Homili Hari Minggu Biasa XXIX/B – 2012

Hari Minggu Biasa XXIX/B
Yes 53:10-11
Mzm 33:4-5.18-19.20+22
Mrk 10:35-45

Berani Melepaskan Diri!

Hari ini kita memasuki Hari Minggu Biasa XXIX, tahun B. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk memfokuskan seluruh hidup kita hanya kepada Tuhan Yesus yang menderita, wafat dan bangkit bagi kita. Kita dituntun untuk menentukan pilihan yang tepat dalam iman kepadaNya, memfokuskan diri dan berani melepaskan hal-hal lain dalam hidup sehingga yang ada adalah hidup sebagai abdi dan pelayan bagi Tuhan dan sesama.

Ada seorang muda yang barusan menyelesaikan studinya di luar negeri. Ia mendapat dua gelar sekaligus dengan hasil akademis yang bagus dalam bidang IT dan musik. Ketika kembali ke Indonesia ia bingung dengan kedua gelar akademis ini. Setelah perayaan misa syukur di rumahnya, ia bertanya kepadaku perihal pekerjaan yang cocok karena dia punya dua gelar akademis. Saya mengatakan kepadanya supaya memilih yang tepat untuk mengabdi dan melayani dengan baik. Namun ia masih bingung juga. Saya mengatakan kepadanya, “Sekiranya ada dua kursi di depanmu, anda hanya bisa memilih satu kursi untuk diduduki. Anda tidak akan duduk di antara dua kursi karena anda akan jatuh. Kalau anda mengejar dua ekor kelinci di padang rumput, anda tidak akan mendapat seekor kelinci pun karena anda tidak fokus. Seorang dengan ijazah SMA bisa lebih sukses dari anda yang memiliki dua gelar akademis kalau anda sendiri tidak membuat pilihan yang tepat untuk mengabdi dan melayani”. Ia mengangguk-angguk, memohon berkat dan kini menjadi profesionalis muda dalam bidang IT.

Hidup akan lebih bernilai di hadapan Tuhan dan sesama ketika kita fokus dan memiliki pilihan yang tepat untuk melayani dengan baik. Dalam bacaan pertama, nabi Yesaya membantu kita untuk mengarahkan pandangan kita kepada figur hamba yang menderita. Hamba yang menderita itu memiliki tugas yang luhur sebagai Juru Selamat, memiliki martabat yang luhur, memiliki kerasulan yang mulia dan mengalami aneka penderitaan. Meskipun banyak menderita, apabila ia rela menyerahkan dirinya sebagai kurban silih, ia akan melihat keturunannya dan umurnya akan lanjut serta kehendak Tuhan akan terlaksana. Hamba yang menderita akan puas dan melihat terang setelah melewati penderitaan. Tuhan sendiri berfirman kepadanya: “HambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul”.

Hidup manusia juga akan bermakna kalau dihiasi dengan penderitaan. Figur Hamba yang menderita ini membantu kita mengerti tentang kesetiaan sebagai hamba yang baik yang rela menderita demi kebahagiaan sesama. Pengurbanan diri adalah sebuah pilihan dasar sang hamba untuk memberi hidup kepada sesama. Dalam bacaan injil, Markus memberikan kisah tentang anak-anak Zebedeus yakni Yakobus dan Yohanes yang berani mendekati Yesus dan meminta tempat duduk yang tepat di sisi kiri dan kanan Yesus. Mereka berkata, “Guru, kami harap Engkau mengabulkan suatu permohonan kami!” Yesus bertanya kepada mereka, “Apa yang hendak Kuperbuat bagimu?” Mereka menjawab, “Perkenankanlah kami ini duduk dalam kemuliaanMu kelak, seorang di sebelah kananMu dan seorang lagi di sebelah kiriMu”

Yesus tidak menjawab ya atau tidak. Ia bertanya kepada mereka tentang kesetiaan sebagai murid yang mau menjadi serupa dengan Dia, dalam hal ini menderita dengan meminum cawan yang diminum Yesus sendiri dan dibaptis dengan baptisan yang diterima Yesus. Kedua bersaudara itu menjawab ya, mereka bersedia meminumnya. Bagi Yesus, kesetiaan sebagai murid itu jauh lebih penting. Bukan kedudukan yang membuat murid itu hebat tetapi kesetiaan, bahkan kemartiran yang menyerupai Kristus sang Guru sendiri. Yesus menderita, wafat dan bangkit, para murid juga harus mengalami hal yang sama. Yesus menjelaskan kepada kedua bersaudara itu, hal duduk di sisi kiri dan kanan itu adalah urusan Bapa.

Kedua bersaudara ini memang punya ambisi tertentu dalam mengikuti Yesus Kristus. Kesepuluh murid yang lain marah terhadap kedua bersaudara ini. Apakah ini berarti kesepuluh murid ini lebih baik dari Yakobus dan Yohanes? Jawabannya “tidak”. Mereka juga punya ambisi tertentu dalam mengikuti Yesus, hanya saja mereka belum sempat terbuka dan jujur dengan Yesus. Itu sebabnya secara umum Yesus berkata, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu dan barangsiap ingi menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Sebab Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya sebagai tebusan banyak orang.”

Yesus menyerahkan nyawaNya. Penulis surat kepada umat Ibrani dalam bacaan kedua mengatakan bahwa tindakan Yesus mempersembahkan diriNya ini adalah tindakan seorang imam agung. Bedanya adalah imam agung mempersembahkan kurban persembahan kepada Tuhan di dalam altar Bait Suci, Yesus adalah Imam Agung yang mengorbankan diriNya di atas kayu salib sebagai altarNya. Dialah Imam Agung yang melintasi semua langit. Dia sama dengan kita, telah dicobai hanya tidak berbuat dosa. Dialah penolong kita.

Sabda Tuhan hari ini mengarahkan kita semua untuk memiliki komitmen dalam pilihan hidup. Kalau memilih Yesus maka ikutilah dari dekat dan belajarlah padaNya karena Dia lemah lembut dan rendah hati. Yesus adalah hamba yang menderita, imam agung yang meminum cawan derita dan baptisan darah. Ia menumpahkan darahNya untuk menyucikan kita. Ini semua adalah bentuk pelayanan Yesus. Dia meskipun Allah Putera, tetap rela memberi diri sampai tuntas bagi kita.

Doa: Tuhan, semoga kami dapat menjadi pelayan-pelayanMu. Amen

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply