 3:2-5). Yesus memurnikan manusia melalui peristiwa Paskah yang akan dialamiNya sendiri. Ia pergi ke Yerusalem untuk menderita, sengsara dan wafat bagi manusia yang berdosa. Penebusan berlimpah yang Yesus lakukan laksana Api yang memurnikan hidup manusia. Bagi Penginjil Lukas, Api juga dapatlah menjadi simbol Roh Kudus (Luk 3:16) karena Yesus membaptis dengan Roh Kudus. Konsekuensinya adalah setiap orang yang menerima Api ini harus mengambil bagian dalam karya penyelamatan Yesus. Harapan Yesus adalah “Api itu tetap menyala!”  


Selanjutnya Yesus berkata, “Aku harus menerima baptisan dan betapa susahnya hatiKu sebelum hal itu berlangsung”. Yesus sendiri mengetahui segala yang akan menimpa diriNya. Yesus sudah tahu tentang Peristiwa Paskah Agung yakni Ia akan menderita, sengsara sampai wafat di atas kayu salib yang hina. Ini adalah bentuk pembaptisanNya. Yesus adalah pemimpin dan menjadi orang pertama yang akan mati di atas kayu Salib, dan bangkit dengan mulia. Peristiwa Paskah yang dialami oleh Yesus menjadi tanda pembaptisanNya. Apa hubungannya dengan kita? Paulus menulis, “Kamu tahu, bahwa dalam pembaptisan  yang menyatukan kita dengan Kristus, kita semua dibaptis dan dibenamkan dalam kematianNya. Tetapi oleh pembaptisan dalam kematianNya  kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Kristus dan seperti Kristus kita juga dibangkitkan. Kita bersatu dengan Kristus dalam kematianNya” (Rom 6:3-5).


Yesus berbicara dengan jelas tentang Api, perjuangan dan pemisahan. Penginjil Lukas memiliki satu maksud yang mulia yakni menunjukkan kemiripan antara para murid dengan Yesus sang Maestro. Jadi Yesus menerima pembaptisan di Sungai Jordan memiliki konsekuensi bagi setiap orang yang mengikutiNya. Baptisan bagi Yesus adalah pengalaman PaskahNya, dan baptisan bagi manusia yang percaya pada Yesus. Dengan pembaptisan manusia juga mengalami wafat dan kebangkitan Kristus (Rom 6). Kristus menginginkan Api yang memurnikan dan mengubah. Pengikut Kristus menerima Api Roh Kudus pada Hari Raya Pentekosta. Api yang mengubah hidup para Rasul untuk mengabdi, menjadi saksi dan pewarta Injil (Kis 2). Kristus membawa pemisahan, manusia adalah pribadi yang mencintai damai. Damai adalah titipan Tuhan sendiri (Yoh 14:7) dan siapa yang membawa damai akan disebut Anak-anak Allah (Mat 5:9).


Pada akhirnya Yesus berkata, “Kamu menyangka Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pertentangan.” Pertentangan akan terjadi dalam keluarga dan lingkungan hidup. Setiap pribadi juga boleh bertanya dalam dirinya apakah ia berada di pihak Yesus atau bukan berada di pihak Yesus. Orang yang berada di pihak Yesus tentu memperoleh keselamatan, orang yang tidak bersama Yesus akan binasa.


Santo Paulus dalam bacaan pertama berdoa memohon agar jemaat di Efesus diteguhkan dalam kekuatan Roh Kudus sehingga menjadi manusia rohani. Maksud manusia rohani adalah manusia baru yang diciptakan dan dibangun oleh Kristus sendiri. Doa Paulus tetap aktual hingga saat ini. Di dalam Gereja, para gembala memiliki tugas mulia untuk mendoakan domba-dombanya. Di samping itu, hendaknya ada rasa kekaguman terhadap Yesus secara terus menerus. Dia mati untuk kita, Dia juga bangkit untuk kita.


Doa: Tuhan Yesus, semoga kami mampu membawa damaiMu kepada sesama.


PJSDB

Renungan 24 Oktober 2012

24/10/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Rabu, Pekan Biasa ke XXIX
Ef 3:1-12
Mzm (Yes) 12:2-3.4bcd.5-6
Luk 12:39-48

Setialah dalam Panggilanmu!

Fr. JohnMenjadi orang yang setia itu suatu harapan dan perjuangan di dalam hidup manusia. Para suami dan istri ketika menikah, mereka berjanji untuk setia satu sama lain dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Para imam dan biarawan serta biarawati berjanji saat mengucapkan kaul untuk setia hari demi hari sebagai orang yang taat, miskin dan murni demi Kerajaan Allah. Para karyawan dan karyawati, pegawai negeri membuat janji setia demi Allah untuk bekerja tekun. Dalam semua aspek kehidupan dibutuhkan kesetiaan untuk mengabdi dan melayani.

Para murid Yesus diingatkan untuk menjadi pribadi-pribadi yang mengabdi dengan setia. Kesetiaan sebagai abdi itu ditunjukkan dengan sikap bathin 5S yakni siap sedia selalu setiap saat. Sama seperti pemilik rumah yang mengetahui saat kedatangan pencuri untuk membongkar rumahnya maka ia akan siap sedia supaya rumahnya tidak dibongkar pencuri itu. Sikap siap sedia dan setia dalam mengabdi juga menjadi bagian penting dalam menanti kedatangan Tuhan. Yesus berkata, “Hendaklah kalian juga siap sedia karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tak kalian sangka-sangka.” Maka tentu saja orang tidak akan terlena dengan dirinya apabila saat itu ia berada di zona nyaman. Ia harus berjuang untuk mengabdi dengan setia kepada Tuhan dan menanti kedatanganNya.

Yesus juga memberi perumpamaan lain tentang bagaimana menjadi hamba yang setia menanti kedatangan tuannya. Hamba yang setia akan melakukan pekerjaan dengan tulus sedangkan hamba yang jahat akan melakukan tindak kekerasan terhadap sesamanya. Mengapa demikian, karena ia berpikir bahwa tuannya akan lambat. Hamba yang setia dalam melakukan tugasnya akan disapa bahagia oleh tuannya. Hamba yang tidak setia dalam tugas akan mendapat hukuman setimpal. Pada akhir bacaan Injil, Yesus berkata, ”Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut daripadanya. dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut daripadanya.”

“Bersiap sedia” merupakan suatu undangan Tuhan untuk menjadi setia dalam mengabdi. Ini mengandaikan tugas dan tanggung jawab, dan bagaimana kita bereaksi terhadap segala sesuatu yang sudah kita terima dari Tuhan. “Mengetahui kehendak sang Maestro” adalah apa yang kita identifikasikan dengan pertimbangan nurani yang jernih dan tanggung jawab terhadap segala tindakan kita. Ini adalah upaya kita untuk membangun persekutuan yang adil dan penuh kasih terhadap sesama.

Bacaan Injil hari ini mengundang kita untuk selalu siap menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang mulia. Meskipun kedatangannya tidak terduga tetapi sebagai murid yang setia, harus berjaga-jaga sehingga tawaran perjamuan Kristus juga tidak sia-sia. Orang tidak dapat hidup gampang dan santai tetapi tekun dalam bekerja dan mengabdi.

Santu Paulus dalam bacaan pertama menunjukkan sikap yang tepat sebagai abdi Allah. Ia menceritakan kembali kisah panggilannya untuk mengabdi Tuhan melalui pewartaan Injil. Tentu ia bukan mau menyombongkan diri tetapi untuk menunjukkan bahwa dirinya dipilih Tuhan untuk mengabdi dengan setia. Ia menjadi hamba misteri Yesus Kristus yang diproklamasikan sebagai sumber keselamatan bagi semua manusia. Ia berusaha menyerahkan  seluruh hidup, kekuatan, dan kemampuannya untuk mewartakan rencana keselamatan Allah dalam Kristus Yesus. Semua ini bagi Paulus merupakan karya Roh Kudus yang terus menerus di dalam dirinya sebagai rasul. Oleh karena pewartaannya juga, orang-orang bukan Yahudi juga menjadi ahliwaris, anggota-anggota tubuh, peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus.

Sabda Tuhan pada hari ini membimbing kita, menerangi langkah kaki kita untuk menjadi abdi Tuhan yang setia dan bijaksana. Abdi yang selalu siap sedia dalam mewartakan kasih Allah di dalam dunia ini. Abdi yang memiliki komitmen untuk menanti kedatangan Tuhan dengan siap sedia. Sikap ini merupakan sebuah sikap terbuka, dan merupakan sebuah panggilan hidup. Bagaimana komitmenmu dalam pelayanan? Apakah anda setia di dalam panggilan dan pelayananmu?

Doa: Tuhan Yesus, jadikanlah kami abdi-abdiMu yang setia. Amen

PJSDB

Renungan 23 Oktober 2012

23/10/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Selasa, Pekan Biasa XXIX

Ef 2:12-22
Mzm 85:9ab.10-14
Luk 12:35-38

Selalu berjaga-jaga!


Ada seorang pemuda calon militer Angkatan Darat. Pada hari-hari pertama pendidikan, ia mesti mengikuti latihan fisik dan psikis secara reguler. Pada jam-jam tertentu mereka dipanggil dengan menggunakan bunyi  peluit, dan bel. Para calon militer ini harus selalu siap dengan posisi tubuh tertentu yang menunjukkan sikap hormat kepada seniornya. Setelah selesai latihan-latihan dasar di pusat latihan militer, mereka mendapat jatah liburan dua hari untuk kembali ke rumah masing-masing untuk menyiapkan diri dan melengkapi persyaratan lain sebelum mengalami pembinaan teori dan praktik. Ketika berada di rumah, pada sore harinya ada seorang pejalan kaki yang meniup peluit di jalan. Serentak orang muda itu melompat dari atas tempat tidur langsung mengambil sikap hormat. Kebetulan ayahnya berada di kamar yang sama dengannya. Ayahnya menenangkan dan bertanya kepadanya alasan mengapa mengambil sikap hormat. Anak muda itu mengatakan bahwa ia terbiasa bangun dengan bunyi peluit dan pekerjaan pertama adalah sikap hormat. Kadang-kadang orang terbiasa  dengan latihan dan disiplin tertentu. Orang boleh saja melakukan gerak-gerak fisik tertentu sebagai tanda siap sedia atau waspada.


Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengingatkan para muridNya untuk berjaga-jaga. Ia berkata, “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Hendaknya kalian seperti  orang yang menanti-nantikan tuannya pulang dari pesta nikah, supaya ketika tuannya datang dan mengetuk pintu, segera dapat dibukakan pintu. Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang berjaga ketika ia datang”.  Hamba yang setia akan selalu siap menanti kedatangan tuannya. Hamba seperti  itu patut dihadiahkan kata “bahagia”. Berjaga-jaga bagi kita berarti kita berpikir tentang apa yang akan terjadi bagi diri kita di masa depan. Berjaga-jaga berarti sadar akan kebenaran dalam arti kita berani untuk mengatakan Ya atau Tidak. Kita tidak mengatakan Ya untuk hal yang jahat dan Tidak untuk hal yang baik. Siap sedia ini tidak mengenal adanya kompromi. Siap sedia adalah suatu keharusan. Apalagi dalam konteks kita menyambut Tuhan, kita pasti harus lebih siap sedia lagi.



Malam menjadi sebuah penantian atas matahari baru. Malam adalah saat menanti dengan siap siaga akan kedatangan sang pembebas dan Hakim Agung. Kita mengenang kembali peristiwa paskah perdana dalam dunia Perjanjian Lama dimana setiap orang Ibrani diingatkan untuk siap siaga dengan pinggang terikat (Kel 12:11). Malam itu umat Israel mengalami pembebasan dari perbudakan Mesir. Kali ini Yesus mengingatkan mereka bahwa melalui Dialah semua orang mengalami damai, sukacita dan kemerdekaan. Tentu tuan yang kembali dari pesta pada malam itu menemukan hamba-hamba yang setia menunggu dengan siap siaga, melayani dengan penuh cinta. Kita mengingat perumpamaan tentang gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh (Mat 25). Gadis-gadis yang  bijaksana  dapat masuk dan ikut dalam perjamuan bersama. 


Paulus dalam Bacaan Pertama, mengingatkan jemaat di Efesus untuk menyadari diri mereka di hadapan Kristus. Sebelumnya jemaat di Efesus belum mengenal Kristus maka mereka juga hidup tanpa Kristus, belum termasuk warga umat Allah dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Mereka juga tidak memiliki harapan. Namun ketika mereka menerima Kristus, terutama dengan menumpahkan darahNya, Ia mendekatkan semua orang, pribadi lepas pribadi menjadi saudara. Kristus sendiri juga mempersatukan Tuhan dan manusia yang berdosa. Hidup baru diberikanNya kepada orang yang ditebusNya.


Dengan PaskahNya, Kristus mendamaikan Allah dan manusia. Kristus adalah damai kita dan Dialah yang membebaskan kita semua. Relasi yang terputus karena dosa menjadi pulih kembali. Manusia dipersatukan sebagai ciptaan baru sebagai saudara yang berjalan kepada Bapa dalam kesatuan Roh. Semua jemaat menjadi satu keluarga, warga kerajaan Allah dan para kudus. 


Sabda Tuhan hari ini membuka pikiran kita untuk selalu bersiap sedia menanti kedatangan Tuhan. Kita semua adalah hamba yang dipanggil dan dipilih Tuhan untuk menanti dan siap melayaniNya. Mengapa kita bersiap sedia untuk melayani Tuhan? Karena kita memiliki satu panggilan luhur untuk bersatu dengan Tuhan. Kita menjadi satu warga surgawi bersama para kudus.


Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau juga mau menyapa kami sebagai hamba yang bahagia dalam menanti kedatanganMu. Amen


PJSDB

Renungan 22 Oktober 2012

22/10/2012 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Senin, Pekan Biasa XXIX

Ef 2:1-10
Mzm 100: 2.3.4.5
Luk 12:13-21
Kerakusan harus diwaspadai!
Ketika masih melayani Tuhan di daerah pedalaman, saya mengalami banyak pengalaman yang unik dan indah. Saya menemukan umat yang sederhana, polos dan terbuka kepada rencana Tuhan. Saya juga menemukan umat yang membaktikan dirinya bagi Gereja sebagai pelayan yang tulus. Ada juga umat yang seolah-olah baik tetapi sebenarnya selalu ada kejahatan tertentu yang dilakukan bagi sesama baik dalam keluarga maupun sesama umat. Ya, pastor itu dianggap seperti “Ensiklopedi berjalan” yang tahu semua hal, misalnya urusan adat dan perkawinan, pembagian warisan, pendidikan anak dan lain-lain. Pastor dianggap penengah yang dapat bersikap adil. 
Pengalaman-pengalaman ini menginspirasikan kita untuk memahami perikop Injil hari ini. Sesudah Yesus mengajar banyak orang, ada satu di antara mereka yang mendengar Yesus berkata kepadaNya, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku.” Yesus tidak mengatakan ya atau tidak tetapi malah menjawab, “Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?” Tentu Yesus tahu isi hati mereka ini. Ternyata hal yang diperjuangkan bukan soal keadilan, kebenaran dan cinta kasih tetapi kerakusan atau ketamakan. Itu sebabnya Yesus berkata, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala jenis ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung pada kekayaan itu”. 
Orang-orang Yahudi sebenarnya sudah tahu apa yang Tuhan perintahkan dalam 10 perintahNya kepada mereka. Ada tiga perintah yang berhubungan dengan perikop Injil ini: jangan menyembah berhala, jangan mencuri, dan jangan mengingini barang-barang milik sesama. Ketika orang menjadi tamak dengan harta duniawi, hati mereka berada di dalam harta, mereka juga tidak menyadari bahwa mereka menjadikan barang-barang itu berhala dan bersikap tidak adil karena mengingini dan memiliki hak milik orang lain.
Untuk lebih meyakinkan mereka maka Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan ini. Ada seorang kaya, memiliki banyak tanah dan hasil pertanian. Setelah memanen hasil kebunnya, ia berusaha memperbesar lumbungnya. Lumbung itu pun penuh.  Hatinya ada pada harta tersebut maka ia berkata dalam hatinya supaya istirahat dengan tenang, sambil makan dan minum sepuasnya. Ketika ia lupa diri seperti ini maka Tuhan akan berkata, “Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu. Bagi siapakah nanti apa yang kausiapkan itu. Demikian jadinya orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.” Perumpamaan ini mau mengatakan bahwa kekayaan itu tidak menjamin hidup kekal. Ketika meninggal dunia, kekayaan itu tidak berguna lagi karena tidak akan masuk bersama dalam liang kubur atau dibawa ke surga.
Yesus dalam perikop Injil hari ini mengoreksi hati kita yang selalu ada dalam belenggu kekayaan. Ia sendiri berkata, “Dimana hartamu berada, di sana hatimu juga berada”. Ada keterikatan pada harta kekayaan yang menghalangi kebersamaan dengan Tuhan dan sesama. Harta kekayaan itu berhubungan dengan hati sebagai tempat munculnya berbagai keinginan, dan kehendak untuk memiliki. Perlu adanya kesadaran baru bahwa harta kekayaan bukanlah jaminan bagi kehidupan, bahkan terkadang harta kekayaan justru menjadi hambatan untuk bersatu dengan Tuhan dan sesama. Nafsu untuk memiliki harta kekayaan dapat menjadikan kekayaan sebagai berhala. Lihatlah orang-orang yang selalu mencuri, atau melakukan korupsi. Mereka telah menjadikan segalanya berhala dan perasaan dosa itu sudah mati di dalam hati mereka. 
Paulus dalam bacaan pertama menghimbau jemaat di Efesus untuk selalu terbuka kepada Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan mereka. Dengan kasih karunia yang tiada habis-habisnya, Tuhan membuat mereka menjadi kaya dalam rahmat dan kerahimanNya. Bukan hanya itu, kekayaan terbesar adalah mereka dikasihi dan menjadi ciptaan baru. Memang karena dosa manusia mati tetapi dengan kebangkitan Kristus, manusia juga ditebusNya. Itulah ciptaan baru di dalam Tuhan.
Sabda Tuhan menyadarkan kita semua bahwa nafsu untuk memiliki barang-barang di dunia selalu ada, bahkan kadang menjadi berhala tersendiri. Tetapi Tuhan meghendaki perubahan yang radikal dalam diri kita. Kesadaran untuk bertobat, mengalami kerahiman Tuhan sangatlah penting bagi setiap orang percaya. Sikap lepas bebas merupakan jalan yang baik untuk bertobat.
Doa: Tuhan, syukur kepadaMu karena selalu menyadarkan kami untuk hidup dalam kerahimanMu. Amen
PJSDB
« Previous Page
Next Page »

Tentang Saya

Saya seorang hamba Tuhan yang melayaniNya siang dan malam, anggota Serikat Salesian Don Bosco yang bergabung sejak tahun 1989. Kini saya dipanggil Pater John dan melayani di Jakarta

Artikel Terbaru

  • Homili 18 Februari 2019 18/02/2019
  • Food For Thought: Persahabatan yang akrab 17/02/2019
  • Homili Hari Minggu Biasa ke-VI/C – 2019 17/02/2019
  • Food For Thought: Cinta kasih yang besar 14/02/2019
  • Homili 14 Februari 2019 14/02/2019

Situs Lainnya

  • Salesian Don Bosco
  • Vatican
  • Renungan Audio – Daily Fresh Juice
  • Renungan Pria Katolik

Arsip

  • February 2019 (14)
  • January 2019 (34)
  • December 2018 (32)
  • November 2018 (40)
  • October 2018 (26)
  • September 2018 (22)
  • August 2018 (41)
  • July 2018 (28)
  • June 2018 (17)
  • May 2018 (13)
  • April 2018 (17)
  • March 2018 (14)
  • February 2018 (8)
  • January 2018 (17)
  • December 2017 (23)
  • November 2017 (31)
  • October 2017 (29)
  • September 2017 (38)
  • August 2017 (28)
  • July 2017 (18)
  • June 2017 (24)
  • May 2017 (33)
  • April 2017 (18)
  • March 2017 (40)
  • February 2017 (23)
  • January 2017 (22)
  • December 2016 (23)
  • November 2016 (31)
  • October 2016 (24)
  • September 2016 (36)
  • August 2016 (36)
  • July 2016 (32)
  • June 2016 (27)
  • May 2016 (42)
  • April 2016 (25)
  • March 2016 (41)
  • February 2016 (45)
  • January 2016 (31)
  • December 2015 (26)
  • November 2015 (24)
  • October 2015 (60)
  • September 2015 (44)
  • August 2015 (49)
  • July 2015 (56)
  • June 2015 (56)
  • May 2015 (57)
  • April 2015 (46)
  • March 2015 (52)
  • February 2015 (51)
  • January 2015 (58)
  • December 2014 (46)
  • November 2014 (43)
  • October 2014 (49)
  • September 2014 (46)
  • August 2014 (42)
  • July 2014 (39)
  • June 2014 (39)
  • May 2014 (38)
  • April 2014 (44)
  • March 2014 (41)
  • February 2014 (46)
  • January 2014 (55)
  • December 2013 (43)
  • November 2013 (42)
  • October 2013 (46)
  • September 2013 (31)
  • August 2013 (33)
  • July 2013 (32)
  • June 2013 (36)
  • May 2013 (33)
  • April 2013 (34)
  • March 2013 (40)
  • February 2013 (33)
  • January 2013 (33)
  • December 2012 (36)
  • November 2012 (33)
  • October 2012 (50)
  • September 2012 (40)
  • August 2012 (41)
  • July 2012 (35)
  • June 2012 (30)
  • May 2012 (33)
  • April 2012 (36)
  • March 2012 (47)
  • February 2012 (42)
  • January 2012 (38)
  • December 2011 (35)
  • November 2011 (31)
  • October 2011 (2)

Bulan

  • February 2019
  • January 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • October 2018
  • September 2018
  • August 2018
  • July 2018
  • June 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018
  • February 2018
  • January 2018
  • December 2017
  • November 2017
  • October 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • July 2016
  • June 2016
  • May 2016
  • April 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • August 2015
  • July 2015
  • June 2015
  • May 2015
  • April 2015
  • March 2015
  • February 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • November 2014
  • October 2014
  • September 2014
  • August 2014
  • July 2014
  • June 2014
  • May 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • February 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • November 2013
  • October 2013
  • September 2013
  • August 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • April 2013
  • March 2013
  • February 2013
  • January 2013
  • December 2012
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • May 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012
  • December 2011
  • November 2011
  • October 2011

Copyright © 2019 · Beautiful Pro Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in